Tindakan Pembersihan Saudi: Muhammad Bin Salman Mengikuti Apa Yang Dilakukan Sisi dan Erdogan Untuk Memusatkan Kekuasaan dan Menyelamatkan Amerika

Presiden AS telah mendukung tindakan pembersihan terhadap korupsi oleh Arab Saudi yang diprakarsai oleh Putra Mahkota Mohammad bin Salman terhadap para pangeran berpengaruh, elit militer dan bisnis. “Saya sangat percaya kepada Raja Salman dan Putra Mahkota Arab Saudi, mereka tahu persis apa yang mereka lakukan,” kata Trump dalam tweetnya.”Sebagian dari mereka yang diperlakukan dengan kasar telah memperlakukan negara itu sebagai ‘sapi perahan’ selama bertahun-tahun!”. [1]

Komentar:

Penangkapan yang dramatis terhadap orang-orang Saudi yang terkenal, yang mencakup para tokoh terkemuka, tokoh bisnis dan tokoh media [2], bersamaan dengan kecelakaan helikopter yang membawa Pangeran Mansur [3] dan para pejabat senior lainnya telah memicu spekulasi bahwa Mohammed bin Salman (MBS) telah menggagalkan suatu kudeta. Apapun alasannya, ada satu hal yang sangat jelas bahwa Visi 2030 bagi Kerajaan membawa semua keunggulan dari upaya Amerika untuk merestrukturisasi negara tersebut melalui Raja Salman dan anaknya Muhammad.

Kunjungan Trump ke Arab Saudi pada bulan Mei tahun ini telah terbukti memberikan alamat buruk dan menandai dimulainya rencana transisi berkali-kali lipat yang mengkonsentrasikan kekuasaan di tangan Muhammad Bin Salman [4]. Tindakan pertama dari rencana ini adalah dibuatnya perjanjian keamanan antara Raja Salman dan AS. Sebagai ganti dari bantuan bernilai miliaran dolar, AS secara bersyarat setuju untuk mendukung faksi Salman dari keluarga Saudi. Kunjungan dari menantu Trump baru-baru menunjukkan lampu hijau pemerintahan Trump bagi Salman untuk dapat mengambil tindakan berani tersebut. Pembersihan dari keluarga kerajaan senior dan tokoh-tokohh lainnya yang berkedok pembersihan dari tindakan korupsi dimaksudkan untuk menyingkirkan tradisi-tradisi lama yang memecah kekuasaan antara berbagai faksi yang berbeda.

Usaha yang dilakukan Salman untuk mempercepat pemusatan kekuatan dimana Muhammad mengisyaratkan bahwa Raja yang lemah itu telah melakukan hal yang terbaik untuk memastikan transisi kekuasaan yang mulus kepada putra mahkota sebelum dia mengumumkannya.

Aspek kedua dari rencana transisi Amerika bagi Arab Saudi adalah mempercepat sekularisasi masyarakat Saudi. Pengumuman baru-baru ini untuk membiarkan perempuan untuk mengemudikan kendaraan, menghadiri acara-acara olahraga dan mencabut larangan bagi konser dan kegiatan lainnya yang mendorong pergaulan bebas hanyalah puncak gunung es. Pemberontakan terhadap kemapanan Wahhabi yang dilakukan oleh MBS menggarisbawahi tekadnya untuk memulai suatu versi “modernisasi Islam”, yang pada dasarnya adalah versi Islam yang sesuai dengan Washington.

Bagian ketiga dari rencana transisi Amerika adalah merampok kekayaan Arab Saudi melalui liberalisasi ekonomi yang mutlak dan penyerahan kedaulatan ekonomi sepenuhnya kepada perusahaan-perusahaan multinasional Amerika dan Washington. Sama seperti MBS yang melakukan tindakan pembersihan itu, Trump juga men-tweet untuk mengingatkan pewaris Saudi bahwa Aramco yang merupakan angsa emas negara itu harus diprivatisasi di bursa saham New York. Sebenarnya MBS sangat berhasrat melakukan privatisasi dimana pada bulan Oktober dia memproklamasikan NEOM- yang merupakan mega-city Saudi yang pertama – yang akan menjadi ‘kota kapitalis pertama di dunia’, dengan kemungkinan IPO sebelum atau sesudah tahun 2030 [5].

