Mediaumat.id – Hancurnya sistem keuangan Afghanistan saat ini dinilai Direktur IMuNe Fika Komara sebagai ekses lanjut dari penjajahan AS di Afghanistan
“Hancurnya sistem keuangan Afghanistan sebenarnya hanya ekses lanjut dari penjajahan AS yang menerapkan sistem ekonomi ribawi di negeri Mujahid itu,” ujarnya kepada Mediaumat.id, Jumat (26/11/2021).
Menurut Fika, Afghanistan telah menderita bencana di bawah kooptasi pendudukan Amerika selama dua puluh tahun. Negeri itu sudah sangat menderita karena pembunuhan, penghancuran infrastruktur, pengeringan sumber daya, kekeringan dan kemiskinan. Dan tidak ada upaya dari Amerika Serikat yang mendudukinya untuk membuat Afghanistan mandiri, swasembada atau independen.
“Jadi krisis keuangan Afghanistan ini terjadi bukan karena Taliban yang baru berkuasa beberapa bulan saja,” bebernya.
Ironisnya kata Fika, ada teater opini dimainkan oleh PBB, di saat rakyat Afghanistan menderita krisis ini, PBB justru menuding Taliban dan kekuasaannya. Kemudian menunjuk seolah krisis ini adalah akibat dari sebulan Taliban berkuasa. Sebagaimana dalam sebuah pernyataan oleh Anthony Guterres, Komisaris Jenderal PBB pada bulan Oktober menyatakan bahwa sejak Taliban berkuasa, tingkat kemiskinan telah melonjak dan layanan publik dasar hampir runtuh. “Ini jelas tudingan tidak berdasar!” tegas Fika.
Fika melihat, ada unsur perencanaan alias kesengajaan dalam krisis ini. Padahal sebelum Taliban berkuasa, sebetulnya sistem perbankan Afghanistan sudah rentan. Keadaan memburuk sejak bantuan pembangunan mengering dan miliaran dolar aset Afghanistan dibekukan di luar negeri yang sengaja dilakukan oleh AS untuk menekan dan mengendalikan langkah Taliban.
“Jadi bantuan dana apa pun yang diobral PBB dan negara Barat untuk menyelamatkan Afghanistan sebenarnya hanyalah dana kotor,” pungkas Fika.[] Agung Sumartono