Pertengkaran verbal antara Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Ukraina Zelensky merupakan kejutan besar bagi kalangan politik global, terutama Eropa dan Amerika. Sebagian pihak menggambarkannya sebagai kurangnya rasa hormat dan penghargaan dari presiden Ukraina kepada Amerika, presiden dan wakil presidennya, sebagian lainnya menggambarkannya sebagai jebakan dan rencana yang dibuat oleh Trump untuk Zelensky, yaitu penyimpangan besar dari etika diplomatik yang biasa untuk pertemuan semacam itu, dan banyak lagi komentar lain yang ramai di kalangan politik dan media, terlepas dari semua itu sungguh apa yang terjadi ini mengandung banyak pelajaran dan pesan, kami menyoroti beberapa di antaranya:
Pertama-tama, perlu ditegaskan bahwa keterusterangan Trump yang berlebihan serta kurangnya kebijaksanaan dan kecakapan telah memberikan peluang besar untuk mengungkap wajah sebenarnya dari kebijakan Amerika di dunia. Trump menegaskan bahwa Amerika tidak memandang masalah konflik Ukraina-Rusia sebagai konflik benar dan salah, atau nilai dan moral, melainkan konflik kepentingan, keuntungan, dan kolonialisme.
Setelah Amerika membanggakan dukungannya terhadap kebebasan dan demokrasi, serta penentangannya terhadap kediktatoran, reaksionisme, dan musuh-musuh demokrasi, Trump menunjukkan bahwa semua itu hanyalah slogan-slogan palsu yang tidak memiliki tempat dalam kamus Amerika. Trump mulai tergesa-gesa memetik hasil peperangan yang Amerika menjadi penyebab meletusnya, setelah ratusan ribu orang tewas di kedua belah pihak dan kehancuran hebat menimpa kedua negara, setelah Amerika melemparkan mereka ke dalam perang yang menghancurkan, yang membakar habis semua yang hijau dan kering, tanpa merasa kasihan kepada mereka atau berduka bagi para korban yang menjadi bahan bakar bagi peperangan yang mereka sama sekali tidak memiliki kepentingan dengannya. Kini Trump mulai memperlakukan masalah ini sebagai kesepakatan bisnis, memeras Ukraina agar menandatangani kontrak untuk penjarahan Amerika terhadap Ukraina senilai 500 miliar dolar dalam bentuk logam mulia dan strategis.
Pemerasan Trump terhadap Ukraina dilakukan dengan cara yang terang-terangan dan gamblang. Trump mengancam Ukraina akan kalah perang dengan Rusia dengan menghentikan dukungan militer terhadapnya, dan mengancam presidennya sendiri akan kehilangan jabatannya jika Amerika meninggalkan dia dan negaranya. Trump melakukan semua itu di depan media, kamera dan mikrofon antara menandatangani penyerahan kekayaan Ukraina ke Amerika dan menerima Ukraina menjadi koloni Amerika tanpa jaminan keamanan terhadap Rusia, atau Amerika meninggalkannya di depan beruang Rusia, punggung dan perut terbuka, untuk melahapnya, sehingga menjadi pelajaran bagi mereka yang datang setelahnya.
Dengan arogansi yang mencolok ini, Trump bertindak untuk menunjukkan kepada seluruh dunia wajah sebenarnya kebijakan Amerika di dunia. Dan betapa Amerika siap membunuh ribuan, bahkan jutaan, serta menyeret rakyat, bangsa, dan negara ke dalam perang yang mematikan dan brutal untuk mencapai ambisi kolonial dan kepentingan materialnya. Betapa menyedihkan dan celakanya mereka yang mengikutinya atau berpegang teguh pada talinya.
