Siswi Inggris akan ditanya: ‘Mengapa berjilbab?’ Kecaman pun mengalir

Para pegiat di Inggris mengecam rencana yang dianggap diskriminatif karena inspektur sekolah akan mengajukan pertanyaan kepada murid perempuan yang mengenakan hijab di sekolah dasar.

Kepala OFSTED -badan pengawas pendidikan Inggris- Amanda Spielman, mengatakan murid akan diajukan pertanyaan kenapa mereka mengenakan hijab, yang ‘bisa ditafsirkan sebagai seksualisasi atas anak-anak perempuan’.

Namun sejumlah pegiat mempertanyakan kenapa murid-muridnya yang ditanyai dan bukannya sekolah bersangkutan.

OFSTED menegaskan rencana itu sejalan dengan praktik yang diterapkan saat ini dalam mengkaji apakah satu sekolah mendukung kesetaraan atau tidak.

Bagi banyak orang, kewajiban mengenakan hijab adalah untuk kaum perempuan yang sudah memasuki akil balik namun banyak juga orang tua yang sudah mengenakan hijab kepada anaknya yang masih kecil.

Riset oleh Masyarakat Sekuler Nasional pada bulan September menemukan bahwa 59 -termasuk 27 sekolah dasar- dari 142 sekolah di Inggris menerapkan peraturan pakaian seragam yang mewajibkan penutup kepala.

“Hijab di sekolah dasar seharusnya merupakan sesuatu yang ditangani melalui kebijakan seragam sekolah,” kata Sajda Mughal, Kepala JAN Trust, sebuah lembaga yang bergerak dalam pemberdayaan kelompok minoritas dan pencari suaka.

Dia menuding langkah OFSTED itu sebagai ‘tidak masuk akal serta diskriminatif’ dan akan digunakan oleh kaum ekstrimis untuk mendorong naratif ‘mereka dan kami’ maupun memicu marginalisasi.

“Saya tahu bahwa sebagai seorang ibu Muslim yang memiliki anak kecil, saya akan cemas dan ketakutan kalau putri saya akan diajukan pertanyaan jika mereka mengenakan hijab,” tambah Mughal.

Kritik itu digemakan oleh pegiat hak asasi manusia, Aisha Ali-Kha, yang berpendapat sekolah yang seharusnya diminta pertanggungjawabannya dan bukan ‘menanyai anak-anak perempuan kecil’.

OFSTED, menuru Ali-Kha, seharusnya bertanya, “Kenapa kebijakan seragam sekolah memungkinkan hijab untuk anak-anak yang belum akil balik ketika hukum Islam menetapkan sebaliknya.”

Namun Amina Lone dari Lembaga Riset dan Aksi Sosial -yang melobi OFSTED untuk melakukan langkah tersebut- menegaskan tujuannya adalah kesetaraan gender.

“Sebagai generasi perempuan Muslim kedua dan orang tua, saya memiliki keprihatinan besar atas meningkatnya perambahan ketimpangan gender di tempat umum untuk perempuan-perempuan beragama,” jelasnya kepada BBC Asian Network.

“Hijab jelas tidak disyaratkan untuk anak-anak. Kesetaraan gender diperjuangkan dengan berat di negeri ini dan kita sebaiknya tidak melemahkannya.”

Dia menambahkan ‘tidak masuk akal’ untuk berdebat tentang soal ini pada tahun 2017 dan menegaskan bahwa isunya bukan di kalangan anak-anak sekolah menengah atau perempuan dewasa.

Saran dari pemerintah Inggris saat ini adalah, “Murid-murid memiliki hak untuk menyatakan agama atau keyakinan, namun tidak perlu di setiap saat, di setiap tempat, atau dalam bentuk tertentu.”

Bagaimanapun menurut Shereen -seorang ibu yang mengenakan hijab namun kedua anaknya tidak berhijab- pilihan tersebut merupakan urusan orang tua dengan anaknya dan hijab selama ini sudah disalahtafisrkan.

“Itu bukan merupakan seksualisasi anak-anak. Pernyataan itu konyol,” tuturnya kepada BBC Asian Network.

Pandangan yang didukung oleh Nilly Dahlia, yang mulai mengenakan hijab sejak berusia 22 tahun.

“Hijab bukan tentang seksualisasi. Itu merupakan pertanda dari keptuhan terhadap agama kita. Saya merasa pemerintah sedang berupaya mengendalikan Islam.”

Sementara seorang penulis blog, Hifsa Haroon-Iqbal, yakin masalah itu sederhana saja, yaitu semata-mata seragam sekolah.

“Jika sekolah tidak mau anak-anak di sekolah dasar mengenakan hijab di sekolah, maka harus dibuat tegas dalam peraturan seragam sekolah.”

“Ini bukan soal rasisme, menjadi Islamophobia atau diskriminatif. Ini soal akal sehat,” tulis ibu tiga anak tersebut.

“Menjadikan anak kecil menjadi subyek pertanyaan kenapa mereka berpakaian dengan cara tertentu adalah sesuatu yang lucu karena akan mendapat jawaban yang sama ‘karena ibu saya yang memakaikannya.”[]

Sumber: bbc.com

Share artikel ini: