Terungkap, Manshur Syah Sultan Terkuat di Asia Tenggara

 Terungkap, Manshur Syah Sultan Terkuat di Asia Tenggara

Mediaumat.id – Diungkapkan, Paduka Sri Sultan ‘Ala’uddin Manshur Syah, Johan Berdaulat Zhillullah fi’l-‘Alam merupakan sultan terkuat di Asia tenggara pada awal abad ke-19. “Ia adalah sultan terkuat di Asia Tenggara pada awal abad ke-19,” ungkap narator film dokumenter sejarah Islam Jejak Khilafah di Nusantara 2 Akhmad Adiasta dalam film JKDN 2 yang premier pada Rabu (20/10/2021) secara daring.

Sultan Manshur Syah, sang Sultan Aceh Darussalam, lanjut narator, kala itu telah menjadi sandaran bagi segenap pembesar negeri, seperti Minangkabau, Jawa, Bugis, Bali, Kalimantan, Palembang, dan semua negeri yang sudah dipukul Belanda. “Mereka mengirim surat guna meminta tolong kepada Paduka yang Berdaulat di Bandar Aceh,” ujarnya.

Sebelumnya, masih di JKDN 2, juga diungkapkan bahwa sejak kedatangan veteran Padri ke Istana Darud Dunya yang membawa surat tentang kabar mengecewakan di Minangkabau, sudah menggelisahkan Sultan Manshur Syah terkait nasib negeri-negeri Islam di Nusantara.

Untuk diketahui, veteran Padri yang dimaksud, sebelumnya memang berhasil menyelamatkan diri dari kekalahan pasukan Tuanku Imam Bonjol, dan menuju Aceh bersama serombongan pejuang lainnya pada tahun 1837 untuk menghadap Sultan Aceh yang berkuasa saat itu.

Direktur Pedir Museum Masykur Syafruddin, menjelaskan di dalam surat itu ternyata juga disebutkan, kesultanan Palembang dan Padang turut dicaplok Belanda dengan kemudian melakukan pembuangan sultan-sultan mereka, termasuk sultan Pagaruyung. “Sultan Pagaruyung itu adalah anak paman kami. Itu kan jadi satu kemarahan besar Sultan Manshur, Sultan Aceh,” tambahnya.

Dengan demikian, tegas Sutradara JKDN 2 Nicko Pandawa, ketika Sultan Manshur Syah melihat semua itu, ia tidak lantas terburu-buru menyerang tetapi justru meyakini, bahwa tidak mungkin melawan kafir penjajah tanpa kebersatuan. Sehingga, kunci persatuan untuk negeri-negeri Islam yang sudah dipecah-belah oleh kafir penjajah hanyalah bersandar kepada satu-satunya pemimpin kaum Muslim sedunia, Khilafah Utsmaniah.

Lantas, Sultan Manshur Syah pun mengirim surat ke Sultan Abdul Majid I di Istanbul pada 8 Februari 1849 untuk memperbarui baiat Kesultanan Aceh. “Dengan baiat itu, Sultan Manshur Syah berharap dapat menjadi pemersatu perlawanan kaum Muslim seluruh Asia Tenggara yang ada atas izin Khalifah Utsmaniah,” pungkasnya.[] Zainul Krian

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *