Mediaumat.news- Jum’at siang (21/12) selepas duhur, ribuan kaum muslim Yogyakarta berduyun-duyun datang menuju titik nol kilometer, pusat kota Yogyakarta. Datang dari berbagai latar organisasi dan komunitas yang berbeda, mereka datang dengan kesadaran bersama untuk melakukan aksi Bela Muslim Uighur di China yang terdzalimi oleh pemerintah di sana. Aksi di Yogyakarta kali ini hanyalah salah satu dari sekian banyak kota lain di Indonesia yang melaksanakan aksi serupa secara serentak.
Ada 3 hal di tengah aksi yang menarik dan sangat patut disyukuri sebagai rahmat dan karunia Allah SWT yang tak terkira.
Yang pertama, suasana teduh dan sejuk yang menaungi aksi sejak mula hingga akhir. Normalnya matahari sedang sangat terik sepanjang waktu dilakukannya aksi. Namun ternyata terik itu tak terasa. Ada yang mengatakan cuaca bukannya mendung, karna biasanya hawa gerah justru sangat terasa jika cuaca sedang mendung. Nyatanya, memang tak setetes air pun turun dari langit hingga aksi berakhir. Para peserta aksi hanya bisa berharap cuaca yang bersahabat itu adalah pertanda ridhonya Allah SWT atas pembelaan yang mereka lakukan untuk saudara muslim di belahan dunia lain, meski hanya dengan sekedar aksi, tanpa daya kekuatan apapun untuk mengubahnya.
Yang kedua, meski jauh hari dalam publikasi panitia mempersilahkan peserta membawa identitas dan atribut organisasi masing-masing, nyatanya di tengah aksi sangat minim terlihat bendera organisasi berkibar, dan justru panji Rasulullah, al-liwa dan ar-rayah tampak mendominasi. Semoga ini merupakan bentuk kesadaran dan penerimaan kaum Muslim terhadap bendera tauhid sebagai bendera pemersatu umat.
Yang ketiga, meski bukan pertama kalinya terlihat, sebagian peserta aksi datang mengenakan pakaian khas daerah, yaitu surjan -lengkap dengan blangkonnya- dan sukses mencuri perhatian. Dikenakannya pakaian tersebut menunjukkan bahwa umat Islam tetap mencintai budaya lokal dan melestarikannya, sambil tetap menunjukkan kepedulian pada saudara seaqidah nun jauh di sana dengan budaya dan bangsa yang jauh berbeda. Tauhid adalah ikatannya. Dan kedzaliman yang menimpa muslim Uighur menunjukkan sekali lagi, bahwa sekat negara bangsa lagi-lagi menjadi penghalang utama bagi sesama muslim untuk saling membela dan menyelamatkan.[]