Tidak dapat dipungkiri, tingkat perubahan struktural yang dilakukan oleh Raja Salman dan Muhammad Bin Salman (MBS) setelah berkunjung ke Trump menekankan urgensi mereka untuk melepaskan diri dari masa lalu, dan menyerahkan Saudi di bawah era baru totalitarianisme yang tidak pernah disaksikan sebelumnya.

Meskipun demikian, angin despotisme yang baru telah menjelajah Saudi dari tempat lain ke wilayah ini. Di bawah pengawasan Amerika, Sisi dan Erdogan telah mengkonsentrasikan kekuatan di tangan mereka secara penuh-meski dengan alasan yang berbeda.

Sisi telah membenarkan absolutisme dengan dalih melindungi demokrasi, dan Erdogan telah mempertahankan kekuasaan dengan berkedok melindungi negara dari rencana kudeta. MBS meneladani mereka dan dengan terang-terangan menyamarkan dalam mengekspansi kekuatannya melalui perang yang palsu dalam melawan korupsi. Pembelian yacht senilai $ 500 juta oleh MBS dan liburan mewah ayahnya senilai $ 100 juta di Maroko hampir tidak memenuhi syarat dalam perang melawan korupsi, sementara rakyat Saudi sedang menghadapi kemiskinan yang parah [6].

Setelah kegagalan inisiatif demokrasi Bush yang lebih besar dan armada kapal Obama dengan kelompok Islam yang berkuasa, AS telah melakukan perubahan tindakan berbalik arah di bawah Trump. Apa yang terjadi di Mesir, Turki dan sekarang di Arab Saudi adalah pengakuan yang tegas bahwa tidak ada ruang untuk mengekspresikan Islam di kalangan umat melainkan tunduk kepada liberalisme barat.

Dalam jangka pendek, perubahan ini mungkin akan membuat depresi umat Islam, namun akhirnya prakarsa Amerika semacam itu hanyalah mantera dari akhir dominasi Barat. Ini dikarenakan Barat selama seratus tahun terakhir telah mencoba segalanya untuk menyingkirkan Islam dari hati dan pikiran masyarakat namun telah gagal dalam segala situasi. Dengan menggunakan kekuatan yang luar biasa – baik melalui dukungan bagi kelompok otokrat atau melalui kekuatan militer – Amerika telah dengan jelas menunjukkan bahwa Barat telah bangkrut secara intelektual dan tidak dapat menandingi Islam atau bahkan menawarkan alternatif yang layak untuk Khilafah Rashidah yang dirindukan umat.

Timur Tengah yang pernah menjadi benteng stabilitas bagi Amerika, sekarang merupakan jurang destabilisasi dan keresahan yang menyedihkan –  yang banyak berkaitan akibat apa yang dilakukannya sendiri.

Amerika tidak hanya kehilangan kendali atas ummat, tapi status super power yang disandangnya hampir berakhir. Namun, segelintir orang menyadari hal ini dan mengerti bahwa perubahan sosial adalah suatu paradoks – dimana kebaikan dan kejahatan hidup berdampingan dan pada masa kegelapan yang ekstrem, Allah (Swt) akan memberikan kemenangan kepada siapa saja yang Dia kehendaki.

“[Tapi] apakah Anda berpikir bahwa Anda bisa masuk surga tanpa menderita seperti orang-orang yang telah meninggal sebelum Anda? Kemalangan dan kesukaran menimpa mereka, dan begitu terguncang apakah mereka bahwa rasul dan orang-orang percaya bersamanya, akan berseru, “Kapankah kemenangan Allah akan datang?” Oh, sesungguhnya kemenangan Allah selalu dekat! ” [TQS Al Baqarah: 214]

 

Ditulis oleh: Abdul Majeed Bhatti

References:

[1] https://www.rt.com/usa/408975-trump-saudi-elites-milking-kingdom/

[2]https://www.washingtonpost.com/world/saudi-arabia-detains-princes-ministers-and-billionaire-investor-in-extraordinary-purge/2017/11/05/ea0aa25c-c1fc-11e7-af84-d3e2ee4b2af1_story.html?utm_term=.027f41a16e0b

[3]https://www.khaleejtimes.com/region/saudi-arabia/saudi-prince-killed-in-helicopter-crash-

[4] http://www.bbc.com/news/world-us-canada-39979189

[5]http://gulfnews.com/business/economy/new-saudi-mega-city-will-be-listed-publicly-crown-prince-says-1.2113368

[6]https://www.theguardian.com/commentisfree/2017/nov/07/the-guardian-view-on-saudi-arabia-a-slow-motion-coup

Share artikel ini: