Siyasah Institute: Ketidakjelasan Identitas Negara Kacaukan Rakyat

Mediaumat.id – Peneliti Siyasah Institute Iwan Januar menilai, ketidakjelasan identitas suatu negara akan membingungkan rakyatnya dan mengacaukan nilai-nilai di dalamnya.

“Ketidakjelasan identitas di suatu negara, akan membingungkan rakyatnya dan mengacaukan nilai-nilai yang akan ditumbuhkembangkan di dalamnya,” tuturnya kepada Mediaumat.id, Senin (1/11/2021).

Menurutnya, semua negeri-negeri Muslim hari ini tidak jelas identitasnya. “Islam atau sekuler-liberal? Ke luar, mereka tetap mengklaim sebagai negara Islam, tapi identitas dan maaf ‘kelaminnya’ absurd,” ujarnya.

Iwan menilai, orang awam memang paling mudah ditipu. “Mereka percaya saja kalau negara-negara Arab itu representasi negara Islam. Orang Arab, berbahasa Arab, pakai gamis, dan ada sebagian hukum Islam seperti hudud potong tangan, rajam, qisas, dan sebagainya,” jelasnya.

Apalagi melirik Arab Saudi, menurut Iwan, hampir tidak ada Muslim di sini yang tidak menyebut itu negara Islam. Termasuk kaum alim lulusan sana pun otomatis menyebut KSA sebagai negara Islam. Belum lagi tagline mereka ‘Pelayang Dua Tanah Suci’.

“Julukan negara bertauhid dengan bangga disematkan pada Kerajaan Saudi Arabia. Padahal, sudah sejak lama Kerajaan Saudi Arabia (KSA) melipir ke ideologi sekulerisme-liberalisme. Pelan-pelan sih, sehingga tidak terasa. Ekonomi mereka sudah kapitalisme, ketika SDA diborong keluarga kerajaan dan dibagi dengan Amerika Serikat. Para raja mereka juga hobi traveling dan simpan kekayaan di negara-negara Eropa,” bebernya.

Menurutnya, KSA juga terus menyingkirkan para ulama yang vokal dalam amar maruf nahi mungkar. Mereka ditahan dan disiksa, bahkan sebagian syahid dalam tahanan. Cuma, biasanya para ulama yang vokal itu dilabeli ‘bughat’, ‘khawarij’, ditahdzir oleh ulama-ulama lain yang setia pada keluarga kerajaan dengan doktrin taat pada ulil amri.

“Sekarang, di era Raja bin Salman (MBA), sekulerisme dan liberalisme itu makin nyata. KSA terus mengekspansi wisata ala Dubai; pantai bebas bikini, konser musik, hotel yang izinkan pasangan non-mahram menginap, dan sebagainya,” ungkapnya.

Belakangan ini, justru ia melihat, sebagian warga Saudi untuk pertama kali mengadakan pesta Halloween. “Dahsyat! Hajatan khas kaum paganis, ada kesyirikan, pamer aurat, hedonisme, bercampur. Jadi, KSA ini negeri apa? Islam?” pungkasnya.[] Achmad Mu’it

Share artikel ini: