Skandal Seks Gereja Akibat Kekalahan Rohaniawan oleh Ideologi Liberalisme

 Skandal Seks Gereja Akibat Kekalahan Rohaniawan oleh Ideologi Liberalisme

Mediaumat.id – Terungkapnya pendiri gereja asal Filipina, Apollo Carreon Quiboloy yang dituduh telah melakukan perdagangan seksual di gereja Amerika Serikat, dinilai Direktur Siyasah Institute Iwan Januar sebagai kekalahan para rohaniawan oleh ideologi liberalisme.

“Maraknya skandal seksual ini menjadi pertanda kekalahan para rohaniawan oleh ideologi liberalisme,” ujarnya kepada Mediaumat.id, Ahad (21/11/2021).

Menurutnya, agama sudah tak mampu lagi menahan serangan budaya liberalisme, bahkan sampai ke lingkungan gereja. “Skandal seksual di lingkungan gereja memang sudah sangat keterlaluan. Lingkungan ibadah sekarang sudah menjadi tidak aman lagi untuk warga,” ungkapnya.

Yang lebih memprihatinkan lagi, kata Iwan, beberapa skandal itu terjadi secara sistematis dan ada hierarkinya. Artinya, dilakukan bukan sekadar insidental, kasuistik, atau personal/oknum. Tapi terorganisir. “Kalau sudah begini apa yang bisa diharapkan dari lingkungan rohaniawan?” tandasnya.

Seperti diberitakan CNN Indonesia yang dikutip dari AFN, Sabtu (20/11/2021), Kementerian Kehakiman Amerika Serikat mendakwa Apollo Carreon Quiboloy, pendiri gereja asal Filipina yang juga merupakan sekutu Presiden Rodrigo Duterte, atas tuduhan menyelundupkan perempuan dan memaksa mereka berhubungan seksual.

Dalam surat dakwaannya, kementerian itu menuding Quiboloy menyusun skema penggalangan dana untuk yayasan yang berbasis di California, AS.

Dana yang terkumpul kemudian digunakan untuk merekrut korban. Para perempuan itu lantas dibawa dari Filipina untuk bekerja di salah satu gereja di AS yang bernama Kerajaan Yesus Kristus, Nama di Atas Segala Nama (KOJC).

Para anggota KOJC menyebut pria Filipina berusia 71 tahun itu sebagai “Anak Tuhan yang Terpilih.” Para korban yang yang rata-rata berusia 12-25 tahun itu bekerja sebagai asisten pribadi atau pastoral untuk “Anak Tuhan” tersebut.

“Korban menyiapkan makanan Quiboloy, membersihkan rumahnya, memijat, dan diwajibkan berhubungan seks dengan Quiboloy yang disebut pastoral sebagai ‘tugas malam’.

Mesti Waspada

Iwan menilai, skandal gereja ini menjadi tantangan untuk kaum Muslim, karena di lingkungan umat Islam juga didapati ulah oknum ustaz atau guru ngaji yang melakukan pencabulan pada peserta didik. “Meski belum sistematis seperti di lingkungan gereja di Barat, tapi umat mesti mewaspadai hal ini,” tuturnya.

Menurutnya, penyebab utamanya karena hari ini umat hidup dalam lingkungan liberalisme-sekulerisme sehingga agama tidak lagi jadi pondasi kehidupan. “Maka, mutlak harus ada perombakan di tengah umat menuju kehidupan Islam. Melaksanakan syariat Islam dalam naungan khilafah,” pungkasnya.[] Achmad Mu’it

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *