Mediaumat.id – Cendekiawan Muslim Ustadz Muhammad Ismail Yusanto (UIY) menekankan pentingnya upaya membangun optimisme pada umat, bahwa Islamlah yang nantinya bakal menang atas kezaliman.
“Memang penting untuk kita memikirkan bagaimana membangun optimisme (kemenangan) itu,” ujarnya dalam Diskusi Online: Ramai-Ramai Copras-Capres, di Mana Posisi Umat? Ahad (7/5/2023) di kanal YouTube Media Umat.
Di antaranya, memahamkan umat tentang ketauhidan atau akidah. Sebab secara tauhid, menurutnya, kemenangan merupakan bagian dari pertolongan Allah SWT.
“Kemenangan itu, itu adalah sesuatu yang kalau bicara berdasarkan tauhid itu merupakan bagian dari apa yang disebut sebagai nasrullah, pertolongan Allah,” jelasnya.
Sebutlah kemenangan kaum Muslim pada Perang Badar. Kata UIY, kala itu tidak ada orang yang bisa memperkirakan sebelumnya. Apalagi jumlah pasukan di pihak musuh jauh lebih besar melampaui pasukan Muslim.
“Perang Badar itu 313 (pasukan Muslim) lawan 900-an (pasukan musuh). (Dari) 313 itu, untanya 70, kudanya cuma dua, baju besinya enam, pedangnya cuma delapan, melawan 900 dengan perbekalan dan perlengkapan yang sangat memadai,” urainya.
Pun serupa dengan Perang Uhud, Khandaq, Mu’tah hingga Penaklukan Andalusia. “Out number semuanya,” sahut UIY.
Dengan istilah lain, untuk melihat hal ini, logika yang digunakan tak sekadar lateral ataupun linear. “Saya kira logikanya tidak lagi logika lateral atau linear,” tambahnya.
Tetapi, kata UIY menjelaskan, logika bahwa setiap kezaliman pasti ada puncaknya. Dan kezaliman dimaksud niscaya akan berakhir tanpa disadari oleh pelaku kezaliman itu.
Sebagaimana Fir’aun yang juga tak menyadari bahwa jalan keselamatan Musa as, ternyata adalah jalan kebinasaan bagi dirinya. “Ada pintu keruntuhan atau kehancuran sebagaimana Fir’aun tak menyadari,” tandasnya.
Karenanya pula, jika didasarkan pada rasionalitas semata, pasti umat Islam akan berada dalam posisi pesimis. “Tapi di situlah peranan keyakinan dan keimanan kepada Allah SWT,” terangnya.
Dengan demikian, kembali UIY menekankan, tidak bisa tidak, untuk membangun optimisme ini harus ditanamkan ketauhidan atau akidah yang lurus terlebih dahulu.
Jalan Mulia
Untuk dipahami lebih jauh, lanjut UIY, perjuangan menegakkan kembali Islam ke dalam seluruh aspek kehidupan termasuk satu jalan kemuliaan.
Lebih dari itu, bagi para pejuangnya bakal mendapatkan satu dari dua kebaikan. “Apa pun hasilnya itu kita selalu akan mendapatkan kebaikan,” ucapnya, seraya mengutip QS at-Taubah: 52 yang memuat soal kemuliaan berupa mati syahid atau kemenangan.
Tak hanya itu, umat harus diyakinkan bahwa dengan pertolongan Allah SWT, tak ada sesuatu yang tidak mungkin. “Bayangkan bagaimana (mungkin) Musa bisa mengalahkan Fir’aun tanpa pertolongan dari Allah SWT,” kisahnya.
Dengan kata lain, sekadar meruntuhkan rezim terkuat sekalipun, itu dengan sangat mudah bisa terjadi. Tengok pula peristiwa jatuhnya orde Baru, yang kata UIY, hanya membutuhkan waktu sebentar saja usai pelantikan presiden pada Maret 1998.
Dan yang tak kalah penting, imbuhnya, semua ketentuan ini berjalan mengikuti sunnatullah. “Fir’aun memang tenggelam, tetapi karena dia mengejar Musa,” terangnya.
Maknanya, kalau tidak ada Musa, Fir’aun enggak akan mengejar siapa-siapa, sehingga bisa saja peristiwa di Laut Merah yang lantas jadi akhir nasib penguasa zalim berikut bala tentaranya itu pun tak akan ada.
Lebih jelasnya, ia memaparkan, bahwa yang dimaksud sunnatullah di sini, sampai kapan pun harus ada perlawanan atas kezaliman.
Namun demikian ia berpesan, agar senantiasa tertib, disiplin, istiqamah, sabar, dan selalu bergandeng tangan dengan tokoh umat serta kelompok-kelompok Islam yang lain.
Makanya, kata UIY, peranan tokoh umat amatlah penting demi keberhasilan membangun optimisme ini di tengah masyarakat. “Menjadi teladan, menjadi penerang di tengah kegelapan situasi politik, ekonomi, dan sebagainya ini hari,” pungkasnya.[] Zainul Krian