Setelah memenangkan pemilu, Presiden Turki Erdogan menyerahkan pengelolaan ekonomi kepada Mehmet Simsek, yang ditunjuknya sebagai Menteri Keuangan dan Perbendaharaan, sedang pengelolaan Bank Sentral kepada Hafize Gaye Erkan.
Mehmet Simsek menyatakan dalam keputusan yang dibuat setelah pengangkatannya, bahwa mereka sedang mengerjakan program ekonomi jangka menengah baru, memastikan disiplin fiskal, pertumbuhan berkelanjutan, melawan inflasi dan memastikan stabilitas harga, mengurangi defisit neraca berjalan, lapangan kerja, modal asing dan aliran dana masuk adalah salah satu target prioritas.
Dari pernyataan tersebut dapat dipahami bahwa kebijakan ekonomi yang sebelumnya heterodoks akan ditinggalkan, dan kebijakan ekonomi ortodoks yang selama ini diterapkan di Amerika dan Eropa akan dikembalikan.
Dengan kata lain, bahwa Simsek ini bertujuan untuk memastikan aliran uang di pasar ke sistem riba dengan menaikkan suku bunga dan menerapkan kebijakan moneter yang diperketat
Dengan membuat hasil dari sistem riba itu menarik, dan mengarahkan uang di pasar ke sistem riba, yang direncanakan untuk meningkatkan permintaan lira Turki, mengurangi permintaan mata uang asing, dan meningkatkan cadangan devisa bank sentral dengan mengakumulasi mata uang asing.
Di sisi lain, masuknya modal dan dana asing membuat pihak asing diuntungkan dan pihak lokal dirugikan.
Sementara itu bekerja untuk modal asing berarti melayani kolonialisme.
Ketika kita menambahkan target lain, terlihat bahwa ekonomi pasar bebas, yang merupakan model ekonomi kapitalis, akan diterapkan tanpa ampun dengan segala aturannya.
Dalam hal ini, apa yang ditunggu negara adalah bahwa harta akan diambil dari orang miskin dan diberikan kepada orang kaya, sehingga kehidupan berada di ujung tanduk kelaparan dan kemiskinan,serta ketidakadilan yang besar dalam distribusi pendapatan.
Sebenarnya tidak ada perbedaan yang jelas antara model ekonomi kapitalisme pasar bebas ortodoks atau heterodoks, sebab apa yang dihasilkan keduanya hampir sama dengan hukum laut, di mana ikan besar memakan ikan kecil, atau hukum rimba, di mana yang kuat menghancurkan yang lemah.
Dalam hal ini, model ekonomi pasar bebas kapitalisme harus dilihat sebagai model ekonomi yang mengambil hukum-hukum yang berlaku di dunia binatang, dan menerapkannya di dunia manusia, serta menggiring manusia untuk berperilaku seperti binatang.
Oleh karena itu, kami memberi judul komentar “Sistem Ekonomi yang Mengubah Manusia Menjadi Binatang”.
﴿أَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ أَفَأَنْتَ تَكُونُ عَلَيْهِ وَكِيلاً أَمْ تَحْسَبُ أَنَّ أَكْثَرَهُمْ يَسْمَعُونَ أَوْ يَعْقِلُونَ إِنْ هُمْ إِلَّا كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ سَبِيلاً﴾
“Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya? Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu).” (TQS. Al-Furqān [25] : 43-44).
Dalam ayat ini, Allah SWT. menyebut tindakan berdasarkan ide dan pendapat yang bersumber dari pikiran manusia dalam mengatur kehidupan dan dalam menyelesaikan masalahnya sebagai penyimpangan bahkan lebih sesat dari binatang.
Semua ide dasar kapitalisme dan model ekonomi pasar bebas, yang merupakan aspek paling jelas dari kapitalisme, memainkan peran utama dalam mengubah manusia menjadi binatang.
Bagaimana mungkin para penguasa kaum Muslim, yang Allah bimbing mereka dengan Islam, dan menyelamatkan mereka dari kebingungan dan kesalahan, menerima kapitalisme, yang diproduksi oleh akal manusia dan mereduksi manusia ke tingkat kebinatangan, sebagai acuan dalam memecahkan masalah, serta bagaimana bisa mereka bertindak dengan apa yang disebut solusi kapitalisme, yang terus-menerus menghasilkan krisis demi krisis.
Faktanya bahwa kapitalisme hanya didasarkan pada peningkatan produksi sebagai solusi untuk masalah ekonomi, dan tidak mempertimbangkan bagaimana mendistribusikan pendapatan, sehingga hal ini tampak sebagai faktor fundamental dalam kemerosotan manusia ke tingkat kebinatangan.
Islam, justru sebaliknya, bahwa Islam sangat mempertimbangkan bagaimana mendistribusikan kekayaan dan sumber daya di antara rakyat sebagai masalah ekonomi.
﴿مَا أَفَاءَ اللهُ عَلَى رَسُولِهِ مِنْ أَهْلِ الْقُرَى فَلِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ وَلِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَابْنِ السَّبِيلِ كَيْ لَا يَكُونَ دُولَةً بَيْنَ الْأَغْنِيَاءِ﴾
“Apa saja harta rampasan (fai’) dari mereka yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya (yang berasal) dari penduduk beberapa negeri, adalah untuk Allah, Rasul, kerabat (Rasul), anak-anak yatim, orang-orang miskin dan untuk orang-orang yang dalam perjalanan, agar harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu.yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah, untuk Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu.” (TQS. Al-Hasyr [59] : 7).
Allah SWT. telah melindungi kehormatan manusia, yang Dia sebut sebagai makhluk yang paling mulia, dengan hukum-hukum yang diturunkan dari-Nya sendiri, dan telah memberlakukan larangan terhadap semua hal yang akan merugikan kehormatan manusia.
Di sisi lain, kapitalisme yang mengatur kehidupan dengan solusi yang dihasilkan oleh pikiran manusia yang terbatas, menurunkan nilai seseorang, serta merusak martabat dan kehormatannya.
Untuk itu, khususnya Presiden Erdogan, Menteri Keuangan dan Perbendaharaan, Mehmet Simsek dan para pejabat tinggi lainnya harus menghapuskan kapitalisme, yang menghancurkan kehormatan dan martabat rakyatnya sendiri, dengan segala praktiknya, kemudian segera kembali ke sistem Islam, yang akan mengembalikan kehormatan dan martabat bagi rakyatnya.
Mereka melakukan ini adalah karena tanggung jawab mereka yang paling penting baik kepada Allah SWT. maupun kepada umat mereka.
Jika mereka tidak melakukan ini dan terus memerintah dengan kapitalisme yang melayani kepentingan kaum kafir penjajah, maka mereka akan dikenang oleh generasi mendatang sebagai penguasa yang menyia-nyiakan hukum Allah dan rakyatnya sendiri. [] Ramzi Uzeir
Sumber: hizb-ut-tahrir.info, 1/7/2023.