Siyasah Institute: Sepakat Menjelekkan Pribadi Pejabat Perbuatan Tercela, Tapi…

Mediaumat.info – Menanggapi pernyataan Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar yang menyebut siapa saja yang menghina pemimpin baik pemimpin organisasi ataupun presiden akan mendapatkan siksa dunia- akhirat, Direktur Siyasah Institute Iwan Januar menyatakan sepakat jelekkan sesama Muslim itu perbuatan tercela tapi disayangkan kalau meminta rakyat tutup mata terhadap kebijakan zalim penguasa.

“Kita sepakat bahwa menjelek-jelekkan sesama Muslim itu perbuatan tercela. Termasuk menjelekkan pribadi pejabat negara juga bukan akhlak yang baik, tapi kita menyayangkan bila kemudian rakyat diminta untuk tidak peka atau tutup mata dengan berbagai kebijakan penguasa yang menzalimi rakyat,” ujarnya kepada mediaumat.info, Ahad (21/1/2024).

Menurut Iwan, banyak kebijakan penguasa yang dinilai zalim terhadap rakyat. Di antaranya UU Ciptaker, UU Minerba, UU Omnibus Law Kesehatan, dan berbagai janji palsu bahkan kebohongan yang dibuat penguasa.

Semua itu, jelasnya, boleh dikritik. Karena yang dikritik adalah kebijakannya, bukan menyerang personalnya. Dan ini bagian dari amar ma’ruf nahi mungkar yang diwajibkan agama.

Selanjutnya, Iwan berharap, para ulama berada di garda terdepan untuk mengkritik kebijakan penguasa, melakukan amar ma’ruf nahi mungkar. Karena dosa penguasa pada rakyat adalah kezaliman luar biasa yang menyebabkan kerusakan yang lebih besar pada rakyat. Rakyat rusak karena penguasanya rusak.

“Imam Al-Ghazali mengatakan: Tidaklah rakyat itu rusak melainkan karena rusaknya penguasa, sedangkan penguasa itu rusak karena ulamanya rusak,” ucap Iwan.

Terakhir Iwan melihat, sudah saatnya para ulama semakin berani amar ma’ruf nahi mungkar demi keselamatan umat. Karena pangkal kerusakan negeri ini sekarang akibat kebijakan penguasa yang ugal-ugalan, bukan karena rakyat. Dan penguasa yang jahat diharamkan masuk surga.

“Tidaklah mati seorang hamba yang Allah minta untuk mengurus rakyat, sementara dia dalam keadaan menipu (mengkhianati) rakyatnya, kecuali Allah mengharamkan surga bagi dirinya,” pungkas Iwan mengutip hadits riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim. [] Agung Sumartono

Share artikel ini: