Terus Bergerak! Islam Berhasil Menghancurkan Dinding Tebal Pada Diri Umat, Yaitu Diam dan Rasa Takut

Oleh: Boedihardjo, S.H.I.

Allahu Akbar, sudah 74 tahun lalu, tepatnya 17 Agustus 1945, negeri ini merdeka dari penjajahan fisik yang dilakukan oleh negara-negara kolonialis. Umat Islam, yang merupakan mayoritas di negeri ini, tentu patut bersyukur atas anugerah kemerdekaan ini.

Namun demikian, sangat disayangkan, kemerdekaan seolah dipahami oleh bangsa ini semata-mata sebagai keterbebasan negeri ini dari penjajahan secara fisik. Akibatnya, penjajahan non-fisik (yakni penjajahan pemikiran/ideologi, politik, ekonomi, sistem sosial dan budaya) yang berakar pada Kapitalisme global sering tidak disadari sebagai bentuk penjajahan. Padahal penjajahan non-fisik—dalam wujud dominasi Kapitalisme global—ini jauh lebih berbahaya daripada penjajahan fisik. Mungkin, ini karena penjajahan fisik lebih banyak memakan korban jiwa sehingga kesannya lebih tragis dan dramatis. Sebaliknya, penjajahan non-fisik, karena tidak secara langsung memakan korban jiwa, kesannya tidak strategis dan sedramatis penjajahan fisik. Padahal jika kita renungkan, penjajahan non fisik dalam wujud dominasi Kapitalisme global ini juga telah menimbulkan penderitaan yang luar biasa bagi bangsa ini khususnya, dan umat manusia di dunia umumnya; selain memakan korban jiwa yang terbunuh secara pelan-pelan.

Benar, bahwa kemerdekaan ini belum mencapai tujuan hakikinya hingga detik ini. Itu disebabkan oleh berbagai upaya terstruktur dan sistematis berupa perampasan dan pengalihan terhadap terwujudnya kemerdekaan yang hakiki, menekan, memberangus suara kritis ketika ingin menerapkan syariah Islam secara kaffah, dan upaya monsterisasi terhadap para pengembannya. Secara politik, Indonesia juga tidak luput dari cengkeraman hegemoni global negara-negara adidaya. Indonesia saat ini tunduk pada negara Barat (AS dan sekutunya) dalam apa yang mereka sebut perang global melawan terorisme. Bukan hanya itu, atas nama HAM, Demokrasi, dan Pluralisme, negara penjajah juga terus melakukan intervensi yang mendorong disintegrasi.

Namun, perjuangan ini ternyata tetaplah berlanjut. Perjuangan itu bukanlah perjuangan yang bersifat sporadis. Namun, merupakan gerakan perubahan yang terpendam dan terus diperbaharui bagi umat yang tidak diam atas kedhaliman dan ketidakadilan.  Ia merupakan pergerakan sejarah yang gemilang bagi umat yang mencari identitasnya, yang berjalan di atas tujuannya dalam mewujudkan persatuan umat, hukum dan negaranya.

Lihatlah, mereka putra-putra terbaik umat di Indonesia hari ini keluar menghadapi kedholiman penguasa mereka. Lihatlah di banyak negeri-negeri muslim  menggeliat demi mewujudkan hal itu. Sesungguhnya perjuangan ini masih terus  berlangsung, walaupun menghadapi berbagai keacuhan dan kegagalannya, ia akan terus berkobar  dari satu waktu ke waktu, dan gerakannya akan terus  berlangsung. Kita mampu menyaksikan kembalinya perjuangan ini di satu negara, dimana ia bisa saja  menyebar ke negara lainnya. Karena keterpurukan yang melanda putra-putra terbaik umat tidaklah berubah, dan pemicu perubahan itu masih terus berlangsung, bahkan semakin bertambah dan semakin kritis.

Alhasil, para pemuda muslim bersama para tokoh-tokohnya yang bersih dan tulus akan terus berkobar dalam semangat kemerdekaan hakiki dengan Islam sebagai barometernya. Islam datang untuk membebaskan manusia dari segala bentuk penghambaan kepada sesama manusia sekaligus mewujudkan penghambaan hanya kepada Allah SWT. Islam datang untuk membebaskan manusia dari kesempitan dunia akibat penerapan aturan buatan manusia menuju kelapangan dunia (rahmatan lil alamin). Islam juga datang untuk membebaskan manusia dari kezaliman agama-agama dan sistem-sistem selain Islam menuju keadilan Islam.

Semua itu akan menjadi nyata jika umat manusia mengembalikan hak penetapan aturan hukum hanya kepada Allah SWT dan Rasul saw. Caranya dengan memberlakukan syariah Islam secara kaffah dalam seluruh aspek kehidupan mereka. Tanpa itu, kemerdekaan hakiki, kelapangan dunia dan keadilan Islam tak akan pernah bisa terwujud. Selama aturan, hukum dan sistem buatan manusia yang bersumber dari akal dan hawa nafsu mereka terus diterapkan dan dipertahankan maka selama itu pula akan terus terjadi penjajahan, kesempitan dunia dan kezaliman. Allah SWT telah memperingatkan hal itu:

Siapa saja yang berpaling dari peringatan-Ku maka sungguh bagi dia kehidupan yang sempit dan Kami akan mengumpulkan dirinya pada Hari Kiamat dalam keadaan buta (TQS Thaha [20]: 124).

Karena itulah Allah SWT memerintahkan kita semua untuk menerapkan syariah Islam dalam seluruh aspek kehidupan. Penerapan hukum syariah Islam itu menjadi bukti kebenaran dan kesempurnaan klaim keimanan dan penghambaan mereka kepada Allah SWT (Lihat, antara lain: QS an-Nisa [4]: 65). Pada saat yang sama, Allah SWT mewajibkan penguasa untuk memerintah dengan menggunakan hukum-hukum syariah. Bahkan Allah SWT mensifati penguasa yang tidak memerintah dengan menggunakan hukum-hukum syariah sebagai kafir (QS al-Maidah [5]: 44), fasik (QS al-Maidah [5]: 47) atau zalim (QS al-Maidah [5]: 45).[]

 

Share artikel ini: