Oleh: Ainun Dawaun Nufus (pengamat Sospol)
Untuk ke sekian kalinya umat Islam diuji iman dan kesabarannya, umat dihadapkan pada propaganda negatif maupun pelecehan terhadap ajaran Islam. Adapun kasus terbaru yang menimpa 2 komika di Indonesia yang dituding melecehkan agama dan menghebohkan warganet. Diharapkan kasus ini menjadi pelajaran penting bagi seluruh artis Indonesia khususnya, maupun masyarakat umumnya agar selalu berhati-hati dalam berujar
Beberapa umat Islam pernah diuji oleh ujaran Basuki Tjahaja Purnama, dan ini membangkitkan kesadaran besar umat Islam untuk menuntut keadilan. Adapun di barat, beberapa tahun lalu propaganda keji dan permusuhan terhadap Islam pernah dilakukan Terry Jones, pendeta (pastor) senior Gereja Dove World Outreach Center di Gainesville, Florida, Amerika Serikat, menyerukan ke seluruh gereja dunia dan warga Amerika untuk terlibat memperingati Tragedi 11 September 2001 (Penghancuran Gedung Kembar WTC) dengan menjadikannya sebagai “International Burn a Koran Day” (Hari Membakar Alquran Internasional).
Pendeta Terry Jones, sebagaimana dilansir News.au, menuduh Islam dan hukum syariah bertanggung jawab atas aksi terorisme terhadap World Trade Center di New York pada 11 September 2001. “Islam adalah setan. Agama itu menyebabkan jutaan orang masuk neraka; agama menipu; agama kekerasan…,” katanya saat wawancara dengan CNN.
Saat para penguasa Muslim ingin merawat kedamaian, termasuk di negeri ini, harusnya mencontoh para khalifah dulu. Dahulu Prancis pernah merancang pertunjukan drama yang diambil dari hasil karya Voltaire. Isinya bertema, “Muhammad atau Kefanatikan”. Di samping mencaci Rasulullah saw., drama tersebut menghina Zaid dan Zainab. Ketika Sultan Abdul Hamid, Khalifah Khilafahan Utsmani saat itu, mengetahui berita tersebut, melalui dutanya di Prancis, beliau segera mengancam Pemerintah Prancis supaya menghentikan pementasan drama tersebut. Beliau mengingatkan bahwa ada “tindakan politik” yang akan dihadapi Prancis jika tetap meneruskan dan mengizinkan pementasan tersebut. Prancis akhirnya membatalkannya.
Tidak berhenti sampai di situ. Perkumpulan teater tersebut lalu berangkat ke Inggris. Mereka merencanakan untuk menyelenggarakan pementasan drama itu di Inggris. Mengetahui itu, Khalifah Abdul Hamid pun mengancam Inggris. Inggris menolak ancaman tersebut. Alasannya, tiket sudah terjual habis dan pembatalan drama tersebut bertentangan dengan prinsip kebebasan (freedom) rakyatnya. Setelah mendengar sikap Inggris demikian, sang Khalifah menyampaikan, “Kalau begitu, saya akan mengeluarkan perintah kepada umat Islam dengan mengatakan bahwa Inggris sedang menyerang dan menghina Rasul kita! Saya akan mengobarkan jihad akbar!” Pemerintah Inggris pun ketakutan melihat keseriusan ancaman sang Khalifah. Mereka segera melupakan sesumbarnya tentang kebebasan. Pementasan drama itu pun akhirnya mereka batalkan juga (Lihat: Majalah al-Wa‘ie, No. 31, 2003).
Jelas, hakikat drama di atas sama dengan hakikat berbagai penghinaan terhadap Islam dan umatnya saat ini. Karena itu, semestinya sikap para penguasa Muslim sejati dalam merespon berbagai penghinaan itu juga sama dengan keberanian Khalifah Abdul Hamid di atas.[]