Seruan Jamaah Haji Fokus Ibadah, Pernyataan Benar Mengandung Maksud Batil
Mediaumat.info – Seruan Menteri Haji dan Umrah Arab Saudi Tawfiq al-Rabiah yang melarang slogan-slogan solidaritas untuk Gaza di Makkah selama ibadah haji agar fokus beribadah, dinilai sebagai pernyataan benar yang mengandung maksud batil.
“Pernyataan tersebut ibarat kalimat yang benar tetapi maksud yang terkandung di baliknya terdapat satu kebatilan,” tutur Kiai Abu Inas dari Forum Tabayyun di Kabar Petang: Dari Ibadah Haji Menuju Persatuan Hakiki, Jumat (14/6/2024) melalui kanal YouTube Khilafah News.
Ia mengulas, perkataan Al-Rabiah yang mengatakan haji itu ibadah sehingga melarang mencampuradukkan dengan politik seolah benar.
“Prosesi haji itu kan sudah tertentu, tetapi aktivitas di luar ibadah haji mengandung potensi penyatuan umat yang luar biasa. Semangat persatuan ini yang ingin ditiadakan, ingin dipangkas dengan pernyataan tersebut,” ulasnya.
Ia melanjutkan, kaum Muslim yang jumlahnya tiga juta bertemu saat momentum haji dilarang menunjukkan solidaritas terhadap saudaranya di belahan bumi mana pun khususnya Palestina.
“Nah, ini tentu saja sesuatu yang tidak pas, apalagi ditambah fakta-fakta sebelumnya bahwa Arab Saudi belum menunjukkan keberpihakan dan dukungan kepada Palestina, bahkan mendiamkan apa yang telah dilakukan Israel,” sesalnya.
Belum Mewujud
Ia menilai, spirit persatuan itu tampak dalam ibadah haji tetapi belum mewujud dalam persatuan hakiki.
“Jadi kalau dikatakan persatuannya itu masih semu ada benarnya juga, karena ukuran persatuan hakiki itu kan misalnya persatuan secara politik, persatuan secara ekonomi. Nah dengan dua indikator ini saja itu belum bisa,” sedihnya.
Secara politik, sambungnya, kaum Muslim masih terpecah menjadi lebih dari 50 negara, dan masing-masing negara merasa punya otonomi sendiri-sendiri dalam menyikapi problematika kaum Muslim.
“Contoh yang kecil saja terkait dengan fenomena 9 Dzulhijah itu kan ada dua versi. Ada di hari Sabtu dan ada di hari Ahad. Ini tidak lepas dari keputusan politik,” ucapnya.
Demikian pun dalam bidang ekonomi, Kiai Inas menyesalkan, kekayaan kaum Muslim yang luar biasa besarnya di 50 negara Muslim masih dikelola oligarki global yang didukung oleh kaki tangannya di negeri masing-masing.
“Persatuan semu ini tidak akan bisa diwujudkan menjadi persatuan yang hakiki kecuali kaum Muslimin mempunyai satu institusi tunggal yang bernama Khilafah Islamiyyah Rasyidah,” yakinnya.
Ia menilai, sebagai sebuah ironi saat dunia Islam tidak mampu mewujudkan solidaritasnya kepada saudara-saudaranya di Palestina.
“Kalau kita berkaca kepada dawuh-dawuhnya (perintah) para ulama, sebetulnya satu-satunya yang sangat berpotensi untuk mempersatukan manusia di seluruh dunia, tanpa memandang warna kulit, ras, asal-usul, bahasa, itu hanya Islam saja,” bebernya.
Ia menyayangkan, ibadah haji yang seharusnya menjadi melting point (titik lebur) hanya menjadi seremonial saja karena tertutupi nasionalisme, sehingga saat kembali ke negeri masing-masing tidak lagi peduli terhadap kaum Muslim di Palestina.
“Satu-satunya cara agar semangat persatuan hakiki nampak dalam ibadah haji maka langkah pertama harus mencampakkan nasionalisme,” yakinnya.
Langkah kedua, sebutnya, melakukan gerakan penyadaran yang dikemas dalam dakwah amar maruf nahi mungkar.
“Dakwah yang kita lakukan dakwah pemikiran dan hanya menyampaikan Islam saja, tidak ada pemikiran-pemikiran yang boleh mencampuri dan mengotorinya. Dengan aktivitas dakwah ini insyaAllah persatuan Islam bisa muncul kembali. Kita pandu sampai dapat mewujudkan persatuan hakiki,” pungkasnya. [] Irianti Aminatun
Dapatkan update berita terbaru melalui channel Whatsapp Mediaumat