Sekitar 70 orang yang tergabung dalam Forum Komunikasi Ulama Aswaja Madiun Raya hadir di Masjid Umar bin Abdul Aziz, Pager Gunung Magetan pada Sabtu (25/11) dalam rangka membahas persoalan umat Islam.
KH Imam Romli, sebagai Imam Masjid sekaligus Shohibul bayt, menyampaikan rasa syukur tidak terkira melihat para ulama berkumpul di masjid semata-mata untuk meninggikan kalimah Allah.
Beliau merasa prihatin atas kondisi umat Islam di Indonesia akhir-akhir ini yang sering terdzalimi oleh kekuasaan. Parahnya, sebagian orang justru menggunakan ayat al-Quran secara tidak tepat untuk meninabobokkan umat agar senantiasa diam dan nrimo terhadap kedzaliman, misalnya ayat
اطيعوا الله واطيعوا الرسول واولي الامر منكم.
Padahal ketaatan pada pemimpin adalah dengan syarat pemimpin tersebut taat pada Allah dan rasulNya.
Selanjutnya, Kyai Anas Karim, selaku ketua FKU Aswaja Madiun Raya, menyesalkan bahwa akhir-akhir ini perjuangan Islam senantiasa dibentur-benturkan dengan Pancasila, padahal sejak dulu dikatakan bahwa Pancasila sudah sesuai dengan Islam.
Beliau menegaskan bahwa adalah kewajiban umat Islam untuk tunduk secara totalitas pada perintah-perintah Allah. Dan adalah tugas ulama untuk membimbing umat agar senantiasa tegar dalam ketaatan pada Rabbul ‘Aalamiin.
Para ulama adalah mereka yang tidak takut apapun kecuali Allah SWT. Adanya UU ormas yang terindikasi mengkriminalisasi ajaran Islam, yaitu Khilafah, mestinya tidak membuat mereka gentar menyampaikan dakwah.
Beliau juga sampaikan bahwa hendaklah umat tidak memilih para calon Kepala Daerah yang diusung oleh parpol pendukung Perppu Ormas beberapa waktu yang lalu.
Ustadz Muhammad Amin, pembicara ketiga, menegaskan bahwa Khilafah adalah bagian dari ajaran Islam yang para ulama sudah menyepakati akan status kefardluannya. Sehingga, meski UU ormas telah disahkan, dakwah tidak akan berhenti di tengah jalan, hingga turun pertolongan Allah dan tertunaikan janji-Nya berupa kemenangan Islam.
Pembicara terakhir, Ustadz Ahmad Nadhif, mengupas salah satu topik dalam kitab Muqaddimat al-Dustur. Beliau menyatakan bahwa slogan “harga mati” untuk sebuah tatanan negara sejatinya agak absurd.
Sebab, pada hakekatnya, negara hanyalah institusi pelaksana kumpulan apa-apa yang disepakati oleh umat. Jika suatu hari, dengan pertolongan Allah melalui wasilah dakwah yang digencarkan para ulama, pemahaman, standar perbuatan serta kepercayaan umat berubah menjadi Islamiy, maka tatanan kekuasaan negara pun akan berubah menjadi Islamiy. Sebab, secara hakiki, umatlah sandaran kekuasaan yang sebenarnya.
Setelah sesi dialog, acara x ditutup doa yang dipimpin oleh KH. Bukhori yang merupakan pengasuh pondok pesantren Al Mukminun Magetan. Beliau berdoa semoga Allah segera memberikan pertolongan-Nya kepada umat Islam dengan tegaknya khilafah rosyidah ‘ala minhajin nubuwah.[]
Sumber: shautululama.com