Saat ini Indonesia didiami lebih dari 250 juta penduduk. Negeri ini telah menyaksikan kenangan sejarah lepas dari imperialisme klasik.
“Kegagalan pemerintah dan korupsi membuat banyak kalangan menjadi pesimis akan terjadinya perubahan yang positif bagi Indonesia. Padahal Indonesia sebenarnya menduduki tambang minyak, emas, aneka ragam kekayaan hayati dan non hayati lainnya. “ ungkap direktur Political Analysis center (PAC) Suhari Rofaul Haq kepada wartawan KABAR NASIONAL (17/9).
Suhari mencermati, Negara-negara kapitalis Barat memahami benar hal ini sehingga para pembuat kebijakan Amerika selalu memonitor perubahan yang terjadi di Indonesia karena mereka mengkhawatirkan bahwa Indonesia memiliki potensi untuk bangkit.
“Kalangan intelektual Amerika pun melihat bahwa Indonesia lebih mencintai Islam, dan kini bergerak ke arah melepas sistem sekuler. Karena itu, kita harus memahami bahwa ia memiliki potensi untuk mengubah diri kita sendiri.” Kata Suhari.
Suhari menambahkan bahwa epicentrum geopolitik di Era Asia Pasifik pastilah Indonesia, negeri kaya namun rakyatnya banyak yang terlunta-lunta. Ini perlu dipahami bersama, sebab itulah yang sekarang tengah berproses masif, sistematis dan konsepsional – strategis di kalangan adidaya terkait perpindahan epicentrum geopolitik global.
“Indonesia telah dan akan dijadikan area atau ajang pertarungan bersama oleh kaum adidaya dunia baik kini maupun ke depan menggantikan posisi Heartland. Amerika tidak hanya mencukupkan diri menggempur Indonesia secara ekonomi dan politik, tapi juga masuk ke ranah budaya dan gaya hidup. Waspada dan saatnya bangkit.” Imbuhnya. []
Sumber: Kabarnasional