Video pembantaian di at-Taḍāmun (lingkungan dan distrik Tadamon, Suriah), yang disiarkan surat kabar Inggris The Guardian, tidak terlalu mengejutkan dunia seperti halnya bagi orang-orang Suriah. Setelah sebelas tahun pembantaian, yang hingga kini masih dilakukan terhadap mereka dan bahkan seluruh dunia menyaksikannya. Sungguh, pembantaian ini tengah menjadi pembicaraan dunia dan simpatipun mengalir terhadap para korban pembantaian! Apakah hati nurani dunia yang beradab telah terbangun, atau apakah masalah politik sehubungan dengan konflik Barat-Rusia telah memanfaatkan pembantaian itu, yang menggambarkan Rusia sebagai pendukung utama rezim Suriah?
Revolusi rakyat atau konflik sektarian?
Pembantaian itu meninggalkan pertanyaan bagi setiap orang yang mengikutinya: Apakah pembantaian warga Suriah dilakukan dengan dimensi sektarian?
Hal terburuk yang diderita oleh revolusi Suriah adalah penggunaan kartu sektarian oleh rezim untuk mencegahnya berubah menjadi revolusi rakyat yang mencakup semua warga Suriah, sehingga untuk alasan inilah, maka dengan sengaja diciptakan intimidasi terhadap minoritas dari mayoritas, kemudian menstigmakan revolusi dengan ekstremisme dan terorisme, kemudian para pendukungnya bergegas untuk membuat ISIS dan menyoroti tindakannya, sehingga menarik seluruh dunia untuk mendukungnya dalam perang melawan terorisme!
Rakyat Suriah tidak melakukan revolusi untuk melawan kelompok atau sekte dari rakyat Suriah, namun mereka melakukannya untuk menghancurkan rezim tirani dan negara polisi, lalu pindah ke negara keadilan dan kewarganegaraan. Akan tetapi realitas geopolitik Suriah adalah kuncinya bagi kelangsungan hidup rezim dan pengorbanan rakyat Suriah. Ada trade-off (tarik-ulur) antara keamanan Israel dengan kehadiran rezim yang mengamankan perlindungannya selama empat dekade, dan ketakutan akan masa depan, maka yang utama adalah kelangsungan hidup rezim.
Sejak awal revolusi, kaum revolusioner Suriah telah bertekad untuk tidak terseret ke dalam rawa sektarian. Demonstrasi damai yang berlangsung setiap hari Jum’at memuat nama-nama yang isinya menunjukkan persatuan nasional, Jum’at Saleh al-Ali adalah upaya untuk menarik sekte Alawiyah, Jumat Sultan Pasha al-Atrash ditujukan untuk kaum Druze, dan Azadi untuk suku Kurdi, bahkan agar tidak terjadi bentrok dengan tentara yang digunakan rezim untuk menekan revolusi, maka para demonstran keluar dengan Jum’at Humat Ad-Diyar (Pelindung Tanah Air). Semua pertemuan (aksi massa) yang diwarnai jatuhnya para syuhada yang tak berdaya ini tidak menggerakkan hati nurani dunia, juga tidak menciptakan kelompok kritis warga Suriah dari berbagai afiliasi yang memenuhi alun-alun di kota-kota besar, terutama ibu kota Damaskus, di bawah panji nasional melawan rezim tirani, terlepas dari perpecahan yang begitu besar di dalam tentara, namun ini tidak termasuk sekte tempat kepala rezim berasal, dan pemimpinnya menjadi tulang punggung tentara dan keamanan, dimana para tokoh militernya menduduki sendi militer yang paling penting, bahkan mereka memilih untuk berperang melawan rakyat dalam zero-sum game, juga untuk mengimbangi kekurangan besar dalam tentara, dan untuk menghentikan keruntuhan rezim setelah kekalahan militer berturut-turut, maka seruan sektarian dilakukan, sehingga Iran masuk dengan tentara dan senjata sektariannya di Irak, Lebanon, Pakistan, Afghanistan dan Yaman. Mereka berperang melawan revolusi Suriah di bawah slogan “Zainab tidak akan diperbudak dua kali”. Kemudian puluhan pembantaian sektarian telah dilakukan di Suriah. Hal ini telah menyebabkan eksodus bagi kaum Sunni. Sungguh, eksodus ini meninggalkan lebih dari satu pertanyaan tentang realitas yang terjadi di Suriah, apakah eksodus ini bersifat sementara sebagai akibat dari suatu peristiwa, ataukah eksodus tanpa kembali selamanya?
Dr. Nabil Khalifa dalam bukunya “Istidāf Ahlus Sunnah, Menargetkan Kaum Sunni”: Rencanan yang telah dirancang di Timur Tengah sejak kuartal terakhir abad kedua puluh, di mana Barat, Israel dan Iran berpartisipasi di dalamnya, memiliki tiga tujuan utama: Pertama, menghapus pengaruh kaum Sunni Arab dari negara-negara Mediterania timur dan menggantikannya dengan pengaruh Syiah Iran. Kedua, mengintegrasikan Israel sebagai badan alami di wilayah tersebut yang merupakan bagian dari negara minoritas konfederasi. Ketiga, penguasaan atas minyak Irak, minyak yang paling melimpah dan terbaik di dunia.
Apa yang Disembunyikan Lebih Besar Lagi
Membicarakan 27 video, yaitu video yang masih ada pada pihak yang membocorkan video tersebut dan mempublikasikan hasil investigasi atas pembantaian tersebut, yang bocorannya menyebutkan bahwa jumlah korban sekitar 280 orang, belum lagi puluhan pembantaian yang didokumentasikan oleh para aktivis, telah memunculkan pertanyaan penting: Apakah yang telah dan sedang terjadi sebagai akibat dari motif sektarian?
