Oleh: Syamsuddin Ramadhan
Qadliy atau hakim adalah profesi agung dan mulia. Sebab, tegaknya keadilan, ketertiban, rasa aman, dan supremasi hukum di sebuah negara, salah satunya bergantung di tangan mereka. Ketika hakim berjalan tegap di atas kebenaran, berlaku adil, dan tidak takut kepada siapapun selain Allah swt, niscaya kebenaran dan keadilan akan berkuasa sepenuhnya di tengah-tengah masyarakat. Mereka akan mendapatkan limpahan pahala terus menerus dari Allah swt, dan doa kebaikan dari hamba-hamba Allah swt.
Sebaliknya, tatkala hakim berlaku bengkok, dhalim, dan tidak lagi takut kepada Allah swt, niscaya ketidakteraturan, kedzaliman dan ketakutan merajalela di sebuah negara. Mereka akan menuai dosa dari Allah swt dan laknat dari hamba-hamba Allah swt.
Hakim, sebagai aparat yang menjalankan tugas-tugas peradilan, tak ubahnya wakil Allah swt dan pengganti Rasulullah saw dalam urusan menjaga kelangsungan hukum-hukum syariat yang mulia. Sedemikian pentingnya masalah ini, Rasulullah saw telah memperingatkan para qadli dengan sabdanya:
مَنْ وَلِيَ الْقَضَاءَ أَوْ جُعِلَ قَاضِيًا بَيْنَ النَّاسِ فَقَدْ ذُبِحَ بِغَيْرِ سِكِّينٍ
“Barangsiapa memegang kewenangan urusan peradilan, atau dijadikan qadliy (hakim) di tengah-tengah masyarakat, sungguh dia telah disembelih tanpa pisau.”[HR. Imam Tirmidziy, dan beliau mengatakan hadits ini hasan gharib]
Di dalam riwayat lain, Rasulullah saw bersabda:
الْقُضَاةُ ثَلَاثَةٌ وَاحِدٌ فِي الْجَنَّةِ وَاثْنَانِ فِي النَّارِ فَأَمَّا الَّذِي فِي الْجَنَّةِ فَرَجُلٌ عَرَفَ الْحَقَّ فَقَضَى بِهِ وَرَجُلٌ عَرَفَ الْحَقَّ فَجَارَ فِي الْحُكْمِ فَهُوَ فِي النَّارِ وَرَجُلٌ قَضَى لِلنَّاسِ عَلَى جَهْلٍ فَهُوَ فِي النَّارِ
“Hakim-hakim itu ada tiga; satu orang masuk surga, dan dua orang lainnya masuk neraka. Hakim yang masuk surga ialah hakim yang tahu kebenaran dan memutuskan dengan kebenaran. Sedangkan hakim yang mengetahui kebenaran dan berbuat dzalim di dalam menghukumi, maka ia masuk neraka. Begitu juga hakim yang menghukumi orang-orang di atas kebodohan, maka ia akan masuk ke dalam neraka.”[ HR. Abu Dawud, Ibnu Majah, al-Tirmidziy, dan Hakim. Hadits ini shahih
Berhati-hatilah kalian dengan hadiah, dan suap. Sesungguhnya, para ‘ulama Ahlus Sunnah wal Jama’ah telah mengharamkan seorang qadliy menerima hadiah dari pihak-pihak yang berperkara. Imam An Nasaaiy menuturkan sebuah riwayat dari Abu Wail dari Masruq, bahwasanya Rasulullah saw bersabda:“
الْقَاضِي إِذَا أَكَلَ الْهَدِيَّةَ فَقَدْ أَكَلَ السُّحْتَ وَإِذَا قَبِلَ الرِّشْوَةَ بَلَغَتْ بِهِ الْكُفْرَ
“Seorang qadliy (hakim) jika memakan hadiah, maka ia telah memakan suht (barang haram), dan jika ia menerima suap, maka ia telah sampai kepada kekufuran”.[HR. Imam Nasaaiy]