Soal Palestina, Pemikiran dan Perasaan Kaum Muslim Belum Menyatu
Mediaumat.info – Direktur Pamong Institute Wahyudi al-Maroki menyatakan umat Islam belum bisa bersatu dalam upaya membebaskan Palestina dari penjajahan Zionis Yahudi karena pemikiran belum menyatu dan perasaannya belumlah sama.
“Kenapa tidak bisa bersatu? Karena pemikirannya belum bisa menyatu, dan syu’ur atau perasaan mereka (umat Islam) belum sama,” ujarnya dalam diskusi Rajab: Pembebasan al-Aqsha & Derita Palestina Tanpa Khilafah, Kamis (1/2/2024) di kanal YouTube Palembang Bersyariah.
Menurutnya, pemikiran umat Islam belum bisa sama, karena ada pemikiran selain pemikiran Islam yang berada dan sudah mengakar di benak kaum Muslim.
“Pemikiran-pemikiran Barat masuk ke dalam pemikiran-pemikian kaum Muslimin, baik ke anak-anak, maupun pemuda, maupun orang tua, masuklah pemikiran-pemikiran Barat sehingga itu menggeser pemikiran-pemikiran Islam dalam benak kaum Muslimin,” tuturnya.
Sehingga, lanjutnya, kaum Muslimin melakukan amal, tindakan, bahkan upaya untuk pembebasan Palestina itu tergoda dengan pemikiran-pemikiran Barat, baik cara-caranya hingga solusi-solusinya pun ngambilnya dari Barat.
“Sehingga sampai pada hari ini, solusi praktis tidak pernah berhasil, karena masuk dan terjebak kepada pemikiran yang sekuler, yang memberikan solusi dengan cara sekuler tadi,” bebernya.
Padahal, kata Wahyudi, solusi utamanya adalah kembali kepada Islam sebagaimana pernah dicontohkan Shalahudin al-Ayyubi dan Umar bin Khattab, yakni mereka adalah pembebas Al-Aqsha sekaligus juga penguasa Islam yang menerapkan hukum Islam.
“Dua (Shalahuddin dan Umar) orang pemimpin itu bukan menggunakan sistem sekuler, bukan sebagai pemimpin republik, buka juga sebagai kerajaan, bukan juga kekaisaran,” tegasnya.
Dua penguasa Islam (Shalahuddin dan Umar), ungkap Wahyudi, menggunakan cara Islam untuk pembebasan Al-Aqsha, Palestina, yakni dengan pengirim tentara militer.
“Jadi, kalau penjajah itu menggunakan kekuatan militer maka semestinya yang dilakukan untuk mengusirnya juga dengan kekuatan militer,” lanjutnya.
Bahkan, kata Wahyudi, kalau diukur, negara-negara Arab dan negara-negara Muslim memiliki kekuatan militer yang cukup tinggi. Urutan pertama ada Turki, Mesir ada di urutan 12, Indonesia ada di urutan 13 dan rata-rata masih di atas Zionis Yahudi semua.
“Jadi itu baru satu negara, kalau negara bergabung semestinya enggak ada persoalan untuk mengusir Israel dari negeri kaum Muslimin, membebaskan Al-Aqsha sebenarnya tidak menjadi persoalan,” bebernya.
Persoalan utamanya, menurut Wahyudi, ada pada pemikiran-pemikiran para pemimpin Muslim yang menggunakan pemikiran Barat, hingga mereka merasa bahwa solusi yang harus wajib diambil adalah solusi Barat.
“Seandainya mereka (penguasa-penguasa di negeri Muslim) kembali mengadopsi Islam, mengambil cara-cara Islam, itu mengikuti sunnah yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW, dan itulah yang dilakukan oleh Khalifah Umar bin Khattab, maupun Sultan Shalahuddin al-Ayyubi,” pungkasnya. [] Setiyawan Dwi