Faktanya adalah bahwa semua pembantaian yang dilakukan di Suriah adalah sektarian dan menargetkan kelompok tertentu, apakah itu dilakukan oleh tentara sektarian, atau oleh komite rakyat “Shabiha”, atau oleh milisi sektarian yang dibawa Iran untuk membunuh rakyat Suriah, bahkan para pengungsi berasal dari satu kelompok dan juga para tahanan, belum lagi slogan-slogan sektarianisme yang digunakan tentara rezim sejak awal revolusi Suriah terhadap para tahanan atau dalam melakukan pembantaian, atau slogan-slogan yang dilontarkan oleh “Hizbullah” dan milisi-milisi sektarian lainnya, serta penghancuran yang menyertai ratusan masjid, kemudian menempatkan mereka yang datang dari luar perbatasan menggantikan para pengungsi dan memberi mereka dokumen Suriah. Jadi, apakah perubahan demografis ini masuk ke dalam penguatan aliansi oposisi melawan Israel, dan apakah posisi sektarian ini merupakan ancaman baginya, atau apakah itu dilakukan dengan persetujuannya?
Sharon mengatakan dalam memoarnya hlm. 583-584: “Kami memperluas pembicaraan kami tentang hubungan orang Kristen dengan semua sekte lain, terutama Syiah. Saya pribadi meminta mereka untuk memperkuat hubungan dengan mereka. Saya bahkan menyarankan untuk memberikan beberapa senjata yang diberikan Israel, sebagai isyarat simbolis, kepada orang-orang Syiah yang juga menderita masalah serius dengan Organisasi Pembebasan Palestina, dan tanpa masuk dalam rincian apa pun, saya belum melihat orang-orang Syiah sebagai musuh Israel dalam jangka panjang.”
Penentuan Waktu dan Tujuan
Penyajian video tersebut menghebohkan opini publik dunia, bukan karena kejelekan gambarnya, juga bukan karena pembunuhan tersebut dilatarbelakangi motif sektarian, melainkan karena cara penyajian video yang diadopsi oleh surat kabar Inggris The Guardian, berdampak besar pada opini publik dunia. Sebelumnya telah ada ratusan video yang disiarkan oleh para aktivis, yang lebih buruk dari pembantaian di at-Taḍāmun, namun itu tidak membangkitkan opini publik, juga tidak gambar-gambar Caesar tentang keburukan mereka, atau film penggali kubur yang disiarkan oleh Al Jazeera. Jadi, media utama internasional itulah yang menggerakkan opini publik, yang sebelumnya bungkam tentang pembantaian di Suriah dan menggambarkan apa yang terjadi sebagai konflik antara rezim tirani dan kelompok ekstremis, sehingga untuk alasan ini warga negara Barat akan lebih memilih Rezim tirani, akibatnya kami tidak menemukan demonstrasi besar yang mendukung rakyat Suriah di ibu kota pembuat keputusan Eropa, juga pemboman kimia atau bom barel tidak menggerakkan jalan Eropa dan Barat!
Namun perang Rusia-Ukraina dan masuknya Inggris mendukung Ukraina sampai masalah datang ke Rusia mengancamnya dengan senjata nuklir, serta berdirinya rezim di Suriah dengan Rusia dan mengirim tentara bayaran untuk melawannya di Ukraina membuat pemerintah Inggris mengalihkan perhatiannya untuk pembantaian itu, Seseorang mungkin mengatakan pers disana bebas, kami katakan ya, tetapi ada mafia antara otoritas eksekutif dan otoritas keempat dalam masalah strategis, dan ada banyak peristiwa yang menjadi saksinya.
Apa Setelah Lubang At-Taḍāmun?
Mari kita jujur pada diri sendiri, bahwa siapa pun yang membiarkan rezim bertahan, siapa pun yang mengizinkan Iran untuk memerangi rakyat Suriah, dan siapa pun yang mengizinkan Rusia melakukannya, maka ia tidak akan tertarik untuk menyelamatkan rakyat Suriah hanya karena bocornya video pembantaian warga Suriah, dan ratusan pembantaian lainnya, ini semua adalah konsekwensi untuk apa yang di luar “lubang” dan untuk mengakhiri apa yang terjadi dengan masalah yang lebih besar, yaitu dengan berusaha melanggengkan perpecahan masyarakat, menciptakan entitas di lapangan, dan tidak memecahkan masalah Rezim yang masih disukai oleh teman-teman rakyat Suriah, yang dapat direhabilitasi atau dimasukkan ke salah satu kanton Suriah, yang telah mulai muncul di lapangan sebagai kenyataan, seperti “Pasukan Demokratik Suriah, Quwwāt Sūriyā al-Dīmuqrāṭīya (QSD) atau Syrian Democratic Forces (SDF)” seperti di utara Suriah, dan membuat pemukiman kembali orang-orang Suriah, bukan mengembalikan para pengungsi ke rumah mereka, serta membuat pemukiman sejuta orang yang dibawa oleh rezim dari seberang perbatasan untuk mengisi kekosongan setelah eksodus kaum Sunni.
Lubang at-Taḍāmun bukanlah yang utama, karena sebelumnya telah ada lubang di Aleppo, Hama, Jisr al-Shughour, dan penghancuran di tahun delapan puluhan, serta ratusan pembantaian dan lubang dalam revolusi ini yang memindahkan Suriah dari lubang ke terowongan gelap, yang ujungnya tidak diketahui. [Ahmed Al-Hawas]
Sumber: nedaa-post.com, 10/5/2022.