Mediaumat.id – Cendekiawan Muslim Ustaz Ismail Yusanto (UIY) menilai banyaknya pejabat yang meraih untung di tengah pandemi, sementara di sisi lain BUMN justru makin merugi, sebagai bukti nyata siklus jahat kekuasaan sekuler.
“Ini salah satu bukti nyata kesekian kalinya bagaimana siklus jahat kekuasaan sekuler,” tuturnya dalam Kajian Aktual Ironi Pandemi: Pejabat Makin Untung, BUMN Kian Buntung, Ahad (21/11/2021) di kanal YouTube Baitul Ilmi TV.
Menurutnya, setiap orang ingin meraih kekuasaan (power) untuk mendapatkan uang (money). Sementara uang digunakan untuk memperoleh kekuasaan. “Jadi, power for money, money for power,” ujarnya.
UIY menerangkan, cara menggunakan kekuasaan untuk mendapatkan money atau mendapatkan kekayaan, salah satunya dengan memanfaatkan kewenangan yang dimiliki. “Memanfaatkan sumber-sumber usaha yang ada di dalam kekuasaan diantaranya di dalam BUMN. BUMN itu kan badan usaha milik negara. Pejabat yang duduk di situ, baik menteri maupun pejabat BUMN itu kan punya mandat. Sebagai badan usaha mestinya kan memberikan keuntungan. Karena badan usaha ini adalah tugas negara untuk bagaimana melalui badan usaha itu mengelola sejumlah aset-aset milik negara agar bisa memberikan kemanfaatan kepada rakyat melalui negara,” bebernya.
“Makanya kalau di sektor kehutanan itu ada Perhutani, Kalau di pertambangan itu ada Aneka Tambang, di oli and gas ada Pertamina dan seterusnya,” imbuhnya.
Tetapi karena pejabat itu duduk di BUMN dalam kerangka pikir power for money, money for power maka yang terjadi menurut UIY, justru pejabat memanfaatkan jabatannya. “Untuk kepentingan diri dan korporat yang mendukung dirinya. Bahkan juga korporat miliknya,” ungkapnya.
Karena itu, kata UIY, ada ironi besar di negeri ini. “Misalnya bagaimana bisa Perhutani yang areal hutannya yang sesungguhnya milik negara itu kalah dengan perusahaan hutan milik swasta. Kalah dengan Sinar Mas atau Bob Hasan yang dulu dikenal sebagai Raja Hutan. Kan sebuah ironi. Begitu juga dengan pertambangan. Bagaimana bisa Aneka Tambang kalah dengan Freeport? Perusahaan batubara kalah dengan Arutmin, kalah dengan KPC (Kaltim Prima Coal) dan seterusnya,” jelasnya.
Menurutnya, itu karena pejabat yang berkuasa alih-alih membesarkan BUMN sehingga tumbuh menjadi perusahaan yang kuat dan bisa memberikan kemanfaatan kepada negara, tapi justru pejabat tersebut menggunakan kekuasaannya itu untuk kepentingannya dan kelompoknya.
“Inilah sebenarnya fenomena korporatokrasi. BUMN makin menyusut. Kalah dengan perusahaan swasta milik pejabat atau perusahaan asing yang dibekingi oleh pejabat,” pungkasnya. [] Achmad Mu’it