Kyai Ahmad Sukirno menjelaskan salah satu kemungkaran terbesar pada manusia adalah menolak hukum-hukum Islam. Beliau mengungkapkannya pada acara pengajian umum menyambut bulan suci Ramadhan 1440 Hijriyah, Bulan Perjuangan, yang dilaksanakan Ahad malam 1 Mei 2019, di Pasuruan.
“Di dalam Alquran itu tidak ada keraguan. Intinya ciri pertama orang-orang bertakwa adalah menjadikan Al-Quran sebagai hudan atau petunjuk. Pedoman hidup bagi setiap orang beriman, apa pun profesinya wajib melaksanakan perintah dalam Alquran. Termasuk di dalamnya hukum-hukum hudud, jinayat, dan takzir.”, kata Kyai Sukirno pada jamaah.
Dihadiri sekitar 300-an peserta dari kalangan ulama, tokoh masyarakat, serta segenap santri dan warga sekitar. Kyai Ahmad Sukirno juga menekankan bahwa hikmah menjalankan puasa sepanjang bulan adalah untuk meraih derajat ketakwaan.
“Selanjutnya ciri-ciri orang bertakwa adalah mendirikan shalat. Maksudnya shalat yang seperti apa? Shalat yang tidak sekedar amalan shalat, namun harus dapat mencegah kemaksiatan dan kemungkaran. Dan kemungkaran yang terbesar adalah menolak diterapkannya hukum-hukum Islam.”, jelas Kyai Sukirno.
Ketaatan pada Allah SWT tidak boleh setengah-setengah, seperti halnya mau menerima aturan-aturan yang menyenangkan diri saja namun menolak aturan yang tidak disukai.
“Ciri selanjutnya orang yang bertakwa yaitu wajib mempercayai yang ghaib. Apa pun yang disebutkan oleh Al-Qur’an dan Hadits pasti diimani orang bertakwa, meskipun mereka belum melihat langsung lewat panca indera.”, tutur kyai Sukirno.
Melanjutkan sesi tausiyah selanjutnya, KH. DR. N Faqih Syarif Hasyim M.Si mengisi dengan pembahasan ketaatan pada Alqur’an sebagai penentu keberkahan hidup manusia dan bernegara.
“Kenapa kita bangga sebagai umat Rasulullah shalallahu alaihi wassalam? Karena kita diberi umur yang pendek, namun keberkahan yang diberikan Allah SWT setara dengan umat-umat sebelumnya yang umurnya panjang. Namun kita diberikan barakah yang utama yakni Al-Qur’an”, jelas KH. Faqih Syarif.
Bulan Ramadhan terdapat malam yang penuh kemuliaan dan keberkahan, kaum muslimin mengenalnya dengan malam Lailatul Qadar.
“Di dalam bulan Ramadhan juga ada malam yang penuh keberkahan, malam Lailatul Qadar dimana malam turunnya Al-Qur’an. Maka orang tua yang beruntung bila anak-anak mereka memuliakan Al-Qur’an. Begitu juga dengan negeri ini, bila ingin berkah maka tidak boleh mengabaikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup.”, lanjut penjelasan KH. Faqih Syarif.
Menukil surat al-Fatir ayat kesepuluh, KH. Faqih Syarif menegaskan bahwa kemuliaan hanya milik Allah semata. Upaya untuk menerapkan hukum-hukum Islam merupakan usaha yang sangat mulia di sisi Allah SWT.
“Rumah itu biasa-biasa saja, namun rumah akan dimuliakan oleh para malaikat bila di dalamnya dibacakan ayat-ayat Alqur’an. Maka kesimpulannya, kemuliaan manusia itu bergantung pada bagaimana mereka berpegang pada Al-Qur’an. Juga negara ini bila ingin berkah, maka harus menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup.”, ungkap KH. Faqih Syarif pada ceramahnya. [AW]