Siyasah Institute: Tidak Ada Kegiatan yang Tidak Berkaitan dengan Politik

Mediaumat.id – Diamnya FIFA terhadap serangan pasukan Israel di final Liga Palestina yang terjadi setelah FIFA mencoret Indonesia dari status tuan rumah Piala Dunia U-20 karena rakyat Indonesia menolak keikutsertaan timnas Israel U-20 di kompetisi tersebut menunjukan tidak ada kegiatan yang tidak ada kaitan dengan kebijakan politik.

“Tidak ada kegiatan yang tidak ada kaitan dengan kebijakan politik, termasuk sepakbola,” ujar Direktur Siyasah Institute Iwan Januar kepada Mediaumat.id, Senin (3/4/2023).

Menurut Iwan, penyelesaian kasus Kanjuruhan itu kebijakan politik, politik yang tidak berpihak pada keluarga korban. Pengangkatan Erick Thohir jadi Ketum PSSI itu sarat muatan politik. Sebab Erick Thohir melakukan rangkap jabatan dan tidak ditegur oleh Presiden yang katanya dulu menentang rangkap jabatan.

Kemudian pencekalan timnas Rusia di Piala Dunia itu juga kebijakan politik. Begitupula pembiaran agresi militer Israel terhadap Palestina hingga ke aktivitas olahraga adalah sikap politik.

“Jadi, kalau ada yang bilang jangan campur adukkan olahraga dengan politik itu orang tidak paham politik atau sengaja bermain politik untuk buat rakyat tidak ngerti politik. Padahal tidak semua rakyat bisa dibegitukan,” tutur Iwan.

Iwan menegaskan, tindakan militer Israel menyerbu pertandingan sepakbola warga Palestina itu keji dan kejam. Padahal apa yang ditakuti dari pertandingan sepakbola. Sehingga Israel tidak pantas disebut penjajah, tapi agresor barbar. Sebab kalau penjajah di negara mana pun masih izinkan warga pribumi lakukan sejumlah kegiatan. Tapi Israel sama sekali tidak mengakui eksistensi dan aktivitas warga Palestina walaupun cuma olahraga dan sepakbola.

Iwan membeberkan, sebenarnya ini bukan kali pertama Israel melakukan serangan pada aktivitas olahraga warga Palestina, termasuk terhadap pertandingan sepakbola. Namun Iwan melihat, tidak ada sikap keras apalagi tindakan keras terhadap Israel oleh asosiasi atau lembaga internasional manapun, termasuk FIFA.

“Palestina dianaktirikan, tapi Israel terus dilindungi sehingga timnas maupun klub sepakbolanya bisa bertanding di mana saja,” ucapnya.

Iwan menilai, kalau FIFA masih diam juga itu tanda FIFA memang berpolitik. Rusia dicekal putaran final Piala Dunia di Qatar karena menginvasi Ukraina, tapi itu tidak berlaku untuk timnas maupun klub-klub sepakbola Israel.

“Tepat kalau kita katakan FIFA pasang standar ganda dan tidak fair play, juga diskriminatif,” pungkas Iwan.[] Agung Sumartono

Share artikel ini: