Trump Sebut Tak Serumit Timteng, Pengamat: Karena Tak Ada Islam di Perang Ukraina

Mediaumat.info – Pernyataan yang bermakna konflik Rusia-Ukraina tak lebih rumit namun tak mudah juga diselesaikan daripada yang terjadi di Timteng (Timur Tengah) yang pelik tetapi mudah dituntaskan, dinilai karena tak ada faktor terkait Islam yang dipandang sebagai ancaman serius.

“Di sana (Rusia-Ukraina) tidak muncul faktor ancaman Islam,” ujar Direktur Forum on Islamic World Studies (FIWS) Farid Wadjdi kepada media-umat.info, Sabtu (14/12/2024).

Pasalnya, sambung Farid, faktor ancaman Islam dimaksud merupakan ancaman yang serius bagi negara-negara Barat. Apalagi dari segi kepentingan ideologis tidak seperti tengah terjadi di Timur Tengah yang begitu menonjol.

“Amerika dan Rusia bisa disebutkan masalah ideologis sama ya, sekarang ini, yaitu sama-sama kapitalisme,” tambahnya.

Untuk diketahui pula, secara pragmatis politik peran AS di Ukraina adalah untuk menunjukkan kendali, dalam hal ini supremasinya atas Rusia. Terutama ketika negara beruang merah tersebut disinyalir berkeinginan lebih untuk menyaingi AS.

Padahal munculnya Rusia setelah Perang Dingin, ungkap Farid, tak bisa dilepaskan dari peran AS terutama di Timur Tengah. Kala itu AS memberikan lampu hijau kepada Rusia untuk masuk ke wilayah konflik di Suriah, misalnya.

Terlebih, AS ingin mengokohkan peran NATO di kawasan Eropa. “Dalam konteks Ukraina ini Amerika ingin menunjukkan bahwa NATO itu sangat penting karena pengaruh Amerika terhadap Eropa itu antara lain, dan dominan, itu melalui NATO,” tandasnya, yang berarti AS ingin menunjukkan ketergantungan negara-negara Eropa terhadap NATO.

Meski, AS dan negara-negara Eropa sendiri tak ingin NATO itu secara langsung berhadap-hadapan dengan Rusia. “Itulah kenapa kemudian Amerika tidak menginginkan juga Ukraina itu masuk ke NATO,” lanjutnya.

Sebab sebagaimana klausul organisasi, serangan terhadap salah satu anggota NATO bermakna serangan terhadap NATO secara keseluruhan.

Sebaliknya, berbagai kompleksitas konflik di Timur Tengah terjadi di tengah ancaman dari kelompok Islam ideologis. Sehingga hal ini mengharuskan AS mengontrol untuk kemudian mencegah berdirinya kekuatan politik Islam, misalnya, yang akan menyatukan umat Islam dalam naungan khilafah ’ala minhaj an-nubuwwah.

Apalagi, wilayah Timur Tengah sarat dengan sumber daya energi yang bahkan disebut-sebut sebagai sumber daya energi dunia. “Jaminan kontrol Amerika terhadap sumber energi Timur Tengah yang bisa disebut sumber energi dunia,” sebutnya, masih mengenai kepentingan AS di Timur Tengah.

Ditambah, peran AS di sana sebagai penjamin agar eksistensi entitas penjajah Yahudi di kawasan tetap terjaga. “Jaminan Amerika agar eksistensi Israel atau penjajah Yahudi itu tetap terjaga,” bebernya.

Dikabarkan sebelumnya, Trump menyebut konflik di Timur Tengah lebih rumit dari perang Rusia vs Ukraina, namun juga lebih mudah diselesaikan.

Dalam wawancara dengan majalah Time, Trump mengatakan masalah Timur Tengah begitu kompleks karena terus terjadi letusan konflik di berbagai wilayah.

“Berbagai hal terjadi dengan sangat produktif di Timur Tengah. Saya pikir masalah Timur Tengah akan terselesaikan. Masalah ini lebih rumit daripada Rusia-Ukraina tetapi saya pikir ini lebih mudah diatasi,” kata Trump kepada majalah Time yang diterbitkan Kamis (12/12).

Persoalan Inti

“Persoalan Timur Tengah itu sebenarnya satu, yaitu penjajahan atau intervensi negara-negara imperialis Barat,” terang Farid.

Dengan kata lain, selama negara-negara Barat imperialis melakukan penjajahan dan intervensi maka Timur Tengah akan senantiasa bergejolak.

Sebab, menurutnya, dengan terus bergejolak, negara-negara Barat memiliki alasan untuk campur tangan termasuk untuk terus bisa mengeksploitasi sumber daya alamnya. “Itu sebenarnya persoalan intinya,” tegas Farid.

Sementara, keberadaan atau eksistensi penguasa-penguasa boneka di Timur Tengah justru bersikap represif terhadap rakyatnya sendiri dan memberi jalan terhadap penjajahan tersebut.

Karenanya, melihat dua hal ini akan tampak dari perspektif Islam bahwa mau tidak mau, solusinya adalah memutus mata rantai intervensi atau penjajahan, dan memutus pula keberadaan para penguasa boneka itu.

Dan dari situlah, kata Farid menjelaskan, letak pentingnya persatuan umat Islam secara global yaitu dengan menegakkan negara khilafah ’ala minhaj an-nubuwwah.

Karena itu pula, semestinya pula umat bersama-sama memperjuangkan tegaknya institusi khilafah itu. “Seharusnya inilah yang bersama-sama diperjuangkan oleh kaum Muslimin,” pungkasnya.[] Zainul Krian

Dapatkan update berita terbaru melalui channel Whatsapp Mediaumat

Share artikel ini: