Terkait Nuklir Iran, Arab Saudi Tunjukkan Loyalitasnya pada Amerika

Mediaumat.news – Pernyataan Menteri Luar Negeri Arab Saudi yang akan terus berkonsultasi dengan Amerika terkait dengan nuklir Iran, menurut Pengamat Politik Internasional Umar Syarifudin, menunjukkan loyalitas Saudi pada negara imperialis AS.

“Rezim ini menunjukkan kualitasnya yang buruk dengan menunjukkan loyalitasnya pada negara imperialis seperti AS,” ujarnya kepada Mediaumat.news, Rabu (27/01/2021).

Umar menilai, alasan sebenarnya Barat menghalangi Iran untuk mengembangkan teknologi nuklir adalah alasan politis. Negara-negara Barat terutama Amerika, tidak menginginkan hegemoninya terancam oleh kekuatan baru dunia, apalagi itu adalah negeri Islam seperti Iran.

“Jadi, krisis nuklir Iran ini tidak ada hubungannya dengan masalah perdamaian. Kalaulah pemilikan senjata nuklir dianggap akan mengancam perdamaian, mengapa negara-negara Barat justru pemilik senjata nuklir terbanyak di dunia,” bebernya.

“Kenapa pula Israel, India, dibiarkan mengembangkan nuklir sementara negeri Islam seperti Iran dan Pakistan dihalangi,” sambungnya.

Ia melihat, alasan yang mengatakan kalau teknologi nuklir jatuh ke tangan Iran akan berbahaya dan mengancam internasional, juga patut dipertanyakan. Seharusnya Amerikalah yang pertama kali dilarang memiliki nuklir, karena Amerika yang pertama menggunakan teknologi ini untuk menghancurkan Hiroshima dan Nagasaki. Amerika juga biasa menggunakan senjata pemusnah massal yang berbahaya, seperti zat kimia yang mereka gunakan di Vietnam.

“Jadi yang justru harus dikhawatirkan karena telah memiliki track record jelek adalah AS,” ungkapnya.

Umar mengatakan, adapun kewajiban Arab Saudi dan negeri-negeri Muslim lainnya sudah jelas dan terang, yaitu mengirim tentara untuk menolong kaum Muslim, mengusir setiap agresi atau intervensi AS dan sekutunya di negeri-negeri kaum Muslim dan berusaha menyatukan mereka dalam satu negara di bawah satu institusi yang hanya menjalankan hukum-hukum Allah.

Menurut Umar, Arab Saudi sesungguhnya mampu menggunakan harga minyak sebagai senjata. Sehingga dolar runtuh dan menyebabkan krisis internasional bagi Amerika, namun itu tidak dilakukannya.

“Tapi bukannya berusaha menolong kaum Muslim yang tertindas di Yaman, Irak dan Syam, rezim ini justru semakin mengokohkan pengkhianatannya dan dukungannya terhadap kezaliman dan pengkhianatan,” pungkasnya.[] Agung Sumartono

Share artikel ini: