Taliban Menyapu Afghanistan Hingga Sekarang Menguasai Setengah dari Semua Ibu Kota Provinsi

 Taliban Menyapu Afghanistan Hingga Sekarang Menguasai Setengah dari Semua Ibu Kota Provinsi

Menurut laporan Associated Press pada hari Jumat, dalam serangan kilat yang meluncur melalui jantung selatan wilayah mereka, mujahidin Afghanistan mengambil alih empat ibu kota provinsi lagi sehingga memberi mereka kendali atas setengah dari semua ibu kota provinsi Afghanistan dan dua pertiga wilayah negara, termasuk menaklukan Herat di Barat dalam 24 jam sebelumnya dan Kandahar di Selatan yang merupakan kota terbesar kedua dan ketiga di negara ini. Rezim boneka Kabul yang dipaksakan Amerika sekarang hanya menguasai segelintir provinsi di wilayah tengah dan timur, serta kota Mazar-i-Sharif di utara. Laporan tersebut mengatakan bahwa meskipun kota Kabul belum berada di bawah ancaman langsung, pasukan pemerintah Kabul bertempur di provinsi Logar hanya 80 km dari ibukota dan militer AS memperkirakan bahwa Kabul sendiri dapat berada di bawah tekanan dalam waktu satu bulan, sehingga memungkinkan mujahidin untuk dengan cepat mengkonsolidasikan kendali mereka atas seluruh negeri.

Terlepas dari upaya media Barat untuk menggambarkan mujahidin sebagai tidak populer, kecepatan gerak maju mereka di seluruh negeri tidak akan mungkin terjadi tanpa dukungan luas yang luas di lapangan. Budaya dan sistem Barat hanya mampu berkembang secara signifikan di beberapa kota besar; sementara sebagian besar negara terus menganut praktik Syariah lama setelah runtuhnya pemerintahan Islam. Ini suatu sistim yang normal bagi mereka untuk merujuk kepada para ulama Islam untuk memutuskan perselisihan diantara mereka daripada menampilkan diri di depan hakim pemerintah yang menerapkan hukum Barat. Lebih jauh lagi, bukan hanya Afghanistan yang gagal dikuasai oleh tentara Barat. Mereka juga tidak mampu mempertahankan Irak, yang mereka invasi segera setelah Afghanistan; dan karenanya Amerika harus mengambil pelajaran kembali pada abad kekedua puluh dari para pembangun imperium Eropa, yang pada akhirnya harus menarik semua pasukannya dari tanah Muslim.

Kaum Muslim hanya menderita kelemahan dalam hal visi visi dan kepercayaan diri. Kelas kaum terpelajar Barat di kalangan Muslim telah secara irasional melebih-lebihkan kekuatan Barat, sementara meremehkan kekuatan Umat Muslim dan Syariah Islam. Kaum elit penguasa mereka telah tergoda untuk berpikir bahwa kemajuan di dunia ini perlu mengikuti Barat, bergantung pada mereka dan mencari dukungan dan bimbingan mereka dalam segala hal, meskipun itu mengundang campur tangan Barat dalam urusan umat Islam yang tidak lain adalah bunuh diri politik. Bahkan sekarang, kepemimpinan Taliban berada di bawah tekanan internasional yang sangat besar untuk menerima penyelesaian yang dipaksakan AS di Afghanistan yang berarti semacam pembagian kekuasaan dengan rezim Kabul yang ada dan banyak elemen kunci di dalamnya dan pendukungnya. Departemen Luar Negeri AS menggambarkan tujuan kunjungan utusan AS Zalmay Khalilzad ke Qatar minggu ini sebagai “menekan Taliban untuk menghentikan serangan militer mereka dan merundingkan penyelesaian politik”. Dan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa mengancam, “Inilah saatnya untuk menghentikan serangan. Inilah saatnya untuk memulai negosiasi yang serius. Inilah saatnya untuk menghindari perang saudara yang berkepanjangan, atau isolasi Afghanistan”. Dengan memaksa para pemimpin Taliban untuk menerima orang luar, Amerika berharap dapat terus mempertahankan pengaruh atas urusan Afghanistan, sehingga semuanya tidak hilang darinya. Tetapi jika Barat tidak dapat mengalahkan Taliban dalam perang, lalu mengapa persyaratan mereka harus diterima dengan damai?

Dengan izin Allah, umat Islam akan segera mendapatkan kembali kesadaran sejati dan bangkit dan menyingkirkan pengaruh kekuatan kafir asing, menegakkan kembali Negara Khilafah Islam yang benar berdasarkan metode Nabi (Saw), yang akan membebaskan semua wilayah yang diduduki, menyatukan semua tanah Muslim, menerapkan Syariah Islam, mengembalikan cara hidup Islam dan membawa cahaya Islam ke seluruh dunia.

