Padahal Terorisme Amerika-lah Yang Telah Menjadikan Afghanistan Sebagai Laboratorium Para Teroris!
Donald Trump mengatakan dalam sebuah wawancara yang disiarkan di Fox News Channel, pada hari Senin (1/7), tentang kekhawatirannya terkait penarikan pasukan AS dari Afghanistan, bahwa negara itu akan berubah menjadi laboratorium para teroris. Bahkan di sela-sela wawancaranya itu, Trump menyebut Afghanistan sebagai “Harvard-nya para teroris”.
Trump menambahkan bahwa “sekalipun AS menghapus pasukannya, namun AS akan tetap meninggalkan kehadiran intelijen yang sangat kuat di Afghanistan.” Dia juga mengatakan, di mana para pejabat tinggi militer AS mengatakan kepada dirinya bahwa “akan lebih baik untuk memerangi para teroris di Afghanistan, daripada di dalam negeri mereka sendiri”.
*** *** ***
Saat ini, dunia telah membuktikan dengan pasti bahwa “terorisme dan terorisme terencana” secara naluriah berasal dari DNA Amerika. Sementara mereka yang masih tidak percaya pada fakta yang jelas ini, saya menyeru mereka untuk menyelidiki lagi sejarah Amerika, sebab dari sinilah mereka akan mengerti dengan jelas, bagaimana orang-orang Amerika memusnahkan lebih dari 100 juta orang Indian sebagai warga Amerika asli; juga bagaimana mereka mengubah Hiroshima dan Nagasaki menjadi abu dalam Perang Dunia II dengan menggunakan bom atom, di samping membunuh lebih dari 220.000 orang, serta menyebabkan ratusan ribu penyakit akut.
Selama Perang Dunia II, Angkatan Udara AS meluncurkan 3.900 ton bom tembak di kota Dresden, Jerman, juga bom Napalm dijatuhkan dalam empat serangan dahsyat yang menghancurkan 34 kilometer persegi Dresden dalam waktu kurang dari 15 jam. Erhard Mondra, anggota Komisi Butzan (Asosiasi Mantan Tahanan Politik Republik Demokratik Jerman) menulis, seperti yang dikemukakan oleh Letkol Mattis, mantan perwira pada Staf Umum Angkatan Darat Jerman di provinsi Dresden, bahwa “Ada 35.000 korban yang sudah sepenuhnya diidentifikasi, 50.000 lainnya masih sebagian, sementara yang 168.000 lainnya belum diidentifikasi sama sekali.”
Kita juga tidak bisa melupakan keterlibatan Amerika dalam pembantaian 3 juta orang Vietnam selama periode 1955-1975, yang menjatuhkan 500.000 bom per tahun di Viet Cong, serta membakar hutan, tanah pertanian, dan manusia melalui penggunaan senjata kimia dan bom Napalm. Pada 1950-an, Amerika membunuh ratusan warga sipil Korea. Bahkan selama dua dekade terakhir, lebih dari 2 juta Muslim telah terbunuh di negara-negara Islam. Tahukah Anda bahwa Amerika yang memanipulasi krisis, dan yang merencanakan terorisme hingga sekarang di Amerika Latin untuk membuka jalan bagi intervensi politiknya di negara-negara itu?
Langkah-langkah terorisme yang digunakan oleh Amerika dan NATO telah mengubah Afghanistan menjadi teater terorisme bagi seluruh dunia. Trump pastinya lupa untuk menggunakan pernyataan “Afghanistan, Harvard para teroris Amerika” selama pidatonya, sebab perang Afghanistan sangat membantu memperluas kemampuan para jenderal Amerika sampai batas tertentu dimana beberapa dari mereka telah memperoleh posisi tinggi di Pentagon, CIA , dan kantor pemerintah tingkat tinggi lainnya, setelah mereka ikut terlibat dalam mengobarkan perang dan menumpahkan darah kaum Muslim Afghanistan.
Sama halnya dengan Dajjal yang terus berusaha untuk memutarbalikkan kebenaran, maka Trump salah satu “dajjalisme” yang paling menonjol saat ini, juga melakukannya. Pidatonya yang tidak bertanggung jawab baru-baru ini, yang mengatakan bahwa Afghanistan akan berubah menjadi “laboratorium para teroris” setelah penarikan pasukan AS, adalah penipuan dan pendistorsian. Sebab Afghanistan telah berubah menjadi laboratorium strategi militer dan politik Amerika yang gagal, serta penggunaan senjata yang mematikan, khususnya bom dari para teroris Amerika dan Barat, seperti dalam 18 tahun terakhir, di mana pasukan AS telah memanipulasi kekejaman seperti itu di Afghanistan hingga menewaskan dan melukai lebih dari setengah juta orang, juga menyebabkan kematian ratusan ribu warga Afghanistan yang meninggalkan negara itu dan tenggelam di laut untuk mencari suaka di kamp-kamp Eropa. Selama kehadirannya di Afghanistan, Amerika telah mencoba berbagai jenis senjata ringan dan berat, serta taktik militer pada rakyat Afghanistan yang tak berdaya.
Pidato Trump baru-baru ini di tengah-tengah pembicaraan damai yang sedang berlangsung antara Amerika dan Taliban menyampaikan pesan yang jelas, tetapi sepenuhnya ilusi, bahwa Amerika, dua dekade setelah membantai dan menghancurkan kota-kota dan desa-desa Afghanistan, tangah berusaha sekali lagi untuk mengamankan perannya yang begitu telanjang dan pengaruhnya untuk memperkuat jaringan intelijen dan tentara bayaran di masa depan politik Afghanistan.
Tetapi para penjahat Amerika dan Barat, termasuk di antaranya Trump, pembesarnya para teroris, tengah membuka mata mereka dan menyadari bahwa umat Islam sedang mendekati fajar yang cemerlang. Sungguh, masalah Afghanistan, sama seperti masalah lainnya di negara-negara Muslim yang diduduki, di mana masalah itu tidak bisa diselesaikan melalui rekonsiliasi dan dialog dengan penjajah, namun solusinya hanya ada jika semua negara Islam kembali bersatu lagi di bawah naungan Khilafah Rasyidah, yang in syaa Allah segera tegak kembali. “Sesungguhnya saat jatuhnya azab kepada mereka ialah di waktu subuh; bukankah subuh itu sudah dekat?” (TQS Hud [11] : 81). [Saifullah Mustanir – Ketua Kantor Media Hizbut Tahrir Afghanistan]
Sumber: hizb-ut-tahrir.info, 10/07/2019.