Mediaumat.id – Sikap Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas yang menyesalkan adanya aksi pembubaran jemaat gereja di Lampung tapi diam saja terhadap pembubaran pengajian dinilai berat sebelah dan tidak adil. “Sikap Menag ini sudah mirip LSM liberal, berat sebelah dan tidak adil terhadap kelompok Islam,” ujar Direktur Siyasah Institute Iwan Januar kepada Mediaumat.id, Rabu (22/2/2023)
Menurut Iwan, Kemenag sedang menjalankan tupoksi anti-radikalisme dan anti-oposisi. Dua hal ini jadi bagian kebijakan semua pejabat dan menteri di pemerintahan Jokowi. Para penceramah yang dituding berafiliasi ke kelompok-kelompok yang mereka klaim radikal seperti HTI dan FPI, atau berafiliasi pada kelompok oposisi maka bakal dipersekusi, dan pemerintah termasuk aparat akan tutup mata.
Padahal, kata Iwan, tindakan ormas semacam itu yang membubatkan pengajian sudah menyalahi Pasal 59 di Perppu No. 2/2017 yang telah disahkan menjadi UU No. 16 Tahun 2017 tentang Organisasi Kemasyarakatan. Yaitu hanya aparat yang berhak membubarkan suatu acara
Karenanya, Iwan memandang, ada masalah serius di tubuh rezim. Saat ini dalam keagamaan ada unsur islamofobia yang di-blend dengan sikap politik otoritarianisme. Rezim tidak mau munculnya kelompok Islam yang memperjuangkan syariat atau Islam kaffah, dan tidak memberi ruang pada kritik. Sehingga semua institusi pemerintah bahkan juga swasta yang berkubu pada rezim bakal menjalankan tupoksi tersebut.
“Ini sebenarnya proxy war yang didesain AS lewat Rand Corporation yang diterapkan di negeri ini. Tujuannya melemahkan umat agar tidak bangkit, karena dianggap sebagai ancaman Barat,” bebernya.
Hal ini, kata Iwan, berbahaya. Sebab pemerintah sengaja memelihara konflik horisontal. Maka lama kelamaan konflik akan membesar dan melebar. Bahkan di beberapa daerah terutama luar Jawa, minoritas muncul antipati bahkan persekusi terhadap kelompok Islam yang jadi bumper rezim.
Kalau konflik ini terus terjadi, ujung-ujungnya, asing dan aseng akan leluasa menjalankan neoimperialisme di tanah air. “Merekalah sebenarnya musuh umat. Mereka pakai tangan ulama dan ormas Islam untuk mematikan nalar kritis umat terhadap imperialisme asing dan aseng,” pungkas Iwan.[] Agung Sumartono