Tuding Anti-Semit Hingga Larang HT, UIY: Bentuk Kekalahan Inggris Secara Intelektual

Mediaumat.info – Menuding anti-semit hingga menetapkan sebagai teroris terhadap organisasi dakwah Hizbut Tahrir Britania (HTB), pemerintahan kerajaan Inggris dinilai tak hanya kalah secara intelektual tapi juga sangat memalukan.

“Itu menunjukkan kekalahan intelektual yang sangat memalukan sebenarnya,” ujar Cendekiawan Muslim Ustadz Muhammad Ismail Yusanto (UIY) dalam Focus to The Point: Gegara Bela H4M45 dan Tolak Z10Ni5, Gerakan Lurus Ini Disebut T3r0**s! di kanal YouTube UIY Official, Selasa (30/1/2024).

Menurutnya, kelompok dakwah Islam dalam hal ini HT, tidaklah pernah bersikap anti-semit atau anti terhadap keberadaan kaum Yahudi.

Namun terkait pendudukan, perampasan wilayah, hingga kabar terbaru berkenaan kejahatan genosida atas warga Gaza, Palestina, yang dilakukan oleh Zionis Yahudi, siapa pun yang mengatasnamakan kemanusiaan dipastikan bakal menolak, termasuk HT.

Makanya, UIY memandang, tudingan anti-semit hanyalah pelabelan sekaligus pembingkaian untuk memudahkan identifikasi terhadap pihak-pihak yang tak mendukung bahkan melawan tindakan Zionis.

“Zionisme harus menyederhanakan siapa yang semestinya dianggap sebagai lawan, dikatakan sebagai mereka yang anti-semit,” jelas UIY.

Diberitakan, hanya karena secara aktif memuji dan merayakan serangan Hamas pada 7 Oktober lalu, Kerajaan Inggris melalui Menteri Dalam Negeri James Cleverly mengumumkan penetapan terkait HT ini pada Jumat (19/1/2024).

“Mereka adalah organisasi antisemitik yang secara aktif mempromosikan dan mendorong terorisme, termasuk memuji dan merayakan serangan mengerikan pada 7 Oktober,” kata Mendagri James.

Gerakan HT Non-kekerasan

Namun sebagaimana pemaparan Craig Murray, mantan diplomat Inggris, di akun X (Twitter) pribadinya, @CraigMurrayOrg, Selasa (16/1), penyelidikan selama 25 tahun justru menemukan filosofi non-kekerasan di setiap aktivitas HT.

“Kesimpulannya, setiap saat adalah bahwa Hizbut Tahrir memiliki filosofi non-kekerasan dan karenanya tidak boleh dilarang,” tulisnya, yang juga mengaku ikut ambil bagian dalam penyelidikan itu.

Pun untuk dipahami, kata UIY lebih lanjut, Islam justru memperlakukan non-Muslim dengan baik, seperti halnya terhadap kaum Yahudi ketika peradaban Islam di Andalusia (Spanyol) masih tegak di bawah naungan daulah khilafah.

Selama hampir 800 tahun, Yahudi menikmati zaman keemasan di wilayah Muslim Andalusia. Kejayaan Yahudi di bawah Islam ditulis banyak penulis Yahudi dan Kristen. Karen Armstrong, dalam bukunya, A History of Jerusalem: One City, Three Faiths (London: Harper Collins Publishers, 1997), menulis “Di bawah Islam, orang-orang Yahudi menikmati masa keemasan di Andalusia”.

Bahkan, ketika kemudian Andalusia dikuasi orang-orang Katolik sehingga terjadi pengusiran terhadap kaum Yahudi melalui Dekret Alhambra (31 Maret 1492), Kekhilafahan Utsmani menerima mereka.

Malahan, menurut sejarawan terkenal, Lufti Seyban, bangsa Yahudi yang bermukim di wilayah Utsmani dapat menjalankan ibadah dan menduduki jabatan di pemerintahan.

Artinya, apabila benar gerakan HT yang pada dasarnya ingin melanjutkan kehidupan Islam seperti era kejayaan dahulu, lantas anti terhadap kaum Yahudi, kata UIY, enggak bakalan terjadi ratusan tahun era keemasan bagi mereka kala itu.

“Itu menunjukkan bahwa Islam itu mempunyai cara untuk bagaimana melindungi orang-orang yang tertindas meskipun itu bukan Muslim,” tandas UIY.

Dengan demikian, tidaklah benar HT di mana pun berdakwah, bersikap anti-semit. Sebaliknya, meski bukan non-Muslim sekalipun, selama berada di dalam naungan daulah khilafah, mereka bakal memiliki hak yang sama dalam hal perlindungan harta, kehormatan, nyawa, bahkan agama. [] Zainul Krian

Share artikel ini: