TEFI: Realitas Menunjukkan Sistem Pendidikan di Indonesia Buram

 TEFI: Realitas Menunjukkan Sistem Pendidikan di Indonesia Buram

Mediaumat.info –Direktur The Economics Future Institute (TEFI) Dr. Yuana Tri Utomo membeberkan, realitas yang terjadi saat ini menunjukkan buramnya sistem pendidikan di Indonesia.

“Namun realitas yang terjadi saat ini justru menunjukkan buramnya sistem pendidikan di Indonesia. Sebelas tahun terakhir 46.63 % dari 2112 kasus bunuh diri di Indonesia melibatkan remaja,” bebernya dalam Diskusi Online: Deep Learning for What? di kanal YouTube PAKTA Channel (Pusat Analisis Kebijakan Strategis), Kamis (28/11/2024).

Pendidikan adalah pondasi utama dalam membangun generasi yang beriman, yang berdaya saing, berakhlak mulia, dan tangguh menghadapi tantangan zaman. Menurutnya, maraknya fenomena-fenomena yang terjadi, menunjukkan hal sebaliknya.

“Hari-hari ini kita merasa sedih dan kaget, di tengah berbagai kemajuan fisik, ternyata banyak generasi muda yang putus asa. Kemudian mengambil jalan pintas bunuh diri. Misalnya, seorang mahasiswa terkenal di universitas terkenal di Bandung lompat dari lantai 27 apartemen tempat ia indekos dan langsung tewas. Kejadian serupa dilakukan beberapa mahasiswa di berbagai universitas. Naudzubillahmindzalik,” ujar Yuana.

Di sisi lain, tekanan dalam dunia pendidikan, juga berdampak buruk pada pihak lain, yaitu para guru. Mulai marak guru dikriminalisasi. “Sementara, seorang guru dilaporkan polisi karena menjalankan tugas pendidikan di sekolah, lalu adanya kasus bullying (perundungan), murid menantang guru, maraknya murid terlibat di kasus-kasus kekinian dan sebagainya,” imbuhnya.

Yuana menggambarkan secara konkret masalah yang ada: akses pendidikan yang sulit (biaya melangit); sarana prasarana minim, gaji dosen minim, ganti menteri ganti kurikulum, dan sebagainya.

Faktor utama terjadinya fenomena ini, menurutnya, adalah gangguan mental, diperburuk dengan tekanan akademis, pengaruh media sosial, dan ekspektasi keluarga. Data I-NAMHS 2022 menunjukkan 1,2 persen remaja memiliki ide bunuh diri, 0,5 persen membuat rencana, dan 0,2 persen mencoba untuk bunuh diri. Sungguh betapa seriusnya permasalahan kesehatan mental yang melanda remaja di negeri ini dan harus segera ditangani.

“Jadi memang problematik betul, sekolah yang harusnya menjadikan cerdas yang terjadi malah stres, harus mengerjakan tugas-tugas, PR dan lain sebagainya,” pungkas Yuana.[] Novita Ratnasari

Dapatkan update berita terbaru melalui channel Whatsapp Mediaumat

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *