The Power of Communication

Oleh: Bey Laspriana Husein, Praktisi Komunikasi Syariah

Al kisah seorang laki-laki tua yang duduk bersila di pinggir jalan menanti kemurahan setiap yang lewat untuk mendapatkan sekeping dua keping receh. Ia buta dan ia hanya ditemani sebuah kaleng dan selembar kardus bertuliskan “I’m Blind. Please Help”.

Tiba-tiba datanglah seorang perempuan yang entah kenapa ia kemudian mengambil kardus di samping pengemis tua itu, lalu menuliskan sesuatu. Setelah selesai, ia letakkan kembali kardus itu pada tempatnya semula, dan ia beranjak pergi.

Apa yang terjadi? Tidak berapa lama perempuan itu pergi, si pengemis menjadi takjub, karena ia mendapatkan receh yang begitu banyak dibanding biasanya. Bagaimana bisa terjadi? Karena ternyata di atas kardus itu tertulis “It’s a beautiful day and I can’t see it”.

Meski cerita di atas adalah sebuah tayangan iklan sosial, tapi tayangan itu bagi saya sangat inspiratif sekaligus menguatkan keyakinan saya akan kekuatan komunikasi.

Jika kita cermati dan renungkan. Sesungguhnya sebagian besar kehidupan kita diisi oleh kegiatan komunikasi. Baik dalam bentuk verbal (kata-kata, audio), visual (gambar, simbol), bahasa isyarat, maupun gabungan dari berbagai bentuk komunikasi.

Melalui komunikasi seringkali berbagai persoalan bisa diselesaikan. Namun sebaliknya, acapkali persoalan muncul akibat dari lemahnya komunikasi. Komunikasi pula yang mampu membangun kesadaran dan persepsi manusia pada apa yang mereka anggap tidak penting, berbalik menjadi penting bahkan sangat penting dan mendesak. Dan tidak segan-segan akhirnya mereka memberikan dukungan nyata meski mereka sadar akan konsekuensi yang akan mereka hadapi.

Melalui komunikasi, citra (brand image) seseorang pun bisa diciptakan. Mengubah citra buruk seseorang menjadi baik dan sebaliknya bukanlah hal mustahil bagi sebuah aktivitas komunikasi. Dan melalui komunikasi yang tersistem secara terencana dan terintegrasi perubahan sebuah tatanan sebuah negara bahkan sebuah peradaban kehidupan manusia di dunia bisa dilakukan.

Mari kita flashback sejenak untuk melihat apa yang telah dilakukan oleh Baginda tercinta, uswah semua manusia, Muhammad Rasulullah SAW. Dalam kurun waktu yang amat singkat—tiga belas tahun, beliau mampu mengubah tatanan kehidupan masyarakat Arab jahiliyah menjadi sebuah tatanan kehidupan baru yang penuh dengan keadilan, menghormati martabat setiap manusia, menyejahterakan dan memberikan ketenangan kepada setiap orang tanpa pandang suku, turunan bahkan agama.

Pertanyaannya adalah apa sesungguhnya yang dilakukan oleh beliau? Rahasianya ternyata terletak pada apa yang beliau sampaikan kepada masyarakat Arab berupa dakwah Islam. Dakwah Islam inilah yang menjadi wasilah Muhammad SAW mentransformasi ‘gagasan-gagasan langit’ (baca: Firman Allah SWT) menjadi sesuatu yang mengagetkan, dipertanyakan, dipikirkan hingga akhirnya dibutuhkan dan didukung oleh masyarakat jahiliyah kala itu.

Satu-satunya ‘senjata’ yang beliau pakai saat itu adalah kemampuannya mengomunikasikan seluruh pesan “Zat Yang Maha Agung” secara tepat dan efektif, sehingga sebagian besar umat manusia mengikutinya.

Melalui komunikasi itu pula Rasul SAW mampu mengubah persepsi manusia tentang kehidupan. Dan hebatnya mampu membangkitkan umat jahiliyah berubah menjadi masyarakat berperadaban tinggi yang disegani oleh masyarakat dunia lebih dari 13 abad! Sebuah capaian yang belum tertandingi oleh agama dan sistem hidup manapun di dunia ini.

The Power of Islamic Communication

Komunikasi memang ditujukan untuk mengubah persepsi bahkan perilaku seseorang maupun komunal (masyarakat). Permasalahannya adalah komunikasi yang seperti apa yang harus dilakukan agar berpengaruh positif pada perilaku seseorang? Di sinilah komunikasi Islam diperlukan.

Islam menjadikan akidah dan syariah sebagai dua aspek dasar keyakinan dan implementasi dalam segala aktivitas kehidupan manusia, tak terkecuali dalam hal komunikasi. Oleh karenanya, akidah dan syariah  harus menjadi frame of mind dan frame of work (Proud of You, Irtikaz, 2012, hal 92-96).

Frame of mind adalah menjadikan akidah dan syariah sebagai landasan dan acuan dalam menggali ide, gagasan, konsep dan strategi komunikasi yang unik, kreatif, berbeda dan ‘nonjok’ tapi tetap dalam koridor Islam.

Pentingkah? Ya jelas! Karena di kebanyakan orang praktisi komunikasi atau kreatif berpendapat bahwa ide, gagasan, konsep itu harus bebas. Tidak boleh dibatasi karena akan membelenggu kreatifitas. Oleh karenanya, tidak mungkin bagi komunikator Muslim menyuarakan ide kebebasan, ide demokrasi.

Adapun frame of work, adalah implementasi serta eksekusi komunikasi-kreatif baik pada strategi, desain komunikasi visual, media yang harus juga bersandar pada aturan Islam. Mengekspos kecantikan perempuan adalah terlarang, sebagai sebuah contoh. Dengan begitu komunikasi yang seperti ini akan memberikan efek dakwah, keberkahan dan kemaslahatan bagi semua manusia. Wallahu’alam.[]

Share artikel ini: