Mediaumat.info – Menanggapi aksi tawuran pelajar yang kerap terjadi dan kali ini aksi tawuran pelajar pecah di jembatan layang (flyover) Pasar Rebo Jakarta Timur yang mengakibatkan tangan salah satu pelajar putus akibat terkena sabetan senjata tajam, Pengamat Kebijakan Publik Hanif Kristianto menyebut hal tersebut sebagai potret kehidupan sosial di tengah kesulitan ekonomi dan ketidakadilan hukum.
“Kalau kita mencermati secara lebih jauh, bahwa ini juga merupakan potret kehidupan sosial kita ya, di tengah tengah kesulitan hidup, baik itu dari sisi ekonomi maupun adanya ketidakadilan dari sisi hukum,” ujarnya dalam acara Kabar Petang: Marak Pelajar ‘Jalur Tempur’, Salah Siapa? di kanal YouTube Khilafah News, Sabtu (3/2/2024).
Hanif menyayangkan, ternyata anak-anak muda ini juga turut serta menambah problem-problem yang lain. Khususnya di dalam kehidupan sosial, dan ini sungguh sangat merugikan.
Menurut Hanif, remaja sendiri berada dalam sebuah lingkungan. Sehingga para remaja itu lebih besar dipengaruhi oleh lingkungan di sekitarnya, apakah lingkungan itu baik atau buruk.
Ia mengatakan, kalau sebuah lingkungan menghasilkan perilaku yang menyimpang yakni tawuran, maka ini jelas bahwa lingkungan itu buruk. Dan bisa jadi lingkungan tersebut juga mengajarkan perilaku yang menyimpang seperti tawuran. Sebab ia melihat di Jakarta itu kadang-kadang juga terjadi tawuran antar kampung.
Hanif mengingatkan, hidup itu cuma satu kali, dan setiap manusia hanya punya satu nyawa. Jadi jangan sampai tidak lagi berpikir masa depan. Apalagi kalau sampai ada yang putus tangan dan juga meninggal dunia.
Hanif menilai, masa-masa ini telah menjadi masa kelam di kalangan anak-anak, remaja atau pemuda.
Menurutnya, perilaku negatif ini tidak hanya merugikan para remaja sendiri, sebab di usia muda sudah terlibat dalam tindakan kriminal. Tapi juga merugikan orang lain, apakah itu juga orang tua, lingkungan, sekolah, bahkan juga masyarakat.
Terakhir Hanif menyebut, aksi tawuran pelajar ini seolah-olah menjadi pandemi yang belum selesai, sebab terjadi terus-menerus dan bahkan ini diwariskan turun-temurun antar generasi.
Ia menegaskan, hal ini tidak boleh terjadi di Indonesia mayoritas orang Muslim. Dan sebagai Muslim seharusnya mengedepankan ajaran Islam yang santun dan damai karena Islam itu adalah keselamatan.
“Tapi ini malah mencelakakan orang lain,” pungkas Hanif. [] Agung Sumartono