Standar Ganda Barat, FIWS: Harus Jadi Pelajaran Penting Penguasa Muslim
Mediaumat.id – Terkait standar ganda yang digunakan Amerika Serikat (AS) dan Barat dalam merespons invasi Rusia ke Ukraina dibanding Israel ke Palestina, Direktur Forum on Islamic World Studies (FIWS) Farid Wadjdi memandang, seharusnya menjadi pelajaran penting bagi otoritas Palestina.
“Ini sesungguhnya menjadi pelajaran penting yang berulang-ulang bagi penguasa-penguasa negeri Islam termasuk penguasa otoritas Palestina yang terbatas bahwa Barat itu tidak bisa diharapkan,” tuturnya kepada Mediaumat.id, Sabtu (30/4/2022).
Artinya, ideologi kapitalisme berikut kebijakan negara-negara Barat tidak bisa diharapkan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan kemanusiaan, termasuk persoalan-persoalan umat Islam.
Seperti diberitakan, Duta Besar Palestina untuk Indonesia, Zuhair al-Shun, sebelumnya mengomentari negara Barat menggunakan standar ganda dalam merespons invasi Rusia di Ukraina. cnnindonesia.com (30/4)
Dengan kata lain, Al-Shun membandingkan kecenderungan AS dan negara Barat lainnya terhadap Ukraina dengan sikap mereka atas Palestina yang ternyata berbeda.
Sebagaimana pula dilansir The Guardian, AS dan negara Barat dikatakan melakukan standar ganda karena mendukung sanksi dan investigasi kejahatan perang terhadap Rusia, tetapi tidak melakukan hal yang sama kepada Israel.
Padahal, mantan direktur Human Rights Watch untuk kawasan Timur Tengah, Sarah Leah Whitson, menyampaikan bahwa tampak kesamaan pelanggaran hukum internasional yang dilakukan Rusia dan Israel.
“Kita melihat tak hanya pemerintah AS, tetapi perusahaan AS berupaya menjatuhkan sanksi dan boikot apa pun yang berasosiasi dengan pemerintah Rusia,” kata Whitson.
Atas sebab itu, lanjut Farid, sudah seharusnya penguasa-penguasa negeri Islam di mana pun berada, mencampakkan ideologi kapitalisme dan menjadikan Islam sebagai satu-satunya solusi. “Ini yang akan menyelesaikan persoalan,” cetusnya.
Namun sayang, Palestine Liberation Organization (PLO), organisasi yang dibentuk pada 28 Mei 1964 dengan tujuan untuk kemerdekaan Palestina misalnya, menurutnya masih berhubungan dengan AS, serta berharap negara besar itu menyelesaikan persoalan Palestina.
“Ini sama saja omong kosong, sama saja dusta, sama saja bohong,” tukasnya.
Maknanya, tegas Farid sekali lagi, untuk bisa menyelesaikan bermacam persoalan, umat Islam seharusnya kembali kepada Islam. “Tidak ada yang bisa menyelesaikan persoalan umat Islam, kecuali umat Islam kembali memiliki negara yang merepresentasikan Islam pada level global,” ucapnya.
Lalu ia pun menegaskan negara yang dimaksud adalah berdasarkan Islam yang memiliki visi nasyrul Islam Ilal ‘alam, serta menjaga kemuliaan, kehormatan dan nyawa manusia, terlebih kepada umat Islam.
“Itulah negara khilafah ala minhaj an-nubuwwah,” tegasnya.
“Pertanyaannya, sampai kapan penguasa-penguasa negeri Islam termasuk otoritas Palestina bertahan pada kebijakan mereka yang tunduk kepada Barat, sementara bukti-bukti sudah nyata di depan mereka?” tambahnya.
Kesekian kalinya
Selain itu, terhadap perang Rusia-Ukraina, sambungnya, menjadi bukti untuk kesekian kalinya standar ganda Barat terhadap isu-isu kemanusiaan.
Ia menambahkan, sebenarnya standar ganda atau ukuran yang dipakai sebagai patokan sesuatu yang bersifat mendua, tidak hanya terhadap Ukraina dan Palestina, tetapi negara Barat pun bersikap sama atas konflik Suriah-Rusia.
“Bukan hanya perbedaan antara sikap Barat terhadap Ukraina dan Palestina. Juga ini mencerminkan sikap perbedaan Barat antara Ukraina dan Suriah misalkan,” ungkapnya.
Menurutnya, Barat hanya melihat apa yang dilakukan oleh Rusia sebagai invasi terhadap Ukraina. Sementara hal yang sama tidak mereka sebutkan ketika penjajah zionis menduduki tanah Palestina. “Demikian juga hal yang sama tidak mereka katakan ketika Rusia itu membombardir Suriah,” jelasnya.
Pragmatis
Lantas mengenai standar ganda sendiri, menurut Farid berawal dari politik pragmatisme Barat yang bersifat naf’iyyah. Yakni, sifat yang hanya melihat kemanfaatan berdasarkan kepentingan masing-masing.
Tak hanya itu, standar ganda juga dipandang sebagai bagian dari sifat ideologi Barat yang memang tidak memperhatikan nilai-nilai kemanusiaan, dalam hal ini menjaga nyawa manusia.
Maksudnya, nyawa manusia itu sesungguhnya tidak ada artinya. Terlebih apabila di sana mereka memiliki kepentingan. “Mereka tidak peduli untuk membantai ratusan ribu orang, membuat kebijakan yang mencelakakan banyak orang,” pungkasnya.[] Zainul Krian