Tanggapi SAS Soal Radikalisme, Ustaz Labib: Akidah Itu Perkara yang Sangat Penting

Mediaumat.news – Pernyataan Said Aqil Siradj (SAS) yang meminta dosen agama di fakultas umum tingkat universitas untuk tidak terlalu banyak mengajarkan akidah dan syariah karena dapat meningkatkan risiko peningkatan radikalisme dinilai justru akidah adalah perkara penting yang harus ditanamkan dan dijelaskan kepada umat Islam.
“Harus diingat, akidah itu justru adalah suatu perkara yang sangat penting. Dia bukan hanya ditanamkan dan dijelaskan bahwa ini akidah yang benar, namun pada saat yang sama juga harus dijelaskan mana akidah yang merusak mereka,” tutur Cendekiawan Muslim KH Rochmat S. Labib kepada Mediaumat.news, Kamis (8/4/2021).
Menurutnya, kalau seseorang misalnya salah dalam jual beli itu hanya akan berdosa. Seorang salah dalam melakukan ibadah, itu berdosa. Tentu ini juga akan mendapatkan azab. “Tetapi, kalau salah dalam perkara akidah itu bukan hanya berdosa tapi juga akan menyebabkan murtad yakni keluar dari Islam. Itu perkara akidah. Perkara akidah ini adalah perkara yang mengakibatkan seseorang menjadi mukmin atau menjadi kafir. Dan kalau dia salah dalam perkara akidah yakni dia mengimani perkara yang tidak boleh diimani atau dia mengingkari apa yang seharusnya wajib diimani maka mengakibatkan dia keluar dari Islam,” ujarnya.
Ustaz Labib, panggilan akrabnya, menilai sebagian besar isi dari Al-Qur’an adalah masalah akidah. “Para nabi itu juga perkara akidah. Dan kalau kita lihat justru perkara akidah itu perkara ushul, perkara yang mendasar,” ungkapnya.
Oleh karena itu, ia sangat heran kalau mempelajari akidah itu hanya cukup diajari cuma sekali apalagi di tengah kehidupan sekarang kalau kita lihat banyak dipenuhi pemikiran-pemikiran dari Barat, pemikiran-pemikiran yang kufur yang justru pemikiran itu melenceng dari Islam.
Seperti sekarang ini muncul ide pluralisme yakni ide yang menganggap bahwa semua agama itu adalah benar, menurutnya, adalah perkara akidah. “Keberadaan guru agama, ustaz, dan para kiai justru menjelaskan bahwa ide ini adalah ide sesat. Karena dalam akidah Islam, agama yang benar yang akan diterima oleh Allah SWT itu hanyalah Islam. Bagaimana tidak? Misalnya, dalam suatu agama dikatakan Tuhan punya anak. Tuhan itu tiga. Jelas ini bertentangan dengan Islam,” tegasnya.
“Bagaimana mungkin keyakinan sebuah agama yang mengakui ada Tuhan selain Allah dan mengakui bahwa Tuhan itu lebih dari satu lalu dikatakan sama dengan Islam yang meyakini bahwa Allah itu satu. Allah itu lam yalid. Allah itu lam yulad. Tidak beranak dan diperanakkan. Dan ini kalau diyakini jelas menyebabkan kekufuran,” imbuhnya.
Radikalisme Bukan Problem Bangsa
Ustaz Labib mengingatkan bahwa masalah bangsa bukan radikalisme tetapi korupsi dan kriminalitas.
“Dan perlu diingatkan bahwa problem bangsa ini, problem negeri ini bukan perkara radikalisme. Ada korupsi, ada kriminalitas dan banyak lagi yang lainnya. Dan sebenarnya justru aneh kalau masalah itu disebabkan oleh akidah,” ujarnya.
Ia menjelaskan dalam QS al-Muthaffifin bahwa Allah memberikan ancaman keras yakni berupa kecelakaan dan azab yang pedih dan azab keras kepada orang yang berbuat curang. “Siapa orang yang berbuat curang? Yakni orang yang ketika dia minta takaran kepada orang lain maka dia ingin dilebihkan. Namun, begitu dia menakar untuk orang lain maka dia mengurangi. Demikian juga ketika menimbang. Dan ini merupakan tindakan yang sangat dikecam dalam Islam. Allah SWT mengancam dengan ancaman yang sangat keras,” jelasnya.
Lebih lanjut, ia menuturkan dalam ayat selanjutnya disebutkan alasan mengapa tindakan seperti ini dilakukan? “Apakah mereka tidak mengira dan meyakini bahwa mereka akan dibangkitkan?” ujarnya.
Jadi, menurutnya, tiadanya keyakinan hari kiamat itulah yang mengakibatkan orang berani melakukan kecurangan dan juga berbagai macam tindakan-tindakan lain.
“Mengapa orang berzina? Mengapa orang korupsi? Mengapa orang berbuat tidak adil? Mengapa orang melakukan berbagai macam kejahatan? Kuncinya karena lemahnya akidah. Maka sungguh aneh dalam perkara akidah ini justru dianggap bermasalah,” pungkasnya. [] Achmad Mu’it