Suplai 10 Ribu Bom Sejak 7 Oktober, Bukti AS Tak Kalah Kejam Dibanding Zionis
Mediaumat.info – Pemberitaan seputar negara Amerika Serikat (AS) yang telah menyuplai lebih dari 10 ribu bom ke entitas penjajah Zionis Yahudi sejak peristiwa 7 Oktober 2023, menunjukkan bahwa negara adidaya tersebut tak kalah kejamnya dari yang didukung.
“Hal ini menunjukkan bahwa di balik kekejaman zionis Yahudi, juga ada support dari Amerika Serikat yang tak kalah kejamnya,” ujar Pengamat Hubungan Internasional Budi Mulyana kepada media-umat.info, Selasa (2/7/2024).
Artinya, tanpa memedulikan krisis kemanusiaan, penggempuran terhadap Palestina tak sekadar dilakukan Zionis Yahudi, namun di belakangnya berdiri AS berikut bom-bom penghancur yang senantiasa dikirimkan ke sana.
Untuk ditambahkan, entitas Zionis Yahudi adalah penerima bantuan militer AS terbesar dibandingkan kepada negara lain. “Bantuan militer Amerika 230 miliar dolar dibandingkan dengan 90 miliar dolar untuk Mesir, penerima bantuan terbesar kedua” ungkap Budi.
Selain itu, AS senantiasa menjadikan entitas penjajah tersebut menjadi pihak pertama yang merasakan teknologi militer terbarunya. Sebutlah salah satunya adalah iron dome.
Dikutip dari Reuters, Sabtu (29/6), dengan dalih sebagai balasan atas serangan Hamas pada Oktober 2023, AS, melalui dua pejabat pemerintah yang diberi pengarahan tentang daftar terbaru pengiriman senjata membeberkan, telah mengirimkan begitu banyak amunisi ke Zionis Yahudi.
Termasuk di antaranya lebih dari 10.000 bom seberat 2.000 pon atau 907,1 kilogram (1 pon=0.453592 kg). Satu bom itu dapat menembus beton dan logam tebal, sehingga menciptakan radius ledakan yang luas.
Bahkan sejak gempuran memanas Oktober 2023 hingga beberapa hari ini, AS mengirimkan sedikitnya 14.000 bom MK-84 seberat 907,1 kg, 6.500 bom seberat 226,7 kg, 3.000 rudal Hellfire, 1.000 bunker penghancur bom.
Kemudian, masih menurut para pejabat yang identitasnya dirahasiakan, ada pula 2.600 bom berdiameter kecil yang dijatuhkan dari udara, dan amunisi lainnya.
Dengan kata lain, meskipun para pejabat AS tidak detail terkait waktu pengiriman tersebut, totalnya menunjukkan bahwa tidak ada penurunan yang signifikan dalam dukungan militer AS kepada sekutunya.
Namun kata Budi lebih lanjut, lebih celaka lagi ketika para penguasa negeri Muslim malah mengondisikan dirinya berada di bawah ketiak AS. Malahan seperti kerbau dicucuk hidungnya, para penguasa negeri Muslim menurut saja kepada kehendak negara asing tanpa membantah karena bodoh atau karena tidak berdaya melawan.
“Mereka terbelenggu dengan kenikmatan syahwat duniawi yang ditanamkan oleh Amerika Serikat, atau mereka juga terkungkung dengan belenggu yang menjerat, yang membuat mereka seperti kerbau yang dicucuk hidungnya,” singgungnya.
Yang berarti, seolah hilang akal dan nurani, semua yang dilakukan Zionis Yahudi berikut AS yang mendukung di belakangnya, terhadap warga Muslim dunia termasuk di Palestina, dipandang oleh para penguasa negeri Muslim sebagai hal yang biasa-biasa saja.
Untuk itulah, menurut Budi, setidaknya umat Islam saat ini menghadapi dua persoalan. Pertama, menghadapi para penguasa mereka yang tidak mereprentasikan perasaan umat. Maknanya, dengan segala cara, para penguasa ini justru hanya mementingkan bahkan mempertahankan kekuasaan.
Kedua, umat juga menghadapi kesadaran politik umat yang berada pada level terendah. Tak ayal, kondisi yang sedemikian parah ini tidak membuat umat bergerak, bangkit, apalagi terdorong untuk melakukan perubahan.
Dengan kata lain pula, menghadapi AS yang merupakan negara adidaya, menurut Budi, bukan hal yang sederhana. Namun persoalan kompleks yang perlu keseriusan untuk dapat mengembalikan kejayaan umat Islam sebagaimana yang dahulu di era Rasulullah SAW. [] Zainul Krian