Mediaumat.id – Ada tiga catatan penting terkait adanya dugaan serangan siber seiring gangguan layanan atau eror yang dialami Bank Syariah Mandiri (BSI) selama empat hari. Hal itu dinyatakan Direktur Information and Network Security Institute (INS Institute) M. Yanuar dalam Kabar Petang: BSI Error, Ada ‘Rekayasa’? Ahad (14/5/2023) di kanal Youtube Khilafah News.
Pertama, terkait masalah terganggunya layanan sistem BSI, informasi awal yang beredar di publik adalah karena adanya maintenance (pemeliharaan). Namun kemudian ada tambahan informasi lain dari beberapa pihak.
Yanuar menjelaskan informasi tambahan tersebut adalah dari Menteri BUMN Erick Thohir dan Direktur Utama BSI Hery Gunardi. “Keduanya menyatakan ada serangan terhadap sistem BSI yang mengakibatkan terganggunya layanan. Dirut BSI juga menyatakan harus melakukan switch off beberapa sistem mereka,” ucapnya.
Menurutnya, melihat pernyataan Dirut BSI tersebut telah membuktikan memang ada indikasi serangan. “Namun jenis serangannya apa belum bisa ditentukan,” ujarnya.
Kedua, mengutip analisa pakar yaitu Alfons Tanujaya dari Vaksincom menyatakan bahwa kemungkinan terjadinya serangan langsung malware terhadap basis data BSI yang berhari-hari bisa jadi akan mengenai basis data cadangan. “Hal ini, masih menurut Alfons akan membutuhkan waktu yang lama untuk recovery-nya (pemulihannya),” imbuh Yanuar.
Ketiga, kemungkinan adanya serangan atau human error mengakibatkan sistem di basis menjadi down. “Yang dilakukan BSI adalah melakukan shutdown service untuk mengisolasi layanan mereka sehingga serangan ini tidak berlangsung lebih lama. Kemudian mereka melakukan mitigasi dengan mengecek satu per satu dari servernya dan lainnya,” bebernya.
Menurut Yanuar, berfungsinya layanan BSI secara bertahap adalah karena agar sistemnya tidak diserang lebih lanjut. “Satu hal yang paling penting yaitu pertama menonaktifkan dulu, kemudian baru kemudian melakukan mitigasi,” ulasnya.
Ia tidak sependapat dengan adanya pernyataan tidak secure-nya (amannya) sistem teknologi seluruh perbankan plat merah karena perbaikan yang berlangsung dalam waktu lama. Justru ia menilai keamanan sektor finansial atau perbankan lebih bagus dibandingkan sektor lainnya seperti sektor kesehatan dan teknologi.
“Namun saya sepakat untuk serangan yang paling banyak terjadi adalah di sektor keuangan karena jelas salah satu motif hacker adalah motif ekonomi,” ungkapnya.
Adanya serangan siber yang berlangsung lama, ia menandaskan harus jadi refleksi karena akan mengakibatkan dampak yang lebih jauh, semisal menurunnya tingkat kepercayaan publik terhadap bank syariah.
“Selain pindah bank, ada juga yang ramai-ramai menarik uangnya yang bisa membuat kaos jika tidak segera diatasi,” urainya.
Ia juga menegaskan, keamanan siber itu sudah sangat penting mengingat dunia saat ini dikelilingi oleh internet dan serba daring.
“Internet sendiri yang pertama kali mengembangkan dari militer Amerika. Sudah semestinya keamanan siber berada di bawah semisal kementerian keamanan siber. Ini harus menjadi perhatian yang sangat luar biasa,” pungkasnya.[] Erlina