Lihatlah bagaimana Barat – Amerika dan Eropa – memerangi Rusia menggunakan rakyat Ukraina, untuk mencapai kepentingan mereka, sementara kepentingan Ukraina tidak mempunyai tempat dalam perhitungan mereka, dan kalaupun ada merupakan perhatian terakhir mereka, bahkan keinginannya untuk bergabung dengan NATO dan Uni Eropa, yang merupakan penyebab perang, tidak mereka berikan kepada Ukraina, meski harga yang dibayarkannya dengan memerangi Rusia atas nama mereka.
Hal yang perlu ditegaskan juga adalah bahwa kebodohan presiden Ukraina menjadi pelajaran bagi setiap pengikutnya. Dengan kebodohan dan kepercayaannya pada rubah Amerika dan orang Eropa, yang tidak lebih baik dari Amerika. Kalaupun mereka tidak berbagi dengan Ukraina permusuhan mereka terhadap Rusia dan ketakutan akan ancamannya, niscaya Ukraina akan menemukan dari mereka apa yang Ukraina temukan dari Trump atau bahkan lebih buruk lagi. Dengan kebodohannya, Zelensky telah membawa negara dan rakyatnya menuju kehancuran. Sebelum ia menjadi umpan yang digunakan Amerika untuk memikat Rusia agar mencapai kepentingannya di Eurasia, ia telah menghancurkan negaranya dan menyebabkan kematian ratusan ribu tentara dan rakyatnya, sungguh ia adalah bahan bakar bagi perang Amerika-Eropa-Rusia, hingga lehernya dan leher rakyatnya berada di tangan para penghisap darah, ia berada di antara dua monster, Amerika dan Eropa, atau rahang beruang Rusia. Betapa piciknya ia dalam hal ini, dan betapa besar malapetaka yang telah ia bawa kepada rakyatnya. Hendaknya ini menjadi pelajaran bagi siapa saja yang memangku jabatan tanpa memiliki kompetensi untuk memangku jabatan itu, karena untuk memimpin rakyat dan negara dibutuhkan pemimpin yang berprinsip, bukan pemimpin yang amatiran dan picik.
Satu-satunya hal yang patut dipuji dari Zelensky adalah sikapnya saat ini di Gedung Putih. Meskipun ia lemah dan sangat membutuhkan, namun ia terbangun dari komanya setelah Trump menyiramkan seember air ke wajahnya. Zelensky sadar bahwa dengan menaati Trump dan menyerah pada apa yang diinginkannya, maka ia akan membunuh dirinya sendiri dan menuju kematiannya sendiri, sehingga ia menolak semuanya dengan sikap yang berani, sungguh sikapnya ini membuat kita merasakan betapa sengsaranya kita dengan keberadaan para penguasa boneka, seperti Raja Yordania, yang duduk di kursi yang sama beberapa minggu lalu, tetapi ia duduk dengan sikap tunduk dan terhina, seperti duduknya siswa yang gagal di hadapan gurunya, yang membuatnya tidak bisa bangun dari rasa malu dan aibnya meskipun Trump telah menjatuhkan air terjun di wajahnya, sehingga hal ini membuat kami semakin menyesal dan berkata, “Celakalah para penguasa kami! Apakah mereka tidak bisa seperti Zelensky?!”
Dunia, dan kaum Muslim khususnya, sangat membutuhkan pemimpin yang memiliki nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang akan mengakhiri arogansi Trump dan pemerintahannya, serta membawa rakyat dan dunia keluar dari ketidakadilan, korupsi, dan kebobrokan kapitalisme.
Tidak ada yang mampu melawan Amerika kecuali negara Khilafah yang akan datang. Eropa yang sedang runtuh, Rusia yang korup, maupun China yang introvert tidak akan mampu menghadapi Amerika dan arogansinya. Hanya Islam dan Khalifah kaum Muslim yang bisa melakukannya. Oleh karena itu, kami katakan kepada umat Islam, bahwa sekaranglah saatnya untuk mengembalikan kedudukan, martabat, dan kepemimpinannya. [] Ir. Baher Salih
Sumber: hizb-ut-tahrir.info, 3/3/2025.
Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat