Mediaumat.info – Sudah setahun genosida di Gaza tetapi, Pengamat Politik Internasional Dr. Hasbi Aswar menilai, belum ada tanda-tanda negara-negara umat Islam yang ingin melakukan upaya mobilisasi dan kompak untuk memperjuangkan kepentingan Islam dengan lebih efektif.
“Saat ini, saya kira tidak ada tanda-tanda yang mengindikasikan bahwa negara-negara umat Islam itu ingin melakukan upaya mobilisasi dan kompak untuk memperjuangkan kepentingan Islam dengan lebih efektif,” nilainya pada rubrik Fokus: Setahun Genosida Gaza, Ahad (6/10/2024) di kanal YouTube UIY Official.
Menurut Hasbi, masyarakat, umat Islam yang memiliki tugas untuk bisa mewujudkan upaya tersebut. “Saya kira ini tugasnya di masyarakat, di umat Islam,” tuturnya.
“Para pemimpin umat Islam kan sebenarnya mereka bisa bertahan memimpin itu karena masih mendapatkan legitimasi dari umat,” tambahnya menegaskan.
Ia menegaskan pentingnya legitimasi dan bagaimana supaya umat mengubah tatanan politik. “Itu berarti kesadaran politik yang harus meningkat,” tuturnya.
“Kesadaran politik itu artinya ya masalah khilafiah itu dihilangkan, fokus ke persoalan politik,” tambahnya.
Ia menilai ketika kesadaran politik umat Islam meningkat, maka dengan sendirinya umat itu akan mengangkat pemimpin-pemimpin yang peduli terhadap umat Islam, yang cinta kepada umat Islam bahkan ikut mempersatukan kaum Muslim.
“Nah saya kira memang itu tugas-tugas yang dilakukan,” tegasnya.
“Memang secara bertahap dan yang punya kemampuan itu adalah umat,” tambahnya.
Tipe Pemimpin
Hasbi membagi pemimpin-pemimpin umat Islam menjadi beberapa tipe dalam merespons masalah Palestina.
Pertama, negara yang progresif menyerang Zionis Yahudi.
“Jelas Iran itu yang menurut saya paling progresif karena yang bisa, yang mau mengirim rudal di sana itu adalah Iran. walaupun dalam beberapa aspek itu sebenarnya juga perlu kita kritisi begitu, tapi yang jelas bahwa Iran itu yang paling progresif,” jelasnya.
Kedua, ada yang cuma bisa mengecam. “Indonesia, saya kira di posisi mengecam,” tuturnya.
Ketiga, ada yang posisinya diam. “Tidak berbicara,” singkatnya.
Keempat, ada yang terlihat membantu Zionis. “Ada yang posisinya malah mereka, walaupun sebenarnya niatnya adalah untuk menjaga keamanan regional, tapi sebenarnya yang terlihat di kita adalah mereka membantu Israel,” nilainya.
Ia memberi contoh sikap Yordania terhadap serangan Iran. “Seperti misalnya alasan Yordan, kenapa Yordan ikut menangkal serangan Iran ke Israel? Katanya supaya tidak ada jatuh korban gitu. Jadi ingin mengamankan negara mereka sendiri dan sebagainya,” paparnya.
“Tapi saya kira, pada saat yang sama itu kan sebenarnya membantu Israel. Bukan membantu sesama Muslim, tapi membantu musuh umat Islam!” tudingnya.
Tersandera Kepentingan
Dijelaskannya bahwa politik saat ini sudah sibuk dengan saling sandera menyandera. Dalam politik global juga sama, negara juga kenapa kok ada yang cuma bisa ngomong? Kenapa kok malah mendukung Israel?
“Ya karena mereka tersandera dengan kepentingan-kepentingan mereka yang tergantung sama negara-negara besar. Bergantung sama Amerika dan sebagainya secara militer dan ekonomi. Nah itu yang membuat mereka menjadi tidak berani,” terangnya.
Menurutnya, hal ini sejalan dengan hadits Nabi Muhammad SAW, hubbud dunya karahiyatul maut.
“Mereka itu akhirnya menjadi cinta dunia dan takut mati karena mereka tidak lagi peduli terhadap Islam, tidak lagi loyal terhadap Islam,” tegasnya.
“Jadi kepentingan nasional menjadi kepentingan tertinggi, sementara kepentingan terhadap Islam itu adalah kepentingan yang ke sekian,” pungkasnya.[] Raras
Dapatkan update berita terbaru melalui channel Whatsapp Mediaumat