Mediaumat.news – Menanggapi peristiwa Afghanistan yang jatuh kembali ke tangan Taliban setelah 20 tahun dikuasai oleh Amerika melalui invasi pada tahun 2001 menyusul klaim Amerika bahwa Afghanistan telah menyembunyikan pelaku peledakan menara kembar WTC di New York, Cendekiawan Muslim Ustaz Ismail Yusanto (UIY) menilai hal itu tidak bisa dilepaskan dari kesepakatan yang dibuat Taliban dan Amerika pada 29 Februari 2020.
“Jadi apa yang terjadi sekarang ini tidak bisa dilepaskan dari kesepakatan yang dibuat pada Februari 2020. Itu kalau coba kita runut berpangkal dari sini,” ujarnya dalam acara Spesial Interview: Membincangkan Masa Depan Afghanistan, Kamis (19/8/2021) di kanal YouTube Rayah TV.
Menurut UIY, mengapa sedemikian mudah Taliban bisa menguasai Afghanistan dalam hitungan pekan bahkan hari dan kenapa seolah-olah Amerika tidak berdaya menghadapi situasi itu, adalah akibat adanya peace deal atau kesepakatan damai antara Taliban dengan Amerika Serikat.
UIY menuturkan, pemerintahan Amerika Serikat sejak tahun 2018 telah memutuskan untuk melakukan perundingan langsung dengan Taliban. Dan setelah sembilan putaran perundingan, akhirnya kesepakatan itu diteken di Doha Qatar pada 29 Februari 2020. Dari pihak Taliban, Mullah Abdul Ghani Baradar yang menjadi negosiator dalam perundingan itu. Tampaknya Mullah Abdul Ghani Baradar ini yang kelak akan menjadi pemimpin Afghanistan.
UIY memandang, ada beberapa hal yang menarik dari perundingan tersebut. Pertama, terkait gencatan senjata. Jadi perundingan tersebut menyetujui pengurangan sementara kekerasan dan mengatakan gencatan senjata yang langgeng antara pasukan Amerika, Taliban dan Afghanistan. Itu artinya berhenti perang.
“Jadi itu saja bisa menjawab kenapa kok tidak ada kontak senjata, praktis kan tidak ada, ketika pasukan Taliban itu masuk ke Kabul sekalipun itu tidak ada, karena kesepakatannya memang seperti itu,” ungkap UIY.
Kedua, terkait penarikan pasukan asing. Amerika setuju untuk mengurangi jumlah pasukannya dari sekitar 12.000 menjadi 8.600 dalam waktu 135 hari sejak kesepakatan itu ditandatangani. Bahkan jika Taliban memenuhi komitmennya, pasukan Amerika dan pasukan asing lainnya akan meninggalkan Afghanistan dalam waktu 14 bulan setelah kesepakatan itu.
“Tahap terakhir itu sebenarnya paling lambat September ini, tapi ternyata ini berlangsung lebih cepat, Mei kemarin sudah selesai,” ucapnya.
Ketiga dan yang paling penting, terkait kesepakatan jaminan kontra terorisme. UIY membeberkan, sebagai bagian dari perjanjian tersebut Taliban menjamin bahwa Afghanistan tidak akan digunakan oleh kelompok teroris baik salah satu anggotanya, individu lain atau pun kelompok teroris untuk mengancam keamanan Amerika dan sekutunya.
“Ini boleh disebut memenuhi hampir seluruh poin-poin di dalam perjanjian itu. Kalau kita baca poin kedua, maupun poin ketiga dan keempat, itu semuanya berbicara tentang bagaimana Taliban itu menjamin bahwa Afghanistan itu tidak dijadikan sebagai pusat perlawanan terhadap Amerika. Kalau bahasa Amerika tentu terorisme,” pungkasnya.[] Agung Sumartono