Setiap Rezim Represif Akan Dilawan Rakyat!
Oleh Adam Syailindra (Forum Aspirasi Rakyat)
Rakyat tentu tegas menolak penindasan dan ketidakadilan penegakan hukum. Ketika keberadaan hukum tidak menjamin keadilan apalagi keadilan substantif. Sebaliknya, jika tatanan hukum bersifat represif debfab menetapkan status quo dengan memberikan baju otoritas kepada pada penguasa, maka rasa keadilan jelas tergores.
Rakyat menolak kekuasaan dilaksanakan tidak untuk kepentingan mereka dan mengingkari legitimasi mereka. Rakyat menolak Rezim represif yang menempatkan seluruh kepentingan Negara dalam bahaya, terutama ketika penguasa sewenang-wenang, dan para pendukung penguasa diberi ‘keistimewaan’ daripada rakyat biasa. Sementara rezim menggunakan kekuasaan yang tidak terkontrol untuk menegakkan perintah, menekan pihak yang tidak patuh atau memundurkan peradaban dengan menegakkan prinsip-prinsip diktatorisme dan kekuatan memaksa dengan sangat represif dengan tidak menjaga kehormatan rakyatnya.
Rakyat pasti menolak UU yang sangat diskriminatif, lalu parpol pengusung rezim mau menangnya sendiri. Semua yang berseberangan dipaksa tunduk dan disingkirkan. Sehingga pada pintu yang sangat nyata bagi kembalinya rezim represif harus ditutup. Termasuk setiap produk peraturan yang berpotensi sangat besar membungkam suara kritis masyarakat terhadap pemerintah dengan berbagai dalih.
Selanjutnya, jika penguasa berusaha memaksakan ideologi dan kebijakan keliru menjadi ideologi rakyat lalu berbagai upaya penguasa hendak mengunci mati setiap langkah protes umat Islam yang dianggap vokal selama ini. Lalu penguasa terus bermain di banyak lini, terutama di penguatan legal frame, maka usaha penguasa tersebut mengundang kemarahan besar rakyatnya sendiri.
Rakyat menolak sikap hipokrit pemerintah dimanapun. Sementara mereka anti debat publik menghadapi kelompok-kelompok Islam yang kritis, maka penulis katakan masyarakat hari ini sangat cerdas menilai, apakah benar atau rusak paradigma dan argumentasi penguasa. Bisa jadi rakyat makin cerdas istilah “meresahkan”, membuat tidak “nyaman” masyarakat itu hanyalah propaganda dan akal-akalan untuk membungkam langkah umat Islam dalam upaya amar makruf nahi mungkar, khususnya yang diarahkan kepada penguasa yang selama ini di anggap dzalim dan lalai terhadap urusan umat Islam.
Bila begitu, rakyat makin lama makin sadar terhadap motif buruk dari langkah-langkah soft power kekuasaan, yang secara rapi ada upaya kuat mengkooptasi media massa agar menjadi instrumen propaganda menjadi efektif untuk menggambarkan bahaya kelompok yang mengusung Islam sebagai ideologi dan implikasi sosial politik yang akan ditimbulkan. Upaya pencitraan negatif dilakukan secara kontinu dan simultan melalui media massa yang dikendalikan penguasa represif akan segera disadari oleh rakyat.
Penguasa jangan salah, di setiap penjuru selalu ada para pejuang yang tidak akan gentar dengan semua upaya pemberangusan yang dilakukan oleh rezim jahat dan anteknya. Bahkan dukungan masyarakat terhadap upaya perjuangan untuk perubahan semakin menguat. Karena mereka makin memahami bahwa sejarah tidak dapat dilepaskan dari sejarah para pejuang muda dan tua yang terus bergelora.[]