Mediaumat.id – Anggapan bahwa sikap menerima kehadiran Israel dalam keikutsertaannya di Piala Dunia U-20 sama dengan memperjuangkan hak-hak bangsa Palestina melalui jalur dialog, dinilai paradoks dengan yang sebenarnya terjadi.
“Sepanjang sejarah pendudukan Israel terhadap Palestina, mereka tidak pernah mengedepankan dialog,” ujar Pengamat Hubungan Internasional Budi Mulyana, M.Si. kepada Mediaumat.id, Jumat (7/4/2023).
Dengan kata lain, Israel hanya mengenal bahasa perang. Sebutlah pendudukan wilayah berikut klaim atas wilayah yang didudukinya selama ini.
Makanya tentang bahasa perang dimaksud, sambung Budi, seharusnya dipahami oleh siapapun termasuk para penguasa negeri Muslim pada umumnya. “Inilah yang semestinya dipahami oleh para penguasa negeri Muslim,” tandasnya.
Adalah Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) yang menyampaikan solusi dialog atas konflik Palestina-Israel. “Maka satu-satunya jalan yang terbaik untuk memperjuangkan dan memulihkan hak-hak bangsa Palestina, melalui jalan dialog menuju perdamaian,” kata JK seperti dikutip dari siaran pers, Selasa (28/3/2023).
Dengan dalih setiap kali perang, wilayah Arab termasuk Palestina justru semakin banyak dikuasai Israel, maka ia berpendapat jika Indonesia ingin membantu kepentingan rakyat Palestina melawan Israel, maka posisi yang harus diperkuat adalah mengenal kedua belah pihak agar dapat mendorong mereka maju ke meja perundingan yang adil.
Padahal lanjut Budi, langkah dialog yang Israel tempuh selama ini sebenarnya untuk menjustifikasi pendudukan yang dilakukan.
Sementara, momentum semacam gelaran Piala Dunia U-20 yang rencana awalnya diselenggarakan di Indonesia, sebenarnya juga dimanfaatkan oleh Israel untuk menguatkan eksistensinya di dunia internasional.
Karenanya, yang dibutuhkan bangsa Palestina sekarang adalah semacam kekuatan negara yang memiliki kemampuan menghentikan penjajahan oleh Israel. “Bukan dialog yang justru menjustifikasi keberadaan mereka,” pungkasnya.[] Zainul Krian.