Study Tour Jadi Lahan Bisnis, Memang Sistemnya Berbasis Kapitalisme

 Study Tour Jadi Lahan Bisnis, Memang Sistemnya Berbasis Kapitalisme

Mediaumat.info – Terkait banyaknya orang tua siswa menolak study tour karena kerap dijadikan lahan bisnis oknum sekolah, Direktur The Economics Future Institute (TEFI) Dr. Yuana Tri Utomo menyatakan memang begitu kondisi di sistem pendidikan yang berbasis pada materialisme, kapitalisme, dan sekulerisme.

“Kalau study tour ini dianggap menjadi lahan bisnis sekolah, ya memang begitulah, kondisi sistem pendidikan kita yang berbasis pada materialisme, pada kapitalisme sekulerisme ini,” ucapnya dalam Kabar Petang: Study tour Ladang Cuan ‘Oknum’? di kanal YouTube Khilafah News, Sabtu (5/4/2025).

Pasalnya, jelas Yuana, memang study tour ini disampaikan pada awalnya bertujuan memberikan pengamalan belajar real time, namun malah berubah menjadi ladang bisnis, hal ini tentu akan menimbulkan penolakan dari orang tua.

“Ini terjadi ketika fokus sekolah ya, atau pelaksanaan study tour itu bergeser dari orientasi edukasi, menjadi orientasi pada keuntungan finansial semata,” ujarnya.

Indikasinya, jelas Yuana, ketika sekolah atau pelaksana kegiatan, menarik biaya yang tidak masuk akal, mahal, tanpa ada rincian atau transparansi anggaran.

“Bahkan bisa lebih malah jika dibanding dengan tour secara mandiri ya, atau mungkin juga ada dugaan mark up harga, jadi itu bisa terjadi penyimpangan juga,” ungkapnya.

Kemudian, sebutnya, penyimpangan juga terjadi ketika destinasinya tidak relevan dengan objek studi.

“Alih-alih ke tempat sejarah, alih-alih ke tempat ilmiah atau edukasi, malah ke tempat wisata, atau ke taman hiburan atau ke pusat perbelanjaan,” tuturnya.

Bahkan, sebutnya lagi, diperparah dengan tidak adanya sesi refleksi atau tugas edukatif kepada peserta didik, dan tanpa ada evaluasi.

Sehingga, menurut Yuana, tidak heran lagi kenapa orang tua peserta didik ini malah menentang balik program ini, karena sifatnya hanya beban finansial saja.

“Menurut pandangan saya, karena terlalu berat untuk membiayai sekolah anak, ditambah lagi dengan pelaksanaan study tour ini, belum dapur mengepul ya, besar pasak daripada tiang, nanti jadinya begitu,” imbuhnya.

Dalam kesempatan tersebut, Yuana memberikan saran, agar penolakan tersebut tidak masif, sekolah harus juga mendidik orang tua peserta didik dengan transparansi, dan kegiatan yang berkualitas.

Akhirnya, menurut Yuana, ini problem sistemik, harus disikapi dengan sikap yang bijak, terutama sebagai umat Islam, yang hakikatnya pendidikan di awal adalah tanggung jawab keluarga, lalu hingga negara.

“Karena secara kolektif pendidikan ini, merupakan kebutuhan publik ya, sandang, pangan, papan, pendidikan, keamanan, kesehatan, itu merupakan tanggung jawab negara, maka memang negara harus turun tangan untuk menyelesaikan problem ini,” tandasnya.[] Nandang Fathurrohman

Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *