Stigmatisasi Khilafah, Pengamat: Ada Tren Kebangkitan Islam
Mediaumat.id – Menjawab makin masifnya upaya stigmatisasi istilah khilafah seolah berbahaya, dinilai karena ada tren kebangkitan berupa dukungan terhadap gerakan-gerakan politik Islam di tengah-tengah masyarakat.
“Karena mereka melihat ada tren kebangkitan, kesadaran Islam di tengah-tengah masyarakat, dan ada tren kebangkitan dukungan terhadap gerakan-gerakan politik Islam,” ujar Pengamat Politik Internasional Dr. Hasbi Aswar dalam diskusi Harapan Umat Islam: Piagam PBB vs Khilafah, Selasa (14/2/2023) di kanal YouTube Rayah TV.
Dengan kata lain, dukungan publik terhadap syariat Islam memang terus mengalami kenaikan. “Survei tahun 2018 oleh LSI Denny JA itu menunjukkan tingkat dukungan terhadap syariah itu dari tahun 2004 sampai tahun 2018, kurang lebih gitu, itu terjadi peningkatan 9 persen dari 4 persen menjadi 13 persen,” misalnya.
Inilah yang kata Hasbi, menjadi satu ketakutan bagi rezim global termasuk turunannya, rezim-rezim lokal.
Untuk diketahui, peningkatan tren dukungan terhadap gerakan-gerakan politik Islam termasuk dukungan terhadap syariat Islam, dikarenakan hampir seabad propaganda dan dominasi Barat tak membuat kondisi dunia menjadi lebih baik.
Meski, paham liberal memiliki doktrin menciptakan perdamaian dunia, pasar bebas dan organisasi internasional termasuk PBB berikut visi membentuk dunia yang lebih baik, tetapi faktanya, sejak gagasan liberal dimaksud menang di Perang Dunia Satu dan Dua hingga saat ini ternyata tak menghasilkan apa-apa.
“Demokrasi ada, tadi apa yang terjadi? Demokrasi malah melindungi para oligarki, para pemodal, para kapitalis, para koruptor,” tegas Hasbi, yang berarti makin banyak orang jatuh miskin.
Sama halnya dengan ekonomi pasar bebas yang hanya menguntungkan negara-negara dan para kapitalis besar. “Hanya segelintir orang yang menguasai kekayaan dunia, lingkungan hancur berantakan dengan ekonomi pasar (bebas),” bebernya.
Begitu juga organisasi internasional PBB. Alih-alih mampu melindungi dan menjaga perdamaian dunia, justru tak tampak satupun prestasi yang signifikan dalam menyelesaikan atau setidaknya mencegah bermacam pelanggaran hak asasi manusia (HAM) dan kedaulatan suatu negara.
Karenanya, kata Hasbi lagi, hal ini membuat masyarakat mulai tak percaya terhadap peradaban liberal, demokrasi, ekonomi pasar bebas, lebih-lebih organisasi internasional macam PBB.
Namun di saat yang sama dukungan terhadap syariah Islam pun meningkat. “Di dunia Islam ekspresinya apa? Ekspresinya adalah meningkatnya dukungan terhadap gerakan-gerakan politik Islam, meningkatnya dukungan terhadap syariah,” ucapnya.
Artinya, dengan terjadinya pengurangan dukungan atas liberalisme, menjadikan masyarakat baik di dunia Islam maupun di Barat mencari alternatif lain, hingga muncullah gagasan khilafah yang notabene bagian dari ajaran Islam yang secara empirik nyata adanya.
Oleh karena itu ia tak heran, apabila hari ini masih ada yang ‘jualan’ PBB sudah tak terlalu laku lagi. “Masyarakat itu perlahan-lahan sudah tidak simpati terhadap PBB, bersamaan juga dengan tidak simpatinya masyarakat terhadap demokrasi, menurunnya simpati masyarakat terhadap pasar bebas,” sebutnya.
Lebih jauh, Hasbi menyebut tidak ada satupun negeri yang dibina rezim liberal lantas berhasil menjadi negara percontohan bagi dunia. “Enggak ada, saya enggak menemukan itu,” tandasnya.
Sebut saja Afghanistan yang betul-betul dibina Amerika Serikat bersama PBB selama 20 tahun namun terbukti tidak bisa menjadi negara makmur, sejahtera, adil, tentram, bebas korupsi, dst. “Itu yang membuat di dunia khususnya dunia islam ini membuat akhirnya tingkat kekecewaan terhadap modernitas, demokrasi, partai-partai politik, ekonomi pasar (bebas) dan organisasi internasional itu yang membuat mereka menjadi kecewa,” pungkasnya.[] Zainul Krian