Tunisia, Libanon

Amerika terus mencari jalan untuk memperdalam keterlibatannya di Tunisia, setelah kemenangan besar di Libya, mereka mengambil keuntungan dari konflik yang meningkat di Tunisia antara Inggris dan Prancis. Pada akhir Juli, Presiden Tunisia Kais Saied memberhentikan perdana menterinya dan membekukan parlemen, dengan dukungan pasukan militer. Sebagai bekas jajahan Prancis, militer Tunisia terus memiliki hubungan yang mendalam dengan Prancis, sementara banyak politisi Tunisia terhubung dengan Inggris karena puluhan tahun diperintah oleh Habib Bourguiba yang pro-Inggris dan kemudian Zain el Abidine Ben Ali. Amerika mencoba memasukkan dirinya ke dalam konflik sipil-militer Prancis-Inggris ini dengan menunjukkan dukungannya kepada Kais Saied. Pada hari Jumat, wakil penasihat keamanan nasional AS Jonathan Finer bertemu dengan Kais Saied dan menyampaikan pesan dari Presiden AS Joe Biden dengan “menegaskan kembali dukungan pribadinya, dan pemerintahan Biden-Harris, untuk rakyat Tunisia dan mendesak kembali ke jalan demokrasi parlementer Tunisia”. Tanah umat Islam akan terus menjadi arena eksploitasi dan persaingan antara kekuatan asing sampai umat Islam menguasai urusan mereka sendiri melalui pendirian Negara Khilafah yang hampir sejak awal akan memasuki jajaran superpower karena ukurannya yang besar, penduduknya yang energik, dan sumber daya yang tangguh serta lokasi geopolitiknya yang penting dan ideologi Islamnya yang superlatif.

Di tengah salah satu krisis ekonomi paling parah yang melanda negara mana pun dan di mana pun, Bank Sentral Lebanon telah menambah kesengsaraan dengan mengumumkan berakhirnya subsidi bahan bakar, dalam sebuah inisiatif yang sepenuhnya sesuai dengan pemikiran pasar Kapitalis. Setiap perubahan harga bahan bakar pasti akan berdampak luas di seluruh perekonomian. Syariah Islam memandang minyak sebagai milik umum yang dimiliki secara kolektif oleh rakyat dan dalam pengawasan pemerintah atas nama mereka. Negara Khilafah mungkin juga memilih untuk menetapkan harga minyak pada tingkat pasar tetapi dalam hal ini keuntungan akan menjadi milik Umat Muslim dan bukan milik elit bisnis Kapitalis. Rakyat Lebanon adalah yang paling produktif dan paling berwirausaha di antara seluruh umat; sebelum masalahnya dimulai, Lebanon adalah mesin komersial yang menggerakkan aktivitas ekonomi di seluruh Timur Tengah. Tragedi Lebanon terletak pada sistem ekonominya yang eksploitatif dan sistem politiknya yang korup, yang keduanya dipaksakan oleh Barat. Ekonomi kapitalis tidak berjalan; jika Barat tampak makmur, itu bukan karena ekonomi dalam negeri mereka tetapi karena mereka terus menjarah sumber daya dan kekayaan seluruh dunia. Hal ini berbeda dengan Islam yang tidak hanya menguntungkan umat Islam tetapi juga masyarakat lain di dunia melalui kebijakan perdagangan internasional Islam yang terbuka dan murah hati. Kaum Muslim sangat cerdas, mampu dan rajin, dan didukung oleh sistem sosial yang kuat yang berpusat pada keluarga yang memungkinkan individu mencapai potensi tertinggi mereka. Namun, yang kurang dari mereka adalah sistem pemerintahan yang benar untuk menyalurkan energi mereka yang bisa menguntungkan diri mereka sendiri bukan menguntungkan para elit Barat. Dengan izin Allah, Negara Khilafah yang didirikan kembali akan dengan cepat membangun pertanian, perdagangan, industri, dan perdagangannya melalui penerapan sistem ekonomi Islam dan sekali lagi menjadikan negeri-negeri Muslim sebagai pusat kemakmuran global, seperti sebelumnya dan tidak hanya memberi manfaat bagi umat Islam melainkan bagi seluruh umat manusia. Allah (Swt) berfirman:

وَابْتَغِ فِيْمَآ اٰتٰىكَ اللّٰهُ الدَّارَ الْاٰخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيْبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَاَحْسِنْ كَمَآ اَحْسَنَ اللّٰهُ اِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِى الْاَرْضِ ۗاِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِيْنَ

“ Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuatbaiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan.

Sumber: www.hizb-ut-tahrir.info

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *