Teatrikal ‘Muslim Palestina Digenosida’ di Surabaya

Mediaumat.info – Aksi teatrikal yang mengisahkan peristiwa genosida dan diamnya penguasa negeri Muslim atas penderitaan warga Palestina tersaji dalam longmarch Isra’ Mi’raj Aksi Bela Palestina ini dimulai sejak pukul 06.00 pagi dengan mengambil tema: Bebaskan Masjidil Aqsha dan Palestina dari Penjajahan Zionis Yahudi di depan gedung Grahadi Surabaya, Ahad (2/2/2025).
Berikut narasinya:
28 Rajab 1342 H, institusi penyatu umat Islam diruntuhkan oleh persengkongkolan Inggris, para munafik dan negara-negara kafir penjajah. Sejak saat itu, kaum Muslimin terpecah belah menjadi negeri-negeri kecil tanpa kekuatan. Mereka menjadi lemah tak berdaya. Seperti buih di lautan. Terombang-ambing tak tahu arah. Dan itulah yang dialami negeri Syam, Palestina. Negeri para Nabi, tanah suci penuh berkah, kiblat pertama umat Islam.
Kini tanahnya dirampok, pemiliknya dibunuh dan disiksa, anak-anak dan perempuan tak luput menjadi korbannya.
“Syam…tanah suci, negeri para nabi, kiblat pertama kaum Muslim… Dulu engkau dijaga dan dimuliakan, tapi kini engkau diluluhlantakkan dan coba dimusnahkan,” ujar narator.
Tampak terlihat Muslim Palestina berada di dekat miniatur Masjidil al-Aqsha. Sedang pemimpin negeri-negeri Muslim, hidup di menara gading, tinggi tak terjangkau. Tak mendengar jeritan Palestina. “Kami pun bertanya, bukankah kami masih saudaramu?” ujar narator.
Kemudian datang tiga pemimpin negeri Muslim memakai baju batik, membawa HP lagi menelepon, yang lain memakai baju gamis sambil memamerkan uang, dan yang ketiga, memakai jas datang dengan berkacak pinggang.
“Sekat-sekat nasionalisme telah menjadikan kita semua terpisah? warna-warna bendera membuat kita berbeda. Ke mana engkau wahai penguasa bangsa-bangsa Arab? Bersembunyi? Di mana engkau pemimpin negeri-negeri Melayu? Apa engkau tidak mendengar jeritan kami? Tertatih, merintih, dan menahan sakit yang tak kunjung pulih,” rintihnya.
Lalu, datang tentara IDF (Israel) dengan petentang-petenteng, menembak dan menyiksa Muslim Palestina, Muslim Pelestina terluka dan meminta pertolongan ke pemimpin negeri-negeri Muslim.
“Ketika tanah suci dijajah pengemis bertopeng pengungsi. Dibantu Barat dengan dasar humaniti. Lalu, dilancarkan penjajahan berpuluh tahun tanpa sanksi. Penjilat-penjilat global antek Zionis bungkam berjamaah tanpa reaksi,” geram narator.
Suara tembakan dan bom bergema. Muslim Palestina mulai berjatuhan bersimbah darah.
Tiba-tiba, maju 1 anak Palestina, untuk menantang tentara IDF. Namun, segera ditarik dan ditahan oleh salah satu pemimpin negeri Muslim.
Muslim Palestina kaget dan tiarap. “Lalu ke mana lagi kami harus bersembunyi? Ke mana lagi kami lari?” teriak Muslim Palestina.
“Wahai… pemimpin bangsa-bangsa Arab bergelimang kekayaan. Wahai…pemimpin negeri-negeri Muslim bergelimang kekuatan. Ke mana suaramu, ke mana tentaramu!?” serunya.
Muslim Palestina kesakitan dan terus mencoba meminta bantuan ke pemimpin negeri-negeri Muslim. Muslim Palestina kesakitan dan menangis. Sesaat kemudian, terdengar suara sirine ambulan datang dari arah barat ke panggung teatrikal. Dua kru yang ada di mobil ambulan mengobati para korban dan mengangkat jenazah ke ambulan.
Pemuda Palestina menangis tersedu pilu. Seakan tersayat dari ujung nadi. Melihat ibunya bersimbah darah dalam balutan membela kebenaran.
Pemuda Palestina, ayahnya telah ditangkap. Dipenjara dalam sel nista yang tidak layak dihuni manusia.
Pemuda Palestina, dinanti ledakan panjang dan hasutan miring media massa dunia. Jihad adalah jalan penantian mempertahankan tanah suci umat Islam.
Kemudian, satu mujahid naik ke atas mobil truk mengacungkan panah, dan “Takbir… Takbir… Takbir…,” seru narator.
Disusul 4 pasukan lain datang, masing-masing dua dari arah barat dan timur, diiringi pasukan pembawa liwa dan rayah empat orang.
Terjadi perang antar kedua pasukan, tentara IDF kalah dan terjatuh. Mujahid mendatangi pemimpin negeri-negeri Muslim untuk bersatu dan menjadi barisan untuk melawan tentara IDF.
“Wahai Umat Islam, bersatulah, maka kita akan kuat, bersatulah niscaya Allah akan memenangkan. Allahu Akbar!!!” seru mujahid.
Para mujahid melepas kain hitam penutup Masjid al-Aqsha. Panglima perang dari Khilafah Islam menancapkan liwa di Masjid al-Aqsha, tanda kemenangan. Iqamah tanda Muslim berhasil merebut Masjidil Aqsha dari Zionis.
Para mujahid, Muslim Palestina, pembawa liwa rayah shalat bersama, di samping Masjid al-Aqsha.
Mujahid khilafah, pemimimpin negeri-negeri Muslim, Muslim Palestina berangkulan.
“Allahu Akbar, Palestina dan Baitul Maqdis telah direbut kembali ke pangkuan kaum muslimin, dengan jihad dan khilafah… Khilafah telah kembali!!!” pekik narator.
Semua tim teatrikal, peserta aksi ikut menyanyi nasyid Khilafah Telah Kembali.
Aksi ini diikuti sekira 15 peserta dan berjalan secara tertib.[] Achmad Mu’it
Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat