Terkait Suriah, FIWS: Revolusi Setengah-Setengah, Bawa Kehancuran

 Terkait Suriah, FIWS: Revolusi Setengah-Setengah, Bawa Kehancuran

Mediaumat.info – Turut merespon kondisi pasca tumbangnya rezim Assad di Suriah, Direktur Forum on Islamic World Studies (FIWS) Farid Wadjdi mengingatkan kepada para pejuang di sana bahwa revolusi yang setengah-setengah akan membawa kehancuran atas Syam.

“Revolusi yang setengah-setengah atau bergantung pada sistem sekuler akan membawa kehancuran,” ujarnya kepada media-umat.info, Rabu (18/12/2024).

Bukan tanpa alasan, sebagaimana yang terjadi pada 2011 di negara-negara Arab lainnya, yaitu ketika sebuah serangkaian gerakan anti-pemerintah menyebar di Arab dan sebagian Afrika yang kemudian dikenal dengan Arab Spring, hanya mengubah rezim tak mengubah sistem.

Padahal, kata Farid lebih lanjut, Hizbut Tahrir Suriah telah mengingatkan bahwa tujuan utama revolusi Suriah adalah selain menggulingkan sistem sekuler yang zalim, juga menggantikannya dengan sistem Islam yang sesuai dengan akidah Islam.

Ditambah, untuk membalas pengorbanan para syuhada, perjuangan tersebut harus terus berlanjut hingga tegaknya kembali syariat Islam, dalam hal ini Negara Khilafah Rasyidah yang berdasarkan manhaj kenabian.

“Dengan adanya khilafah, umat Islam akan meraih ridha Allah, melindungi kehormatan, dan membebaskan tempat-tempat suci,” kata Farid menerangkan.

Untuk itu, rakyat Syam harus menolak segala tawaran dari Amerika Serikat (AS), sekutunya, dan lembaga kolonial yang mengatasnamakan komunitas internasional yang pada dasarnya dibentuk oleh Barat.

Hari Bersejarah

Adalah tanggal 8 Desember 2024, hari bersejarah bagi rakyat Suriah, karena berhasil menumbangkan Bashar al-Assad, diktator yang telah berkuasa selama lebih dari 24 tahun.

Kata Farid, peristiwa revolusi ini didorong oleh keimanan dan kesabaran umat Islam Suriah dan para mujahidin yang berjuang tanpa henti (istiqamah) menghadapi rezim represif.

Untuk diketahui sebelumnya, kekejaman Bashar Assad adalah mengikuti jejak ayahnya, Hafiz al-Assad. Sehingga, sejak 2011 atau ketika peristiwa Arab Spring bergulir, lebih dari 500.000 orang Suriah telah tewas, dan jutaan lainnya menjadi pengungsi.

Pun penggunaan senjata kimia dalam serangan besar di Ghouta (2013), Khan Sheikhoun (2017), dan Douma (2018) menyebabkan ratusan ribu korban jiwa termasuk anak-anak.

Kala itu, sambung Farid, rezim Assad menggunakan bantuan dari AS, Rusia, dan Iran dalam bentuk pemboman dengan pesawat tempur, artileri berat, dan rudal.

Salah satu metode pemboman yang dikenal dengan bom barel, misalnya, juga telah merusak dan menghancurkan infrastruktur kota-kota besar seperti Aleppo, Homs, dan Idlib yang diduga menjadi basis kelompok anti-Presiden Bashar al-Assad.

Kemudian sebagaimana laporan dari organisasi HAM, tercatat kekejaman lainnya berupa penyiksaan brutal terhadap para tahanan oleh pasukan Assad. “Penjara Sednaya menjadi simbol kekejaman rezim, tempat ribuan tahanan yang disiksa dan meninggal dunia,” ulas Farid.

Tak berhenti di situ, rezim Assad juga menggunakan kelaparan sebagai senjata perang dengan mengepung kota-kota yang dikuasai oleh oposisi, seperti Madaya pada 2015, yang menyebabkan kelaparan massal.

Perjuangan Belum Selesai

Makanya, sekali lagi Farid mengingatkan, meski Bashar Assad telah tumbang, perjuangan umat terutama rakyat Suriah belum selesai. Sebab, negara-negara imperialis seperti AS, Rusia, dan sekutunya akan berusaha menghalangi perubahan menuju kemenangan sejati.

“Amerika dan sekutu-sekutu Barat akan berusaha untuk ‘membajak’ perubahan dengan menawarkan demokrasi sekuler yang berbalut Islam, seperti yang terjadi di Mesir, Tunisia, Libya, dan Sudan,” paparnya, menyinggung Arab Spring sebagaimana disebutkan sebelumnya, ditunggangi kepentingan Barat.

Bahkan selain di Libya, ketika AS justru kemudian memerangi pejuang Islam atas nama perang melawan terorisme, kondisi di Sudan dan Afghanistan pasca Arab Spring pun tak jauh berbeda.

“Amerika memelihara konflik melalui militer Sudan, Amerika juga berusaha mengendalikan Afghanistan meskipun Taliban berkuasa,” imbuhnya.

Untuk itu pula, ia berharap kepada para mujahidin yang ikhlas untuk senantiasa bersatu dan menghilangkan perbedaan, serta berjuang sekuat tenaga menegakkan kembali khilafah Islam.

“Semoga Allah memberikan kemenangan sejati kepada umat Islam melalui tegaknya pemerintahan Islam di bawah Khilafah Rasyidah Kedua, yang akan membawa kebaikan bagi umat Islam dan dunia,” pungkasnya.[] Zainul Krian

Dapatkan update berita terbaru melalui channel Whatsapp Mediaumat

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *