Mediaumat.id – Direktur Siyasah Institute Iwan Januar menyampaikan, suasana harmonis disertai distribusi berkeadilan di tengah kehidupan manusia tak akan terjadi selama dunia masih dikuasai oleh negara-negara besar kapitalisme.
“Suasana yang harmonis dan distribusi yang berkeadilan tidak akan terjadi selama dunia masih dikuasai oleh negara-negara besar kapitalisme,” ujarnya kepada Mediaumat.id, Kamis (9/11/2023).
Hal ini ia sampaikan untuk merespons pernyataan seputar konflik global terkait upaya eksploitasi sumber daya alam (SDA) yang semena-mena dan menjadi penyebab terciptanya berbagai kerusakan di bumi.
Adalah Ketum PBNU Yahya Cholil Staquf, yang sebelumnya memaparkan bahwa upaya pemeliharaan atas kesentosaan bumi dan alam ini mensyaratkan dua hal penting. Yaitu, harmoni hubungan serta pergulatan antar umat manusia. Dan berikutnya, distribusi SDA dengan mengedepankan rahmah (kasih sayang) dan ‘adalah (keadilan).
“Ini mutlak diperlukan untuk menghilangkan saling curiga dan permusuhan, untuk kemudian menjadi pijakan dalam membangun harmoni kehidupan antar umat manusia,” jelas Gus Yahya, pada acara Global Faith Summit on Climate Action yang berlangsung selama 6-7 November 2023 di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab (UAE).
Padahal, lanjut Iwan memaparkan, bicara solusi terkait dua hal penting tersebut, sebenarnya cukup dengan menghapus penjajahan yang dilakukan oleh negara-negara besar kapitalisme, dan menolak setiap pemaksaan kepentingan politik dan ekonomi.
Penting dipahami, tambah Iwan, pangkal persoalan konflik global hari ini adalah imperialisme alias penjajahan yang dilakukan negara-negara besar berideologi kapitalisme, seperti Amerika Serikat, Inggris, Prancis, dan Jerman, terhadap negara-negara di bawahnya.
Sebutlah pembangunan pakta perdagangan WTO, AFTA, dsb. Juga pemberian utang yang menurut Iwan, sebenarnya sebagai jerat penjajahan yang dijadikan legitimasi berbagai aksi penjajahan.
Teknisnya, kata Iwan mengungkapkan, negara-negara tersebut memfasilitasi berbagai korporasi raksasa untuk bisa masuk ke dalam negara-negara lain.
Tujuannya, tidak lain untuk mengeruk SDA atau menjual produk-produknya. Yang secara langsung atau tidak, mematikan daya saing dari negara tujuan. Di samping itu, kata Iwan, mereka mengeksploitasi SDM negara-negara tujuan dengan upah buruh yang minim.
Alhasil, dikarenakan terbentuk konsentrasi kekayaan di negara-negara besar yang dikuasai segelintir kapitalis, maka tak akan pernah terjadi distribusi kekayaan alam yang berkeadilan.
Dengan kata lain, satu persen elite kapitalis bisa menguasai hingga 2/3 kekayaan dunia. “Total kekayaan Bill Gates setara dengan PDB sepuluh negara Afrika,” ucapnya, memisalkan.
Ideologi Alternatif
Namun demikian, untuk bisa menghapus penjajahan dimaksud, umat harus memiliki ideologi alternatif sebagai pengganti kapitalisme yang menurut Iwan, sudah merusak tatanan peradaban dunia.
“Satu-satunya solusi terbaik adalah (ideologi) Islam,” tegasnya, yang secara sejarah telah terbukti mampu menciptakan peradaban yang berkeadilan dan humanis.
Ditambah, secara ajaran, Islam memiliki seperangkat aturan kehidupan yang melindungi kehidupan umat manusia tanpa pandang kasta bahkan agama.
Untuk itu, kaum Muslim wajib berusaha lebih keras lagi untuk mewujudkannya. “Kaum Muslimin harus bekerja keras memperjuangkan Islam agar kembali tegak di muka bumi menyingkirkan kapitalisme,” pungkasnya.[] Zainul Krian