Trik dan Tips Leadership Ala Sunnah Nabawiyah (4)

 Trik dan Tips Leadership Ala Sunnah Nabawiyah (4)

Oleh: Ismat Awni al-Hammouri

 

Keenam: Seorang pemimpin, manajer atau direktur setelah mengeluarkan instruksi untuk suatu pekerjaan harus ditindaklanjuti dengan pengawasan atas penerapannya menyusul dikeluarkannya instruksi itu. Pengawasan tidak boleh dari jauh—dengan pengendali jarak jauh (remote control), dan tidak pula dengan mengeluarkan instruksi, arahan atau peringatan tambahan, namun semua itu harus dilakukan di mana pemimpin, direktur atau manajer berada dekat tim kerjanya, tempat kerjanya, atau tempat produksinya, sehingga mereka merasakan aliran panasnya pekerjaan dari manajernya atau pemimpinnya. Hal ini, di satu sisi akan menjadikan dorongan tertentu bagi mereka dari keteladanan pemimpin atau manajernya, yang seakan berkata kepada mereka: Sungguh kita adalah tim yang tengah bekerja dengan kompak dan bersama-sama, bukan sendiri-sendiri, sebab kami adalah satu tim, bahkan mereka yang duduk di bangku cadangan pun adalah bagian dari tim. Di sisi lain, manajer atau pemimpin akan merasa bahwa pekerjaan dilakukan sendiri, dan memastikan bahwa instruksi dilakukan dengan benar.

Pengawasan mungkin akan berhasil dengan memastikan sistem administrasi atau instruksi yang dikirim ke karyawan atau tim kerja—begitu saya suka menyebutnya—untuk memastikan terlaksananya prosedur umpan balik dan laporan pencapaian. Sehingga dengan mengaktifkan prosedur ini setelah setiap permintaan untuk menyelesaikan pekerjaan, maka menjadi otomatis bagi tim kerja memberikan umpan balik dan laporan penyelesaian kepada pemimpin, manajer atau direktur, yang semuanya akan berlangsung secara alami. Sungguh, dengan pengawasan alami yang terus dilakukan, maka pekerjaan akan diselesaikan dengan efisiensi tinggi.

Sebuah potret kedekatan Nabi saw. dengan kaum Muslim dan masyarakat di sekitarnya, sehingga ada orang Arab Badui ketika dia mencari Nabi saw. berkata: “Ayyukum Muhammad, Di antara Anda, yang mana Muhammad?” (HR. Bukhari). Bahkan Nabi saw. berada satu tim dengan para sahabat, “Ketika menggali parit, di mana Nabi saw. mengangkut tanah sendiri bersama kaum Muslim” (HR. Ahmad, dalam Musnad-nya, hadits no. 18486). Sehingga hal itu mendorong dan memotivasi mereka untuk menyelesaikan pekerjaan, dan juga dirinya akan merasakan kepuasan karena terlibat sendiri dalam menyelesaikan pekerjaannya.

Ketujuh: Al-Mushthafa Muhammad saw. bersabda:

خَيْرٌ وَأَحَبُّ إلى اللهِ مِنَ المُؤْمِنِ الضَّعِيفِ، وفي كُلٍّ خَيْرٌ»

Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah Swt. daripada mukmin yang lemah. Namun, keduanya tetap memiliki kebaikan.” (HR. Muslim, dalam Shahih-nya, hadits no. 2664).

Seorang pemimpin, manajer atau direktur harus meningkatkan kualitas karyawannya, asistennya, dan orang-orang yang dipimpinnya dengan pendidikan, pelatihan, penugasan, dan stimulasi moral, bahkan jika mungkin secara finansial, dengan berbagai misi dan penghargaan. Semua itu untuk meningkatkan keilmuan, pengetahuan, dan kemampuan kerja timnya. Hal ini—jika dilakukan—akan menyebabkan peningkatan tingkat kemahiran, kreativitas, prestasi dan rasa memiliki, sehingga semangat satu tim kerja akan mewarnai diri mereka untuk menyelesaikan pekerjaan dengan sukses, sempurna dan istimewa.

Pemimpin yang sukses adalah pemimpin yang dirinya itu dikelilingi oleh para pembantu yang juga sukses, superior, dan kuat,  di mana mereka senantiasa membantu dan mendukungnya, serta siap menjadi pengganti untuk memimpin pekerjaan setiap saat.  Jadi, mereka itu tidak hanya mampu menjalankan instruksi saja, seperti halnya robot. (bersambung)

Artikel sebelumnya:

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *