Mediaumat.news – Pengamat Sosial Politik Iwan Januar mengatakan bahwa wujud cinta pada Nabi Muhammad SAW memiliki konsekuensi taat secara totalitas, yang sekarang justru diabaikan.
“Cinta kepada nabi itu ada konsekuensi, ada yang diwujudkan. Bukan cuma asyik-asyik, tapi ada sebuah konsekuensi panjang yang sekarang justru diabaikan. Konsekuensinya adalah taat, ittiba’ secara penuh kepada Nabi SAW,” ujarnya dalam acara Kabar Malam, Jumat (23/10/2020).
Menurut Iwan, sebagai orang yang diberikan nikmat oleh Allah berupa iman, sudah seharusnya seorang Muslim memunculkan rasa cinta kepada Rasulullah SAW. Dan rasa cinta itu, diiringi dengan kecenderungan untuk taat.
“Nikmat itu diberikan oleh Allah berupa iman yang dibawa oleh Nabi SAW. Makanya kita harus memunculkan cinta kepada Rasulullah SAW. Jangan lupa, menurut ulama terdahulu makna cinta itu kecenderungan taat. Bahkan, ketika kita cinta pada sesuatu maka kita menghamba pada cinta tersebut. Kalau kita mengaku cinta kepada Nabi SAW, maka seharusnya kita ittiba’, yang kelihatannya belum terwujud penuh dan belum dilaksanakan,” bebernya saat membedah Buletin Kaffah Nomor 164: Menegakkan Syariah Secara Kaffah Wujud Cinta kepada Nabi SAW yang Hakiki.
Mengenai cinta kepada Nabi Muhammad SAW, Iwan mengutip firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surah Ali Imran ayat 31, yang artinya, Katakanlah, “Jika kalian benar-benar mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Iwan juga bertanya-tanya, mengapa masih ada Muslim yang mengaku cinta Nabi Muhammad SAW tetapi tidak mengikuti ajaran nabinya.
“Kalau betul cinta, kenapa masih menolak syariah? Membenci hukum Islam? Kenapa justru banyak pembangkangan terhadap ajaran yang dibawa oleh Nabi SAW. Padahal Imam Hasan al-Waraq mengatakan tidak mungkin mengaku cinta pada Allah namun justru malah maksiat kepadanya. Kalau mengaku cinta, justru taat,” tegas Iwan.
Ia mencontohkan sekarang, pemimpin Arab justru berteman dengan Israel yang notabene membunuhi umat Muslim. Maka ia bertanya, “Di mana letak cintanya pada Rasulullah?”
Menurutnya kecintaan pada Nabi Muhammad SAW tidak hanya berhenti pada shalawat, tapi terwujud dalam upaya taat secara totalitas pada Nabi Muhammad SAW. Dan umat Islam bisa taat secara totalitas hanya bila berada dalam institusi Khilafah ‘ala minhâj an-nubuwwah. Misi mengingatkan itulah yang dibawa Iwan pada bedah buletin pekan ini.
“Buletin kita pekan ini ingin meluruskan lagi, makna mahabbah yang benar itu seperti apa, jangan sampai cuma di bibir,” pungkas Iwan.
Berikut tautan Buletin Kaffah Nomor 164: Menegakkan Syariah Secara Kaffah Wujud Cinta kepada Nabi SAW yang Hakiki
[] Billah Izzul Haq