Siyasah Institute: Umat Butuhkan Sistem Kehidupan Sempurna

Mediaumat.id – Direktur Siyasah Institute Iwan Januar mengungkapkan umat membutuhkan sistem kehidupan yang sempurna untuk melindungi agama.

“Umat membutuhkan sistem kehidupan yang sempurna untuk melindungi agama,” dalam program Kabar Petang: Coki Pardede CS Bikin Geram! di kanal YouTube Khilafah News, Sabtu (8/7/2023).

Ia menegaskan, sistem demokrasi dan liberalisme tidak pernah memberikan perlindungan yang utuh dan menyeluruh terhadap agama.

“Harus ada dakwah yang terus dilakukan secara masif untuk menyadarkan umat bahwa umat butuh penegakan dan penerapan syariah Islam untuk melindungi agama. Tidak mungkin mengharapkan dari sistem dan juga pemerintah yang sekarang untuk memberikan pembelaan dan perlindungan pada agama,” tegasnya.

Ia juga menyatakan, mengharapkan sistem dan pemerintah saat ini memberikan pembelaan dan perlindungan terhadap agama menjadi tidak mungkin.

“Perbuatan Coki Pardede dan teman-temannya yang menggunakan agama sebagai bahan lelucon,” ujarnya.

Menurutnya, tindakan tersebut seharusnya masuk dalam ranah kriminal penistaan agama. Ia berharap para pengacara ahli hukum pidana Muslim dapat terlibat dalam menindaklanjuti kasus ini, mengingat unsur penistaan agama yang terkandung dalam pernyataan mereka,” ujarnya.

Iwan Januar juga mengkritik pelawak yang menggunakan agama sebagai bahan lelucon. Baginya, tindakan tersebut menunjukkan kehilangan kreativitas dan akal sehat dalam mencari konten yang memiliki nilai sosial tinggi.

Ia menganggap, membuat lelucon tentang kondisi politik atau tokoh-tokoh yang berperan dalam pemerintahan akan lebih bermakna dan bernilai di hadapan masyarakat. “Penggunaan agama sebagai bahan lelucon dapat menunjukkan adanya niatan untuk menistakan agama,” tandasnya.

Iwan mengamati, Coki Pardede selalu agama Islam dalam lawakannya, yang menurutnya mencerminkan kebencian terhadap agama Islam.

Ia juga menyebut, dalam Islam ada beberapa jenis ijtihah (penistaan). Pertama, jika ini tentang ajaran agama yang dia lakukan adalah karena ketidaktahuan karena memang dia orang bodoh, nanti hakim masih bisa memberikan keringanan hukuman.

Kedua, jika dia tahu ini adalah ajaran agama dan digunakan sebagai bahan lawakan, maka jika dia melakukannya dengan maksud untuk menghina. Kategori ini telah keluar dari Islam sudah ridah.

Iwan Januar mengungkapkan keprihatinannya terhadap sikap beberapa tokoh Muslim yang menyarankan kesabaran dan menahan emosi dalam menghadapi kasus penistaan agama. Menurutnya, sosialisasi mengenai sanksi hukum terhadap penistaan agama perlu diperkuat agar orang yang berpotensi menistakan agama merasa jera.

“Di era demokrasi saat ini, beberapa orang memberikan ruang kepada penista agama dengan alasan kebebasan berekspresi dan kebebasan berpikir. Penistaan agama harus ditangani sesuai dengan hukum Islam, dan jika hal itu belum dapat dilakukan saat ini, sosialisasi mengenai larangan menghina agama dan konsekuensinya perlu dilakukan,” ungkapnya.

Terkait penanganan kasus penistaan agama, Iwan Januar mengkritik bahwa tidak semua penista agama langsung ditindak hukum, meskipun mereka melakukan penghinaan secara terbuka. Ia berharap agar penegakan hukum dapat dilakukan secara lebih konsisten dan adil.

“Dalam situasi sekarang ini, ajaran Islam terkait jihad, khilafah, dan penegakan syariat Islam seringkali mendapat perlakuan kriminalisasi, sementara penistaan agama seperti kasus yang disoroti jarang ditindaklanjuti. Keadaan ini merupakan ironi di negara dengan mayoritas Muslim,” pungkasnya [] Abi Bahrain

Share artikel ini: