Ribuan Muslim Rohingya di desa terpencil di Negara Bagian Rakhine merasa khawatir dengan bahaya yang akan mereka hadapi dalam perjalanan mengungsi. Mereka meminta pihak berwenang untuk menjamin keamanan mereka. “Kami ketakutan. Kami akan kelaparan sebentar lagi dan mereka mengancam akan membakar rumah kami,” ujar Maung Maung, warga Rohingya di desa Ah Nauk Pyin.(http://internasional.republika.co.id/berita/internasional/global/17/09/18/owgb78382-warga-rohingya-minta-jaminan-keamanan-kami-ketakutan)
Catatan
Kami sedih, saudara kami muslim Arakan membutuhkan kerja nyata dari seluruh 57 penguasa negara muslim untuk menolong mereka, agar mereka tidak duduk santai di tempat duduk mereka, sementara mereka memiliki wilayah luas, rakyat yang sensitif terhadap isu-isu yang menimpa kaum muslim, tentara yang kuat dan sumber energi yang kaya.
Arakan menderita dan berdarah-darah selama bertahun-tahun, tidak hanya hari ini saja. Pemerintah Myanmar telah mendiskriminasi Muslim di Arakan selama bertahun-tahun. Selama bertahun-tahun hingga sekarang, mereka memanggil para pemimpin agar tidak diam atas penderitaan mereka, dengan harapan ada orang yang layak di antara mereka untuk mengakhiri penindasan ini.
Mereka terus memanggil-manggil hingga sekarang, namun seperti biasa, sebagian penguasa itu terlebih dahulu membuat pernyataan kecaman, menyerahkan tanggung jawab kepada PBB, dan akhirnya membanggakan dengan memberi orang-orang Muslim Arakan dengan bantuan makanan yang mereka minta izin dari para penindas.
Adapun OKI, yang sampai hari ini belum memberikan obat untuk setiap kesedihan atau salep untuk luka tunggal kaum Muslim. Presiden Erdogan apakah mengambil langkah yang sebenarnya untuk mengakhiri penindasan di Arakan. Jadi di mana Anda, tentara Saudi yang membeli miliaran dolar senjata berharga dari Amerika Serikat; dan Pakistan, pemilik senjata nuklir?
Situasi ini mengungkap kegelisahan seluruh umat dan bukan hanya umat Islam Arakan. Lihatlah Aleppo, di Idlib, dan lihatlah di Al-Aqsa dan Yerusalem. Sikap rezim-rezim yang diam ini membuat para korban merasa sedih. Tanggung jawab sebenarnya terletak pada pemerintah dan pemimpin. Hal ini karena menjadi negara yang kuat dan pemimpin yang kuat bukan hanya mengutuk dan mendistribusikan bantuan pangan, tapi mengajarkan penindas tempat mereka. Umat menanti langkah yang sebenarnya sekarang. Karena penindasan di Arakan tidak akan berakhir dengan menghormati penindas tapi dengan memperhatikan orang-orang yang tertindas.
Situasi buruk umat Islam Rohingya tidak dapat diakhiri dengan menuntut pemerintah anti-Islam yang berkolaborasi dengan para penindas, dan sekedar memberi perlindungan kepada Rohingya di Bangladesh sebagai pengungsi setiap kali mereka diserang bukanlah solusi yang efektif; Umat Rosulullah Muhammad saw. bukanlah pengungsi. Solusi praktis sebenarnya terletak pada pembentukan negara yang efektif menghentikan teror ini. []
Penulis: Ainun Dawaun Nufus (pengamat sosial politik)