Mediaumat.info – Terkait masih banyaknya orang Islam yang terlanjur percaya bahwa Indonesia telah dijajah 350 tahun oleh Belanda, Filolog Salman Iskandar mengingatkan pentingnya kepekaan terhadap berbagai informasi seputar sejarah.
“Sebagai Muslim, kita diperintahkan untuk peka, peduli sekaligus kritis dengan berbagai informasi yang ada, apalagi jika berita (berkenaan) informasi sejarah,” ujarnya kepada media-umat.info, Kamis (19/9/2024).
Terlebih, sambungnya, informasi sejarah dimaksud dipropagandakan oleh orang-orang fasik, munafik atau bahkan kafir.
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu,” demikian perintah Allah SWT di dalam QS al-Hujurat: 6.
Karena itu, generasi-generasi penerus Muslim mutlak harus meninjau kembali (rethinking), menafsirkan ulang (reinterpreting), dan menulis ulang (rewriting) atas sejarah bangsa Muslim ini, sesuai dengan Islam sebagai pisau bedah dan analisis terhadap suatu historiografi (penulisan sejarah) Indonesia.
Sebelumnya, dikutip dari cnbcindonesia (16/9), kemunculan narasi bahwa Indonesia telah dijajah selama 3,5 abad atau 350 tahun oleh Belanda ternyata tak sepenuhnya benar.
Namun, menjadi pihak yang turut tak membenarkan, Salman pun menyampaikan, jika dianalisis berdasarkan penguasaan kolonial Belanda terhadap bumiputra sejak takluknya Aceh pada 1904 hingga terusirnya Belanda oleh Nippon pada 1942, maka bumiputra memang tunduk pada Belanda itu hanya 38 tahun.
Bahkan jika merujuk pada pernyataan yang diungkapkan Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon saat menghadiri acara Bedah Buku Indonesia Tidak Pernah Dijajah karya Batara R. Hutagalung di Gedung Nusantara, Senayan, Jakarta, Selasa (20/08/2019), bahwa hakikatnya Indonesia ternyata tidak pernah dijajah.
Pasalnya, saat Belanda menguasai bumiputra, yang namanya Indonesia itu belumlah wujud. Indonesia baru benar-benar terwujud sebagai negara pasca proklamasi 1945.
“Sejak kemerdekaan tersebut negara Indonesia tidak pernah dijajah, baik secara fisik maupun militer oleh bangsa kolonialis imperialis manapun,” kata Fadli Zon ketika itu.
Propaganda Nasionalisme
Lantas alasan yang diopinikan dan dipropagandakan oleh rezim kekuasaan sejak era Orde Lama hingga kini, dinilai sebagai bagian politisasi ide persatuan kebangsaan dan sentimen nasionalisme.
“Tak lebih dari politisasi ide persatuan kebangsaan dan sentimen nasionalisme saja,” jelas Salman, masih mengenai narasi Indonesia dijajah selama 350 tahun.
Bahkan kalau mau jujur, tambahnya, hakikat 350 tahun tersebut bukanlah penjajahan, namun sejatinya merupakan perlawanan bumiputra terhadap kezaliman bangsa-bangsa kafir seperti Portugis, Spanyol, Belanda, Inggris, Prancis hingga Nippon, yang digelorakan oleh para penguasa kesultanan-kesultanan Islam dan tokoh-tokoh umat kala itu.
Dengan kata lain, propaganda tersebut untuk menihilkan bentuk perlawanan para pendahulu Muslim di negeri ini. “Dari propaganda tersebut, terbaca jelas maksud di balik pernyataan 350 tahun dijajah yang menihilkan bentuk perlawanan bersenjata yang ditunaikan para pendahulu Muslim di negeri ini,” urainya.
Tak ayal, jikapun Kerajaan Belanda membenarkan klaim penjajahan selama 350 tahun tersebut maka ini lebih kepada klaim (pengakuan sepihak) semata untuk menunjukkan superioritas bangsa kafir Eropa atas bangsa-bangsa non-Eropa.
“Klaim semata untuk menunjukkan superioritas bangsa kafir Eropa atau ras white skin atas bangsa-bangsa non-Eropa atau ras kulit berwarna,” pungkasnya. [] Zainul Krian
Dapatkan update berita terbaru melalui channel Whatsapp Mediaumat