Terkonfirmasi! Sejarawan Ini Sebut Ada Jejak Islam dan Khilafah di Nusantara

 Terkonfirmasi! Sejarawan Ini Sebut Ada Jejak Islam dan Khilafah di Nusantara

Banyak yang masih mempertanyakan, benarkah ada jejak khilafah di Nusantara? Atau hal itu sekadar propaganda dan manipulasi. Demi menjawab kegelisahan publik, Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa (FDMPB) menghadirkan diskusi dan pencerdasan publik melalui daring Zoom, You Tube dan Facebook, Sabtu (29/8/2020) pukul 08.00-11.30 WIB. Temanya menarik “Menakar Sejarah Islam dan Nusantara: Tinjauan Multiperspektif dan Objektif”.

Septian AW (Sejarawan Muda Komunitas Literasi Islam) yang terlibat langsung di film Jejak Khilafah di Nusantara (JKDN) hadir menjelaskan hal ihwal seputar film. Sejarawan yang telah menyelesaikan sarjana dan magister jurusan ilmu sejarah ini mengonfirmasi jejak Islam dan Khilafah di Nusantara.

Septian menilai jika sejarah Indonesia atau Nusantara ditulis oleh sejarawan Belanda. Maka perspektif mereka seputar Pangeran Diponegoro, misalnya juga berbeda, dimana disebut pemberontak. Sementara dalam perspektif bangsa Indonesia, Pangeran Diponegoro adalah pahlawan.

“JKDN ini ditulis dan disusun berdasarkan perspektif umat Islam centris, bukan Indonesia centris. Hal ini dibuktikan dengan adanya fakta sejarah interkoneksi antara umat Islam di Nusantara dengan dunia internasional, dimana saat itu yang berkuasa ialah Kekhilafahan Turki Utsmani,”jelasnya panjang lebar.

Fakta yang dipaparkan dalam film dokumenter JKDN menunjukkan fakta yang tersebar di Nusantara semisal makam ulama, gelar ulama, dan situs-situs lainnya. Pun umat Islam di Indonesia sudah mengenal Walisongo, bahkan umat pun sering menziarahinya.

Menariknya, Prof. Dr. Farid Wajdi Ibrahim, MA. (Guru Besar Peradaban Islam UIN Ar Raniry Aceh). Kepakaran beliau memberikan pencerahan dan pencerdasan yang membuka wawasan peserta diskusi. Bagaimana tidak, beliau tinggal di Aceh, Guru Besar Peradaban Islam, dan Pengalamannya menelusuri jejak-jejak sejarah.

“Pihak orientalis khawatir akan kebangkitan Islam sehingga ketakutan akan khilafah dibuat stigmatisasi yang buruk terhadap khilafah dan ajaran Islam melalui antek-anteknya di Indonesia,”ungkapnya menghentak di awal diskusi.

Tambahnya, “Sehingga ada ketakutan jika kenyataan sejarah Islam di paparkan lagi hari ini kepada Umat. Islam masuk ke Nusantara sejak abad 1 H di Aceh. Marah Siluh menjadi Malikussaleh masuk Islam abad ke-3 H menjadi buktinya.”

Kedatangan Islam di Aceh dengan berdakwah dan menunjukkan Islam Rahmatan lil’aalamin bukan dengan menjajah seperti Portugis dan Belanda.

“Ada fakta sejarah akademi militer Aceh dilatih perang oleh jenderal-jenderal dari Turki Utsmani. Kemudian Aceh disebut Sultan dan tunduk pada kekhilafahan Turki Utsmani untuk mengusir penjajah Portugis dan Belanda,”tandasnya.

Sebagai orang Aceh dan tinggal di Aceh, beliau menegaskan bahwa Dakwah Islam sangat berkesan dan berpengaruh di masyarakat Aceh dan Nusantara karena ada hubungan dengan Kekhilafahan.

Diskusi tambah menarik ketika Rachmad Abdullah, S.Si, M.Pd (Sejarawan dan Penulis Buku Trilogi Revolusi Islam) menjelaskan detail karakter ahlul kitab yang sering mendistorsi sejarah dan memberi panduan benar untuk memahami sejarah.

“Memahami sejarah itu harus dari awal semenjak Nabi Adam diutus membawa Islam ke dunia hingga Islam sempurna di masa Muhammad SAW. Sejak abad 7-16 Masehi Islam mendominasi dunia. Puncaknya tahun 1453 kejatuhan Konstantinopel oleh Muhammad al-Fatih,”pesannya singkat.

Sejarawan penulis buku Trilogi Revolusi Islam juga menilai bahwa abad 15-20 itu Nasara mendominasi dunia dengan kolonialisme dan imprealisme. Abad 20-21 M Yahudi dengan isme-isme yang bathil mendominasi dunia dan menjadi cara pandang.

“Bahkan janji Allah memunculkan kembali kekhalifahan, Al-Mahdi, Dajjal, Isa bin Maryam diingkari Barat. Hal ini karena Barat menolak empiris rasionalis apa yang akan terjadi di masa depan.”

Rachmad menilai bahwa itu tak lepas dari pandangan orang Nasrani dan Yahudi yang sudah dijelaskan di dalam al-Quran. Karakternya mereka menyembunyikan yang haq. Padahal yang haq itu benar yaitu Islam.

Terkait film JKDN beliau berpendapat bahwa “Data-data di JKDN itu hampir semuanya dan sejarawan tahu. Data-data itu sudah ada. Cuma data itu diinterpretasi, maka tidak heran terjadi distorsi. Apalagi karakter dasar orang kafir melakukan distorsi. Bisa diduga Peter Carey pun sama seperti karakter dasar Ahli Kitab yang menyembunyikan yang haq,”jelasnya.

Ribuan peserta turut hadir di diskusi daring ini. Tujuannya untuk menjelaskan yang haq dan meluruskan pandangan yang salah terkait sejarah Islam. Umat islam harus bangga dengan sejarahnya sendiri dan harus menemukan jejaknya sendiri. Jangan mau disetir dan didistori oleh orang-orang yang benci Islam.[]hn

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *